Libatkan Petinggi Partai, ACTA Laporkan Hujan Sembako ke Bawaslu

Senin, 24 April 2017 - 17:11 WIB
Libatkan Petinggi Partai, ACTA Laporkan Hujan Sembako ke Bawaslu
Libatkan Petinggi Partai, ACTA Laporkan Hujan Sembako ke Bawaslu
A A A
JAKARTA - Advokat Cinta Tanah Air (ACTA) kembali menyambangi Bawaslu DKI Jakarta untuk melaporkan dugaan kecurangan pembagian sembako di masa tenang saat Pilgub DKI Jakarta 2017 putaran kedua berlangsung.

ACTA menyambangi Bawaslu untuk melaporkan pendukung Ahok-Djarot terkait hujan sembako bersama saksi yang melihat langsung pembagian sembako tersebut.

Wakil Ketua ACTA Nurhayati mengatakan, berdasarkan tim yang ada di lapangan, peristiwa hujan sembako itu terjadi di 15 titik kawasan Jakarta.

"Ada di Kalibata City, Kampung Melayu, Rawa Terate, Duri Kepa, Kampung Maja Kalideres, Jatipulo Palmerah, Cipinang Besar Selatan, Gang Haji Madi Jakarta Selatan, Pulau Untung Jawa, Kemang Utara, Petamburan, Petogoan, Keramat Lontar," bebernya di Jakarta, Senin (24/4/2017).

Nurhayati menerangkan, ACTA menduga kasus tersebut didalangi oleh partai politik tertentu. Maka itu, dia mengganggap, kecurangan ini sudah memenuhi unsur terstruktur, sistematis dan massif.

"Adanya pola yang sama dan terjadi di berbagai daerah dalam skala yang sangat besar," tuturnya.

Selain hujan sembako, kata Nurhayati, politik uang yang terjadi dalam Pilgub DKI juga dapat memanipulasi suara masyarakat dalam menggunakan hak pilihnya saat hari pencoblosan. Kejahatan money politict merupakan kejahatan serius terhadap demokrasi Indonesia.

"Politik uang itu kejahatan serius terhadap demokrasi karena bisa memanipulasi aspirasi rakyat dalam proses pemilihan. Kami harap Bawaslu mengusut kasus ini hingga tuntas. Pelakunya harus dikenakan sanksi pidana dan bila terbukti ada keterlibatan Ahok-Djarot, Bawaslu jangan ragu mendiskualifikasinya," jelasnya.

Sebelumnya, Ketua Dewan Pembina ACTA, Habiburokhman memaparkan, akan memasukan permohonan ke Bawaslu agar kasus yang melibatkan paslon nomor urut 2 itu diperiksa karena sudah memenuhi unsur TSM (Terstruktur, Sistematis dan Massif).

"Terstruktur karena ada pemberitaan di salah satu media online, ada bandar beras yang mengaku mendapat order beras dari petinggi parpol. Sistematis karena polanya jelas, hampir sama sembako dibawa malam pakai truk disimpan ke posko. Massif karena terjadi dibanyak tempat," katanya.
(mhd)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6300 seconds (0.1#10.140)