Zaki Minta Petani Padi di Kabupaten Tangerang Tanam Cabai

Sabtu, 29 September 2018 - 02:22 WIB
Zaki Minta Petani Padi di Kabupaten Tangerang Tanam Cabai
Zaki Minta Petani Padi di Kabupaten Tangerang Tanam Cabai
A A A
TANGERANG - Bupati Tangerang Ahmed Zaki Iskandar meminta petani di Kabupaten Tangerang mengubah pola pikirnya dari menanam padi, menjadi menanam cabai.

Menurut Zaki, hal itu sesuai dengan inovasi produk pertanian yang tengah digalakkan pemerintah, yakni inovasi teknologi mekanisasi pertanian modern mendukung revolusi industri 4.0 dari padi ke holtikultura.

"Ini satu keuntungan bagi kami, Kabupaten Tangerang, karena lokasi galeri mekanisme pertanian ini ada di Kabupaten Tangerang," jelasnya, di Pagedangan, Jumat 28 September 2018.

Menurutnya, petani padi di Tangerang, tidak bisa berkembang dan bertahan. Terutama, dalam bertahan hidup sebagai petani padi. Namun, dengan lahan yang hanya tinggal 10 hektare, tani padi menjadi sulit berkembang.

"Kalau kita lebih kepada mengubah mindset petani dan pemilik ladang, merevitalisasi lahan-lahan terbengkalai menjadi tanaman holtikultura, seperti cabe, daun bawang, pisang, pepaya California," sambung Zaki.

Dilanjutkan Zaki, saat ini ada sekira 5.000 buruh tani di Kabupaten Tangerang. Sedang pemilik lahan tani, tidak mencapai setengah dari jumlah buruh tani yang ada itu.

"Di Kabupaten Tangerang ini, petani kita yang menjadi pemilik lahan, lebih banyak para pekerjanya yang hanya 5.000 orang. Yang paling sedikit ini pemilik lahan, dan banyak lahan terbengkalai," jelasnya.

Menurutnya, lahan-lahan yang terbengkalai itu tidak bisa ditanami padi, selain karena lahannya yang tidak terlalu luas, juga karena nilai ekonomisnya yang sangat kurang.

"Petani itu bukan hanya padi, ada 400 produk holtikultura, seperti sayur mayur, dan buah-buahan yang bisa kembangkan. Luas lahan hijau pertanian hampir 10.000 hektare di Kabupaten Tangerang," paparnya.

Sementara itu, Menteri Pertanian Amran Sulaiman mengatakan, inovasi teknologi mekanisasi pertanian modern mendukung revolusi industri 4.0 di bidang pertanian.

"Saat ini industri pertanian dunia memasuki era evolusi industri ke empat atau disebut industri 4.0 yang ditandai penggunaan mesin-mesin otomasi yang terintegrasi dengan jaringan internet," ungkap Amran.

Dilanjutkan dia, ada lima teknologi utama yang menopang industri 4.0. Terdiri dari internet of things, artificial intelligence, human-machine interface, teknologi robotic dan sensor, dan teknologi 3D printing.

"Melalui implementasi industri 4.0 disektor pertanian, diharapkan proses usaha tani semakin efisien, sehingga ada peningkatan produktivitas dan daya saing," paparnya.

Menurutnya, tanpa teknologi, tak mungkin pertanian di Indonesia bisa bersaing dengan pertanian di negara lain. Dengan inovasi teknologi, ongkos bertani juga berhasil dipangkas hingga separuhnya.

"Bayangkan, dulu perhektare untuk biaya menanam saja bisa sampai Rp2 juta, sekarang hanya Rp1 juta perhekta. Kita bisa menghemat biaya Rp361 Triliun," jelasnya.

Dilanjutkan Amran, banyak produk pertanian dalam negeri yang diekspor. Angkanya bahkan mengalami kenaikan hingga 24%, dan semuanya di sektor holtikultura, seperti jagung, ayam tekur, bawang, dan lainnya.

Dalam peluncuran teknologi inovasi mekanisasi ini, ada beberapa alat mesin pertanian (alsintan) yang dipamerkan, yakni autonomous tractor tanpa pengemudi yang bisa dioperasikan hanya lewat laptop.

Kemudian drone deteksi unsur hara dengan remote, jajar legowo riding transplanter, yakni mesin penanam padi, dan boom sprayer atau alat penyiram air pembasmi hama yang bisa mengubah menjadi spray.
(mhd)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4779 seconds (0.1#10.140)