Gelar Tangerang Ngebesan, 612 Pasutri Lakukan Resepsi Pernikahan Bareng

Minggu, 03 Maret 2019 - 22:32 WIB
Gelar Tangerang Ngebesan, 612 Pasutri Lakukan Resepsi Pernikahan Bareng
Gelar Tangerang Ngebesan, 612 Pasutri Lakukan Resepsi Pernikahan Bareng
A A A
TANGERANG - Ada yang menarik dalam peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) Kota Tangerang ke-26, pada Sabtu 2 Maret 2019 kemarin. Acara yang diinisiasi Wali Kota Tangerang Arief R Wismansyah, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Tangerang, MUI, dan DP3AP2KB ini, dengan tema Tangerang Ngebesan ini menghadirkan 612 pasangan suami istri, lengkap dengan pelaminannya.

Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Tangerang Raden Rina Hernaningsih mengatakan, selama perhelatan 1-2 Maret 2019, jumlah kunjungan wisatawan ke Kota Tangerang, mencapai angka 20-30 ribu.

"Kalau dari tanggal 1-2 Maret kemarin, ada sekira 20-30 pengunjung. Ini idenya karena ingin meng-isbath-kan orang yang belum punya surat nikah dari KUA," ungkap Rina, kepada Koran Sindo, Minggu (3/3/2019).

Dilanjutkan Rina, selain meng-isbath-kan pasangan nikah siri, acara ini juga dilakukan menyenangkan mereka. Untuk itu, dibuat resepsi massal, lengkap upacara adatnya.

"Ngebesan itu artinya melamar atau bisa juga nganterin pengantin, atau mengantar penganten. Itu diambil dari bahasa Betawi dan Tangerang. Itu acara khasnya adat Kota Tangerang. Ini yang pertama," ungkapnya.
Gelar Tangerang Ngebesan, 612 Pasutri Lakukan Resepsi Pernikahan Bareng

Acara ini juga berhasil menyabet Museum Rekor Indonesia (MURI) untuk pernikahan dengan jumlah pelaminan terbanyak se Indonesia, mengalahkan wilayah lainnya.

Wali Kota Tangerang Arief R Wismansyah menambahkan, Tangerang Ngebesan ini bertujuan untuk membantu masyarakat Kota Tangerang yang telah menikah, tetapi belum memiliki data administrasi resmi negara.

"Kalau belum ada surat nikah, pastinya akan sulit mengurus data kependudukan. Intinya, pemkot ingin membantu masyarakat yang sulit administrasi kependudukan," paparnya.

Raut wajah bahagia tampak terlihat dari pasangan Nurdin (70) dan Aisah (65). Sejak menikah 1970 silam, pasutri asal Selapajang ini tidak punya surat-surat resmi dari negara. Akhirnya, punya buku nikah.

"Saya menikah dari 1970 lalu, dan sudah dikaruniai lima orang anak. Dulu tidak sempat urus surat nikah di KUA, karena jaraknya sangat jauh dan sulit diakses oleh kendaraan," ungkap Nurdin, sumringah.

Dirinya pun mengaku, telah berniat untuk melanjutkan ibadah umrah, setelah surat-surat pernikahan mereka telah jadi. Selama ini, keinginan itu sulit dipenuhi, karena tidak adanya buku nikah negara.

"Dokumen buku nikah merupakan salah satu persyaratan wajib untuk membuat paspor. Alhamdulillah, nanti sudah punya buku nikah, habis ini mau naik haji," sambungnya.
Gelar Tangerang Ngebesan, 612 Pasutri Lakukan Resepsi Pernikahan Bareng

Menggunakan pakaian adat, Nurdin tampak gagah. Begitupun dengan Aisah yang terlihat cantik. Meskipun keriput di kedua wajah mereka, mulai tampak berlipat-lipat. Tampak, tangan mereka berpegangan erat.

Maklum, perhelatan Tangerang Ngebesan ini dihadiri oleh ribuan warga. Jika pasangan tifak saling berpegang tangan, niscaya akan terpisah satu sama lain.

Seperti yang dialami Amsari (53), pengantin asal Poris. Dia mengaku kehilangan istri tercintanya Muhana (40). Banyaknya warga yang datang ke lokasi Tangerang Ngebesan, dia terlepas pegangan mantan pacarnya itu.

"Saya menikah sejak 1980. Sudah punya banyak anak. Tadi saya pegangan, tapi tiba-tiba gak orangnya. Saya bingung, cari di mana. Kalau sudah begini, paling nanti ketemunya di rumah saja," terang Amsari.

Ramainya masyarakat berdesak-desakan, membuat sejumlah pengantin kehilangan mempelainya. Para suami yang terpisah tampak panik, takut istrinya diboyong orang.
(ysw)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 1.2546 seconds (0.1#10.140)