Sekolah Daring Bikin Darah Tinggi
loading...
A
A
A
TANGERANG - Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) atau sistem belajar online/daring di era pandemi Covid-19 ternyata tidak mudah. Butuh banyak perjuangan dan pengorbanan.
Disebut perjuangan karena orang tua harus menjadi guru bagi anaknya, orang tua harus giat mencari uang demi membeli kuota internet, dan berjuang menahan diri atau emosi ketika si anak belum memahami materi pelajaran. (Baca juga: Orang Tua Mengeluh soal Belajar Daring, Ini Jawaban Sekda Purwakarta)
Untuk pengorbanan, misalnya yang biasanya sang ibu bisa memasak pagi-pagi ketika si anak berada di sekolah kini memasak menjadi nomor dua, prioritas pertama ngajarin anak dulu.
“Sekolah daring bikin darah tinggi. Kita harus sabar, habis mau gimana lagi,” ujar Mira (38), warga Perumnas II, Karawaci yang anaknya sekolah di kawasan Serpong, Tangerang Selatan (Tangsel), Kamis (23/7/2020). (Baca juga: Pembelajaran Online Dinilai Memberatkan, Orang Tua Desak Ada Perubahan)
Ibu lainnya, Silvy (40) memilih menyerahkan nasib anaknya yang duduk di bangku SMP belajar di rumah kepada suaminya yang sudah tiga bulan bekerja dari rumah (work from home). Perempuan yang tinggal di kawasan BSD, Serpong itu meng-handle anak keduanya yang masih duduk di bangku SD.
“Mumpung ayahnya di rumah biar dia ngajarin. Saya ngurus anak kedua sama dapur. Kalau saya urus semua bisa mati berdiri,” celotehnya.
Disebut perjuangan karena orang tua harus menjadi guru bagi anaknya, orang tua harus giat mencari uang demi membeli kuota internet, dan berjuang menahan diri atau emosi ketika si anak belum memahami materi pelajaran. (Baca juga: Orang Tua Mengeluh soal Belajar Daring, Ini Jawaban Sekda Purwakarta)
Untuk pengorbanan, misalnya yang biasanya sang ibu bisa memasak pagi-pagi ketika si anak berada di sekolah kini memasak menjadi nomor dua, prioritas pertama ngajarin anak dulu.
“Sekolah daring bikin darah tinggi. Kita harus sabar, habis mau gimana lagi,” ujar Mira (38), warga Perumnas II, Karawaci yang anaknya sekolah di kawasan Serpong, Tangerang Selatan (Tangsel), Kamis (23/7/2020). (Baca juga: Pembelajaran Online Dinilai Memberatkan, Orang Tua Desak Ada Perubahan)
Ibu lainnya, Silvy (40) memilih menyerahkan nasib anaknya yang duduk di bangku SMP belajar di rumah kepada suaminya yang sudah tiga bulan bekerja dari rumah (work from home). Perempuan yang tinggal di kawasan BSD, Serpong itu meng-handle anak keduanya yang masih duduk di bangku SD.
“Mumpung ayahnya di rumah biar dia ngajarin. Saya ngurus anak kedua sama dapur. Kalau saya urus semua bisa mati berdiri,” celotehnya.
(jon)