Pilkada Depok, Butuh Poros Tengah Agar Ada Perubahan

Jum'at, 21 Agustus 2020 - 10:05 WIB
loading...
Pilkada Depok, Butuh...
Foto/Ilustrasi/SINDOnews
A A A
JAKARTA - Rendahnya partisipasi pemilih di Pilkada Depok 2015 yang hanya di angka 56,86 persen harus menjadi perhatian serius untuk Pilkada Serentak 2020. Hal demikian disampaikan oleh Anggota DPRD Kota Depok, Babai Suhaimi.

"Pilkada Depok kali ini adalah pilkada yang memeliki tantangan cukup berat bagi KPU dan pasangan calon. Selain terjadi di tengah tengah pandemi Covid-19 yang masih menghantui masyarakat, untuk itu KPU harus mempersiapkan jurus jitu agar partisipasi masyarakat dalam memilih cukup tinggi," jelas Babai dalam diskusi virtual pilkada yang diselenggarakan oleh Aliansi Pemuda Depok (APD) seperi dala keterangannya, Jumat (21/8/2020).

Selanjutnya, kata Babai, untuk pasangan calon wali kota harus betul-betul meyakinkan masyarakat Depok jika Paslon tersebut benar-benar siap membangun dan menata kota dengan baik.

"Sebab Pak Idris dan Pak Pradi, adalah figur yang dimana masyarakat sudah mengukur kemampuannya dalam mempinpin Kota Depok, jika kedua pasangan calon ini tidak dapat meyakinkan dan menuruhkan program yang baik dan bagus, boleh jadi partisipasi masyarakat akan rendah untuk datang memilih," kata politikus PKB ini.

Dalam agenda yang sama, politikus Partai Golkar Kota Depok, Rudi Setiawan mengatakan, Pilkada Depok tahun ini bisa dipastikan petahana vs petahana bukan perubahan, kecuali ada poros tengah yang muncul. "Saya berharap poros tengah ini muncul biar pilkada ini lebih menarik, karena Depok butuh perubahan," ungkapnya.

Tentunya, lanjut Rudi, perubahan tersebut bisa dilakukan dengan calon yang memiliki ide dan gagasan baru bagi pembanguna. Kota Depok kedepannya. "Saya agak underestimate dengan calon yang ada sekarang karena merupakan bagian dari masa lalu, karena secara pembangunan kota tidak ada perubahan yang signifikan," tegasnya.

Di sisi lain, Politikus PDI Perjuangan Kota Depok, Rhuqby Adeana S optimistis dengan keputusan partainya yang mencalonkan Pradi-Afifah di Pilkada 9 Desember 2020. Pasalnya partai tentu punya kalkulasi dan hitungan yang matang dengan keputusan tersebut.

"Kita dari PDI Perjuangan merasa optimistis, politik itu bukan hanya hitam dan putih saja. Hari ini sudah 15 tahun kekuasaan Partai PKS dan Kedepan mereka akan langgeng boleh-boleh saja, Tapi kita tentu mengusung Pradi-Afifah punya hitungan dan kalkulasi sendiri," katanya dalam diskusi virtual tersebut.

Namun kata ketua Banteng Muda Indonesia (BMI) Kota Depok ini, Kalau berbicara substansi materi dari perubahan itu sendiri dari apa yang akan dilakukan oleh pasangan Pradi-Afifah, ada 4 poin dasar yang akan dilakukan.

"Kita punya empat poin dasar yang akan pradi-afifah lakukan, yaitu bagaimana berbicara geografisnya, bagaimana bicara kesejahteraan sosialnya, bagaimana bicara budaya dan bagaimana peningkatan ekonomi masyarakat Kota Depok. Kira-kira itu yang mendasar apa yang harus kita bangun melihat evaluasi selama 15 tahun kebelakang," tandasnya.

Sebagai informasi, Pilkada Depok dengan pemungutan suara pada 9 Desember 2020 nanti kemungkinan hanya akan mempertandingkan dua kubu. Satu adalah kubu PKS, petahana yang telah 15 tahun berkuasa di Depok, dan akan mengusung kembali Mohammad Idris selaku wali kota Depok saat ini didampingi IBH.Di pihak lawan, kubu Gerindra menempatkan wakil Idris saat ini di pemerintahan, Pradi Supriatna sebagai calon wali kota, didampingi kader perempuan PDI-P, Afifah Alia.
(mhd)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1881 seconds (0.1#10.140)