Saldo Polis Anjlok, Nasabah Asuransi Meradang
loading...
A
A
A
JAKARTA - Nasabah sejumlah perusahaan asuransi belakangan ini ramai mengeluhkan saldo polis unit link yang dimiliki. Sebagian besar kecewa karena nilai polisnya mengalami penurunan yang signifikan seperti yang dialami nasabah Asuransi AIA, Prudential, Manulife, dan Cigna.
Nani, nasabah perusahaan asuransi terkemuka mengaku kecewa kemudian menyampaikannya melalui media sosial Twitter.
Dia mengeluhkan sepanjang enam tahun kepesertaannya di asuransi tersebut, saldo investasinya hanya tersisa Rp19 juta. “Saya sudah ikut polis selama 6 tahun 2 bulan dengan pembayaran premi Rp500.000/bulan. Perkiraan nilai yang sudah disetor Rp37 juta. Kemarin tutup polis cuma dapat Rp19.950.000,” ujar Nani, Rabu (29/7/2020). (Baca juga: Viral! Keluhan Nasabah Tak Bisa Cairkan Asuransi Pendidikan Setelah 17 Tahun)
Keluhan serupa juga dilontarkan nasabah asuransi terkemuka lainnya bernama Yupi Zilina yang menyampaikannya di Facebook. Dia mengeluhkan saat ingin berhenti setelah sembilan tahun menjadi nasabah, saldo yang tersisa hanya sekitar Rp16 juta. Jumlah itu jauh di bawah total premi yang sudah dibayarkannya sebesar Rp38 juta lebih.
Sebenarnya masih banyak keluhan yang diajukan nasabah asuransi lainnya. Bahkan, sebagian nasabah berinisiatif membentuk grup di Facebook sebagai tempat saling bertukar informasi.
Umumnya nasabah unit link dari berbagai perusahaan asuransi itu merasa tertipu setelah mengetahui saldo investasinya turun drastis. Mereka mengaku tidak mengetahui bahwa produk asuransi yang dibeli adalah produk proteksi yang dikaitkan dengan investasi.
Diketahui, sebagian besar produk unit link yang dipasarkan sejumlah asuransi saat ini mengalami penurunan kinerja dan imbal hasil investasi. Hal itu dipicu turunnya nilai saham dan portofolio investasi lainnya yang menjadi underlying produk asuransi unit link. (Baca juga: Ratusan Nasabah di Banyumas Histeris Mengetahui Uangnya Rp5 M Raib)
Menurut Lembaga Riset Reksadana, Infovesta, nilai dana kelolaan (asset under management/AUM) dari reksadana Indonesia turun sebanyak Rp53,28 triliun secara month-to-month (mtm) dari akhir Februari 2020 ke akhir Maret 2020. Penurunan nilai AUM terbesar ini terjadi pada produk reksadana indeks dengan penurunan sebesar 24,64% mtm.
Penurunan AUM terbesar kedua terjadi pada reksa dana pasar uang, di periode yang sama nilainya turun sebesar 20,70%. Penurunan terbesar ketiga terjadi pada AUM reksa dana saham yang menguap sebesar 17,70%.
Penurunan di berbagai portofolio investasi turut berpengaruh terhadap produk proteksi sekaligus investasi, yakni asuransi Unit Link. Pasalnya berbagai produk investasi seperti saham, obligasi, hingga reksa dana menjadi underlying dari Unit Link.
Ketua Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI) Budi Tampubolon menuturkan, investasi di tengah perlambatan ekonomi seperti saat ini akan mengalami penurunan nilai signifikan terutama untuk asuransi berbalut investasi berbasis saham.
“Pilihan investasi ada beberapa yang dalam kondisi saat ini kinerjanya turun. Apalagi kalau waktu membuka polis, penempatan investasinya di saham atau campuran,” ujarnya. (Baca juga: Pegadaian Perluas Akses Pendanaan Nelayan Terdampak Covid-19)
Untuk itu, dia mengingatkan tujuan utama memiliki asuransi adalah memberikan perlindungan. Nasabah harus menempatkan perlindungan jiwa sebagai manfaat utama. “Pemegang polis tentu paham bahwa ini bukan invetasi jangka pendek melainkan perlindungan jangka panjang,” kata Budi.
Menurut dia, di tengah kondisi runtuhnya nilai saham terdapat sejumlah nasabah yang justru melakukan penambahan nilai polis. Hal ini dikarenakan perhitungan manfaat maupun perhitungan investasi. “Ini kontrak jangka panjang. Jadi nilai investasi ada pilihan turun, ada stabil, tergantung nasabah. Dia justru melihat ini kesempatan tambahan premi atau top up,” ujarnya.
