Anggota DPRD Kenneth Minta Pemprov DKI Mediasi Bali Towerindo dan Keluarga Sultan
loading...
A
A
A
Kent sempat menjenguk Sultan Rifat di Rumah Sakit Polri Kramat Jati, Jakarta Timur, untuk mengetahui kondisi mahasiswa Universitas Brawijaya (UB) Malang itu. Ia ingin mengetahui fakta kasus tersebut yang menyatakan jika keluarga Sultan ada meminta kepada PT Bali Towerindo uang sebesar Rp10 miliar untuk penyelesaian kasusnya.
"Saya sudah bertemu Sultan dan keluarga untuk menanyakan kondisi dan perkembangannya sejauhini bagaimana, serta fakta dan realita apa yang terjadi sebenarnya. Soal permintaan uang kepada PT Bali Towerindo sebesar Rp10 miliar itu sudah dibantah pihak keluarga," katanya.
Menurut pengakuan ayah Sultan, kata dia, keluarga tidak pernah meminta nilai nominal dengan angka tersebut. keluarga hanya ingin manajemen PT Bali Towerindo datang untuk melihat anaknya secara langsung, dan melihat kenyataan yang terjadi.
"Beliau tidak mau semuanya dinilai hanya dengan uang, minimal ada komunikasi dengan dokter yang merawat dan menanyakan perkembangan anaknya ini secara medis. Jadi PT Bali Towerindo juga paham kondisi Sultan sekarang itu bagaimana. Poin pentingnya harus ada perhatian dan di wongke saja, simpel. Jadi bukan karena semata mata karena uang," bebernya.
Kent mengaku sudah menasihati keluarga Sultan, bahwa jangan sampai meminta yang bukan menjadi hak karena hal itu tidak baik. Jika mau meminta bentuk pertanggungjawaban penggantian pengobatan, itu juga harus sesuai dengan batas kewajaran.
"Jadi PT Bali Towerindo saran saya tidak perlu defensif dan selalu berbicara tentang uang kepada keluarga korban. Saran saya, coba tolong berikan perhatian dan penghargaan sedikit kepada keluarga Sultan, supaya minimal ada sedikit penghiburan dan rasa nyaman. Namanya ada traumatis jadi ya penanganannya harus agak soft, engak bisa keras dan grasa grusu main nyodor nyodorin nilai angka seperti itu," ketus Ketua Ikatan Keluarga Alumni Lemhannas RI PPRA Angkatan LXII itu.
Menurut dia, ,pembentukan pansus kabel semrawut ini sangat penting supaya ke depannya bisa mendapatkan perhatian lebih serius lagi dari Pemprov DKI dan dari pihak pihak terkait lainnya.
"Dari awal saya dilantik menjadi anggota dewan masalah kabel semrawut ini saya lihat kok tidak pernah beres-beres. makin ke sini kok makin parah, malah sekarang menimbulkan korban jiwa dan sampai ada yang meninggal dunia. Berarti saya anggap sudah parah sekali ya. Saya juga menerima banyak sekali pengaduan dari masyarakat lewat telepon seluler bahwa masyarakat sudah merasa resah terkait masalah kabel semrawut ini," tutur Kent.
Dalam masalah ini, Kent menilai Pemprov DKI tidak ada kejelasan dan cenderung selalu normatif penjelasannya dengan alasan masih melakukan perapihan terus.
"Saya sudah bertemu Sultan dan keluarga untuk menanyakan kondisi dan perkembangannya sejauhini bagaimana, serta fakta dan realita apa yang terjadi sebenarnya. Soal permintaan uang kepada PT Bali Towerindo sebesar Rp10 miliar itu sudah dibantah pihak keluarga," katanya.
Menurut pengakuan ayah Sultan, kata dia, keluarga tidak pernah meminta nilai nominal dengan angka tersebut. keluarga hanya ingin manajemen PT Bali Towerindo datang untuk melihat anaknya secara langsung, dan melihat kenyataan yang terjadi.
"Beliau tidak mau semuanya dinilai hanya dengan uang, minimal ada komunikasi dengan dokter yang merawat dan menanyakan perkembangan anaknya ini secara medis. Jadi PT Bali Towerindo juga paham kondisi Sultan sekarang itu bagaimana. Poin pentingnya harus ada perhatian dan di wongke saja, simpel. Jadi bukan karena semata mata karena uang," bebernya.
Kent mengaku sudah menasihati keluarga Sultan, bahwa jangan sampai meminta yang bukan menjadi hak karena hal itu tidak baik. Jika mau meminta bentuk pertanggungjawaban penggantian pengobatan, itu juga harus sesuai dengan batas kewajaran.
"Jadi PT Bali Towerindo saran saya tidak perlu defensif dan selalu berbicara tentang uang kepada keluarga korban. Saran saya, coba tolong berikan perhatian dan penghargaan sedikit kepada keluarga Sultan, supaya minimal ada sedikit penghiburan dan rasa nyaman. Namanya ada traumatis jadi ya penanganannya harus agak soft, engak bisa keras dan grasa grusu main nyodor nyodorin nilai angka seperti itu," ketus Ketua Ikatan Keluarga Alumni Lemhannas RI PPRA Angkatan LXII itu.
Dorong Fraksi PDIP Bentuk Pansus Kabel Menjuntai
Di sisi lain, Kent menyatakan akan berdiskusi dengan pimpinan Fraksi PDIP DPRD DKI Jakarta untuk mendorong pembentukan panitia khusus (pansus) kabel semrawut atau menjuntai ke jalan, karena masyarakat sudah sangat resah.Menurut dia, ,pembentukan pansus kabel semrawut ini sangat penting supaya ke depannya bisa mendapatkan perhatian lebih serius lagi dari Pemprov DKI dan dari pihak pihak terkait lainnya.
"Dari awal saya dilantik menjadi anggota dewan masalah kabel semrawut ini saya lihat kok tidak pernah beres-beres. makin ke sini kok makin parah, malah sekarang menimbulkan korban jiwa dan sampai ada yang meninggal dunia. Berarti saya anggap sudah parah sekali ya. Saya juga menerima banyak sekali pengaduan dari masyarakat lewat telepon seluler bahwa masyarakat sudah merasa resah terkait masalah kabel semrawut ini," tutur Kent.
Dalam masalah ini, Kent menilai Pemprov DKI tidak ada kejelasan dan cenderung selalu normatif penjelasannya dengan alasan masih melakukan perapihan terus.