Tragedi Bintaro 1987, Musibah Terburuk dalam Sejarah Perkeretaapian di Indonesia
loading...
A
A
A
JAKARTA - Tragedi Bintaro 1987 menjadi salah satu momen kelam dalam sejarah perkeretaapian Indonesia. Tercatat ratusan penumpang menjadi korban jiwa dalam tragedi tersebut.
Kejadian memilukan ini terjadi pada 19 Oktober 1987 di daerah Pondok Betung, Bintaro, Jakarta Selatan.
Saat itu, kedua masinis tidak mengetahui masing-masing keretanya tengah melintas di rel yang sama. Pada akhirnya, tabrakan di antara keduanya pun tak bisa dihindari.
Peristiwa memilukan yang terjadi di daerah Pondok Betung, Bintaro, Jakarta Selatan ini setidaknya menyebabkan 153 orang meninggal serta 300 lainnya luka-luka. Kejadian tersebut benar-benar menjadi sejarah buruk bagi perkeretaapian Tanah Air.
Berdasarkan data yang dihimpun dari berbagai sumber, perjalanan maut tersebut bermula saat KA 225 jurusan Rangkasbitung - Jakarta yang dipimpin masinis Slamet Suradio berhenti di jalur 3 Stasiun Sudimara.
KA 225 itu tunggu bersilang dengan KA 220 Patas jurusan Tanah Abang - Merak dengan masinis Amung Sunary. Namun, saat bersilang tanpa adanya komunikasi dengan Stasiun Sudimara, petugas Stasiun Serpong justru memberi sinyal aman bagi KA 225.
Padahal, saat bersamaan jalur di Stasiun Sudimara sudah penuh kereta. Masinis Slamet akhirnya membawa KA 225 dari Serpong ke Sudimara dan tiba pukul 06.45 WIB.
Barulah setelah sadar Stasiun Sudimara penuh, Kepala Stasiun Sudimara lantas melansir perintah kepada Slamet untuk masuk jalur 1 di Sudimara. Sayangnya, dia tidak dapat melihat tanda atau semboyan yang diberikan karena lokomotifnya penuh.
Kejadian memilukan ini terjadi pada 19 Oktober 1987 di daerah Pondok Betung, Bintaro, Jakarta Selatan.
Tragedi Bintaro 1987
Insiden Bintaro 1987 ini melibatkan dua buah kereta api, yakni KA 255 jurusan Rangkasbitung - Jakarta dengan penumpang 700 orang dan KA 220 Patas jurusan Tanah Abang - Merak berpenumpang 500 orang.Saat itu, kedua masinis tidak mengetahui masing-masing keretanya tengah melintas di rel yang sama. Pada akhirnya, tabrakan di antara keduanya pun tak bisa dihindari.
Peristiwa memilukan yang terjadi di daerah Pondok Betung, Bintaro, Jakarta Selatan ini setidaknya menyebabkan 153 orang meninggal serta 300 lainnya luka-luka. Kejadian tersebut benar-benar menjadi sejarah buruk bagi perkeretaapian Tanah Air.
Berdasarkan data yang dihimpun dari berbagai sumber, perjalanan maut tersebut bermula saat KA 225 jurusan Rangkasbitung - Jakarta yang dipimpin masinis Slamet Suradio berhenti di jalur 3 Stasiun Sudimara.
KA 225 itu tunggu bersilang dengan KA 220 Patas jurusan Tanah Abang - Merak dengan masinis Amung Sunary. Namun, saat bersilang tanpa adanya komunikasi dengan Stasiun Sudimara, petugas Stasiun Serpong justru memberi sinyal aman bagi KA 225.
Padahal, saat bersamaan jalur di Stasiun Sudimara sudah penuh kereta. Masinis Slamet akhirnya membawa KA 225 dari Serpong ke Sudimara dan tiba pukul 06.45 WIB.
Barulah setelah sadar Stasiun Sudimara penuh, Kepala Stasiun Sudimara lantas melansir perintah kepada Slamet untuk masuk jalur 1 di Sudimara. Sayangnya, dia tidak dapat melihat tanda atau semboyan yang diberikan karena lokomotifnya penuh.