Efek Moratorium Gedung Bertingkat, Barat Depok Berpotensi Dikembangkan

Kamis, 11 Oktober 2018 - 22:23 WIB
Efek Moratorium Gedung Bertingkat, Barat Depok Berpotensi Dikembangkan
Efek Moratorium Gedung Bertingkat, Barat Depok Berpotensi Dikembangkan
A A A
DEPOK - Pemerintah Kota (Pemkot) Depok telah melakukan pemetaan terhadap wilayah lain di Depok yang memungkinkan dikembangkan pembangunannya. Mengingat untuk sementara waktu perizinan bangunan gedung bertingkat di Margonda dihentikan sementara karena alasan tingkat kepadatan.

Wilayah Depok yang masih memungkinkan untuk dikembangkan adalah kawasan barat Depok yaitu Bojongsari yang berbatasan dengan Ciputat, Tangerang Selatan. Saat ini di kawasan tersebut sudah bermunculan kawasan hunian dan sentra bisnis. Dengan harapan kawasan tersebut menjadi alternatif atau kawasan ekonomi baru di Depok.

Dalam rangka pengembangan ekonomi di kawasan tersebut, sejumlah infrastruktur pun mulai dibangun. Mulai dari perbaikan jalan hingga faktor penunjang lainnya. Diharapkan, banyak investor yang nantinya mau menanamkan modalnya di wilayah baru tersebut.

"Wilayah barat Depok memiliki potensi besar untuk dikembangkan. Kami melihat dari pertumbuhan investasi yang ada di kawasan tersebut. Tapi kalau untuk tata ruang bukan di kami kewenangannya," kata Kepala Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Kota Depok, Yulistiani Mochtar di Depok, Kamis (11/10/2018).

Selain bidang properti yang menjadi penopang utama laju bisnis di Depok, sektor jasa dan pergudangan juga menunjukkan iklim positif. Sejak tahun 2014 trennya naik dan mengarah positif. Sejak 2014 trennya menunjukkan prosentase tertinggi di tahun 2016 yang mencapai 7,8%. Sedangkan tahun 2017 hanya tumbuh sekitar 1,2%.

Tingginya prosentase bidang jasa tahun 2016 dipicu banyaknya rumah sakit baru yang mengajukan operasional. Setidaknya di tahun 2016 itu ada tiga rumah sakit besar yang mengajukan izin operasional. Yaitu Rumah Sakit Diagram Healthcare di Cinere, Rumah Sakit Citra Arrafik di Cimanggis dan Rumah Sakit Brawijaya di Bojongsari.

"Nilai investasi ketiga rumah sakit itu mencapai angka Rp322,5 miliar. Tahun 2016 memang sektor jasa sedang tinggi-tingginya," kata Yulistiani.

Selain rumah sakit, sektor jasa juga ditopang dari adanya pengajuan izin operasional sejumlah lembaga pendidikan. Antara lain Sekolah Internasional Wisdom di Sawangan. Tren bisnis di bidang jasa ini terus berkembang dengan adanya akses tol.

"Perkembangan bisnis di Depok dipicu dari adanya akses tol. Karena investor tentunya mencari lokasi bisnis yang aksesnya mudah untuk melakukan pergerakan," tandasnya.

Khusus untuk pergudangan, kata dia, sudah pasti investor mencari lokasi yang dekat dengan akses tol. Sehingga mudah dilakukan bongkar muat barang untuk dipindah ataupun melakukan loading. Semisal di Tapos ada sebuah gudang otomotif yang memang dekat dengan tol.

"Jadi dengan adanya tol memang sangat menguntunkan investor. Mereka ingin menyimpan barang dan mengangkut menjadi lebih mudah dan efisien," paparnya.

Selain itu, di bidang jasa yang saat ini sedang berkembang adalah menjamurnya start up di sekor informasi teknologi (IT). Mereka banyak berkembang di kawasan Beji, Sukmajaya, Tapos dan Bojongsari.

"Untuk Beji dan Sukmajaya sudah terlihat bahwa di sana memang banyak penduduk sehingga pergerakan bisnisnya juga lebih banyak. Untuk Tapos dan Bojongsari berkembang karena adanya akses jalan tol yang menjadi keunggulan di wilayah itu," katanya.

Yulis merinci bahwa di Beji dan Sukmajaya bisnis yang berkembang antara lain percetakan, pendidikan dan jasa ekspedisi. Tiap wilayah memiliki keunggulan bisnisnya sendiri disesuaikan dengan karakteristik wilayah.

"Kalau di Tapos itu banyak gudang dan data center. Beda karakteristiknya dengan Beji atau Sukmajaya," ungkapnya. (Baca Juga: Pemkot Depok Moratorium Pembangun Gedung Bertingkat di Margonda
Diakui dia sampai saat ini iklim investasi yang paling besar atau utama adalah properti, perdagangan dan jasa, serta pergudangan. Properti memiliki porsi sebesar 35-40% dari total investasi yang masuk di Depok.

Sementara perdagangan sebesar 20%, jasa sebesar 20% dan lain-lain sebesar 20%. DPMPTSP Kota Depok sendiri telah melaksanakan berbagai kegiatan, guna merangsang investasi di Kota Depok. Sekaligus, menyediakan berbagai informasi yang berguna bagi penanam modal.

"Misalnya, memfasilitasi promosi investasi yang digelar tahunan atau penyusunan kajian insentif dan disinsentif penanaman modal," paparnya.

Pakar manajemen inovasi Universitas Indonesia (UI) Ali Berawi mengatakan, sudah saatnya pusat ekonomi baru di Depok dikembangkan. Sehingga kepadatan di kawasan Margonda bisa dipecah. Selain itu di kawasan baru tersebut nantinya bisa menjadi tujuan baru investor.

"Misalnya dilakukan pemerataan di Grand Depok City untuk kulinernya. Atau kawasan lain di Depok yang memang masih memungkinkan," katanya.

Dia setuju untuk dibuka titik baru yang nantinya bisa meningkatkan perekonomian Depok. Yang tak kalah penting perlunya pembangunan infrastruktur yang baik dan mendukung dengan dibukanya titik baru ekonomi di Depok. Misalnya fasilitas jalan dan transportasi yang baik serta infrastruktur pendukung lainnya layaknya sebuah kota.

"Kalau ada fasilitas infrastruktur yang baik tentu investor juga akan melirik kawasan tersebut. Karena kalau berbisnis yang dilihat adalah infrastruktur penunjang yang baik," tutupnya.
(mhd)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4885 seconds (0.1#10.140)