Sejarah Bandit Legendaris Entong Tolo, Robin Hood dari Bekasi
loading...
A
A
A
BEKASI - Nama Entong Tolo mungkin asing bagi sebagian masyarakat Bekasi . Padahal sosok Entong Tolo cukup legendaris. Jika di Jakarta ada jawara legendaris Si Pitung, maka Bekasi punya Entong Tolo.
Entong Tolo dikenal sebagai bandit atau perampok yang memiliki jiwa sosial tinggi. Di masa Kolonial Belanda, sosok Entong Tolo mirip Robin Hood, seorang tokoh dalam cerita rakyat Inggris, yang kerap mencuri harta orang kaya lalu membagikannya kepada fakir miskin.
Pada awal abad XX, muncul dua tokoh berandal ternama yang dianggap bandit oleh polisi Batavia dan tuan tanah perkebunan di daerah Ommelanden, yaitu Si Gantang dan Entong Tolo. Keduanya sama-sama menjadikan Pondok Gede sebagai Koplakan atau markas yang jaraknya sekitar 15 km dari Meester Cornelis.
Douwes Dekker alias Multatuli dalam bukunya berjudul Max Havelaar, dikutip Jumat (7/4/2022), menyebutkan, selama abad XIX hingga awal abad XX telah muncul perbanditan terorganisasi yang daerah operasinya meliputi Banten, Tangerang, Jatinegara, Bekasi, Karawang, dan Bogor.
Istilah perbanditan memiliki pandangan subjektivitas dari kubu pemerintah kolonial dan pengelola perkebunan, serta dari kalangan penduduk, petani atau rakyat kecil.
Pemerintah kolonial dan pengelola perkebunan menganggap mereka sebagai pengganggu stabilitas jalannya pemerintahan, keamanan dan ketertiban. Sementara masyarakat menganggap mereka sebagai pahlawan. Resistensi mereka merupakan manifestasi protes sosial terhadap tindakan pemerintah dan tuan tanah pengelola perkebunan yang dianggap merugikan petani dan rakyat.
Sejarawan sosial Inggris EJ Hosbawn mendefinisikan istilah bandit sebagai seseorang atau kelompok yang merampok dengan kekerasan. Namun demikian, bandit ini dibedakan menjadi Bandit Biasa (Ordinary Bandit) dan Bandit Sosial (Social Bandit).
Bandit Biasa melakukan kejahatan dengan cara merampok tanpa latar belakang apapun. Sedangkan, Bandit Sosial adalah perbuatan seseorang atau sekelompok untuk merampok yang dilatarbelakangi kepentingan sosial-politik.
Jika Si Gantang merampok tanpa latar belakang apapun, maka Entong Tolo merampok dengan latar belakang sosial-politik (resistensi terhadap pengelola perkebunan).
Entong Tolo dikenal sebagai bandit atau perampok yang memiliki jiwa sosial tinggi. Di masa Kolonial Belanda, sosok Entong Tolo mirip Robin Hood, seorang tokoh dalam cerita rakyat Inggris, yang kerap mencuri harta orang kaya lalu membagikannya kepada fakir miskin.
Pada awal abad XX, muncul dua tokoh berandal ternama yang dianggap bandit oleh polisi Batavia dan tuan tanah perkebunan di daerah Ommelanden, yaitu Si Gantang dan Entong Tolo. Keduanya sama-sama menjadikan Pondok Gede sebagai Koplakan atau markas yang jaraknya sekitar 15 km dari Meester Cornelis.
Douwes Dekker alias Multatuli dalam bukunya berjudul Max Havelaar, dikutip Jumat (7/4/2022), menyebutkan, selama abad XIX hingga awal abad XX telah muncul perbanditan terorganisasi yang daerah operasinya meliputi Banten, Tangerang, Jatinegara, Bekasi, Karawang, dan Bogor.
Istilah perbanditan memiliki pandangan subjektivitas dari kubu pemerintah kolonial dan pengelola perkebunan, serta dari kalangan penduduk, petani atau rakyat kecil.
Pemerintah kolonial dan pengelola perkebunan menganggap mereka sebagai pengganggu stabilitas jalannya pemerintahan, keamanan dan ketertiban. Sementara masyarakat menganggap mereka sebagai pahlawan. Resistensi mereka merupakan manifestasi protes sosial terhadap tindakan pemerintah dan tuan tanah pengelola perkebunan yang dianggap merugikan petani dan rakyat.
Sejarawan sosial Inggris EJ Hosbawn mendefinisikan istilah bandit sebagai seseorang atau kelompok yang merampok dengan kekerasan. Namun demikian, bandit ini dibedakan menjadi Bandit Biasa (Ordinary Bandit) dan Bandit Sosial (Social Bandit).
Bandit Biasa melakukan kejahatan dengan cara merampok tanpa latar belakang apapun. Sedangkan, Bandit Sosial adalah perbuatan seseorang atau sekelompok untuk merampok yang dilatarbelakangi kepentingan sosial-politik.
Jika Si Gantang merampok tanpa latar belakang apapun, maka Entong Tolo merampok dengan latar belakang sosial-politik (resistensi terhadap pengelola perkebunan).