Lihat Juga: Diska Perindo Sosialisasikan Program Asuransi Kecelakaan kepada Jemaah Majelis Taklim As-Salamah Cilandak
Nani, nasabah perusahaan asuransi terkemuka mengaku kecewa kemudian menyampaikannya melalui media sosial Twitter.
Dia mengeluhkan sepanjang enam tahun kepesertaannya di asuransi tersebut, saldo investasinya hanya tersisa Rp19 juta. “Saya sudah ikut polis selama 6 tahun 2 bulan dengan pembayaran premi Rp500.000/bulan. Perkiraan nilai yang sudah disetor Rp37 juta. Kemarin tutup polis cuma dapat Rp19.950.000,” ujar Nani, Rabu (29/7/2020). (Baca juga: Viral! Keluhan Nasabah Tak Bisa Cairkan Asuransi Pendidikan Setelah 17 Tahun)
Keluhan serupa juga dilontarkan nasabah asuransi terkemuka lainnya bernama Yupi Zilina yang menyampaikannya di Facebook. Dia mengeluhkan saat ingin berhenti setelah sembilan tahun menjadi nasabah, saldo yang tersisa hanya sekitar Rp16 juta. Jumlah itu jauh di bawah total premi yang sudah dibayarkannya sebesar Rp38 juta lebih.
Sebenarnya masih banyak keluhan yang diajukan nasabah asuransi lainnya. Bahkan, sebagian nasabah berinisiatif membentuk grup di Facebook sebagai tempat saling bertukar informasi.
Umumnya nasabah unit link dari berbagai perusahaan asuransi itu merasa tertipu setelah mengetahui saldo investasinya turun drastis. Mereka mengaku tidak mengetahui bahwa produk asuransi yang dibeli adalah produk proteksi yang dikaitkan dengan investasi.
Diketahui, sebagian besar produk unit link yang dipasarkan sejumlah asuransi saat ini mengalami penurunan kinerja dan imbal hasil investasi. Hal itu dipicu turunnya nilai saham dan portofolio investasi lainnya yang menjadi underlying produk asuransi unit link. (Baca juga: Ratusan Nasabah di Banyumas Histeris Mengetahui Uangnya Rp5 M Raib)
Menurut Lembaga Riset Reksadana, Infovesta, nilai dana kelolaan (asset under management/AUM) dari reksadana Indonesia turun sebanyak Rp53,28 triliun secara month-to-month (mtm) dari akhir Februari 2020 ke akhir Maret 2020. Penurunan nilai AUM terbesar ini terjadi pada produk reksadana indeks dengan penurunan sebesar 24,64% mtm.
Penurunan AUM terbesar kedua terjadi pada reksa dana pasar uang, di periode yang sama nilainya turun sebesar 20,70%. Penurunan terbesar ketiga terjadi pada AUM reksa dana saham yang menguap sebesar 17,70%.
Penurunan di berbagai portofolio investasi turut berpengaruh terhadap produk proteksi sekaligus investasi, yakni asuransi Unit Link. Pasalnya berbagai produk investasi seperti saham, obligasi, hingga reksa dana menjadi underlying dari Unit Link.
Ketua Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI) Budi Tampubolon menuturkan, investasi di tengah perlambatan ekonomi seperti saat ini akan mengalami penurunan nilai signifikan terutama untuk asuransi berbalut investasi berbasis saham.
“Pilihan investasi ada beberapa yang dalam kondisi saat ini kinerjanya turun. Apalagi kalau waktu membuka polis, penempatan investasinya di saham atau campuran,” ujarnya. (Baca juga: Pegadaian Perluas Akses Pendanaan Nelayan Terdampak Covid-19)
Untuk itu, dia mengingatkan tujuan utama memiliki asuransi adalah memberikan perlindungan. Nasabah harus menempatkan perlindungan jiwa sebagai manfaat utama. “Pemegang polis tentu paham bahwa ini bukan invetasi jangka pendek melainkan perlindungan jangka panjang,” kata Budi.
Menurut dia, di tengah kondisi runtuhnya nilai saham terdapat sejumlah nasabah yang justru melakukan penambahan nilai polis. Hal ini dikarenakan perhitungan manfaat maupun perhitungan investasi. “Ini kontrak jangka panjang. Jadi nilai investasi ada pilihan turun, ada stabil, tergantung nasabah. Dia justru melihat ini kesempatan tambahan premi atau top up,” ujarnya.
Lihat Juga: Diska Perindo Sosialisasikan Program Asuransi Kecelakaan kepada Jemaah Majelis Taklim As-Salamah Cilandak
(jon)