Asal Usul Penamaan Jalan Rasuna Said Kuningan Jakarta Selatan
loading...
A
A
A
JAKARTA - Jalan HR Rasuna Said , Kuningan, Jakarta Selatan, masuk dalam salah satu jalan protokol di DKI Jakarta. Jalan HR Rasuna Said merupakan akses penting menuju berbagai wilayah di pusat Kota Jakarta.
Ruas Jalan HR Rasuna Said pernah menjadi sorotan karena berlubang di beberapa bagiannya dan membahayakan pengendara motor. Jalan berlubang dan bergelombang tersebut ada di sekitaran proyek pembangunan LRT Kuningan.
Sebagian besar masyarakat Indonesia, terutama DKI Jakarta, tentu tahu bahwa nama jalan tersebut diambil dari nama seorang pahlawan wanita Indonesia bernama Hajjah Rangkayo Rasuna Said atau HR Rasuna Said.
Laman Kepustakaan Kongres Wanita Indonesia dikutip Rabu (22/2/2023) disebutkan, Rasuna Said merupakan seorang pejuang kemerdekaan kelahiran Maninjau, Agam, Sumatera Barat, pada 14 September 1910. Ia diketahui keturunan bangsawan Minang, anak dari Muhammad Said yang berprofesi sebagai saudagar sekaligus aktivis pergerakan.
Sejak kecil, Rasuna dikenal sebagai sosok yang cerdas dan berani dalam mengutarakan pendapatnya. Ia tumbuh menjadi individu yang sangat memperhatikan kemajuan pendidikan bagi kaum wanita.
Rasuna Said sempat mengajar di sekolah Diniyah Putri, namun berhenti karena memiliki pandangan bahwa kemajuan kaum wanita tidak hanya mampu didapat dengan mendirikan sekolah.
Akan tetapi, wanita harus ikut andil dalam pendidikan politik. Maka dari itu, ia memasukkan kurikulum pendidikan politik di Diniyah Putri, sayangnya ditolak.
Setelah itu, ia belajar dan mendalami ilmu agama dengan H Abdul Karim Amrullah. Rasuna mendapat pelajaran mengenai pentingnya pembaharuan berpikir dalam Islam, juga tentang kebebasan berpikir.
Di tahun yang sama, ia mendirikan Persatoean Moeslimin Indonesia (Permi)di wilayah Bukit Tinggi. Memiliki keterampilan dasar sebagai pendidik, Rasuna kembali menjadi guru di sekolah-sekolah yang didirikan oleh Permi, baru kemudian mendirikan sekolah Thawalib di Padang dan menjadi pimpinan Kursus Putri di wilayah Bukit Tinggi.
Ia juga berkiprah sebagai wartawan dengan mendirikan majalah Menara Putri. Oleh pemerintah Belanda, Rasuna sempat ditangkap dan dipenjara pada tahun 1932 di Semarang. Hal ini karena pidatonya yang antikolonialisme, sehingga ia dikenakan dakwaan pelanggaran berbicara.
Peristiwa itu mencatatkan namanya sebagai perempuan pribumi pertama yang didakwa dengan delik speekdelict oleh Belanda. Rasuna juga beberapa kali menulis artikel dengan nada tajam dan sangat berani.
Usai Indonesia merdeka, Rasuna aktif berkiprah di Komite Nasional Indonesia dan Badan Penerangan Pemuda Indonesia. Ia bahkan turut andil dalam Dewan Perwakilan Sumatera mewakili Sumatera Barat. Rasuna juga menjadi anggota DPR RIS (Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia Serikat) dan Dewan Pertimbangan Agung.
HR Rasuna Said wafat di Jakarta, 2 November 1965 dalam usia 55 tahun. Pemerintah Indonesia mengangkatnya sebagai pahlawan nasional pada tahun 1974, berdasarkan Surat Keputusan Presiden Nomor 084/TK/Tahun 1974 tertanggal 13 Desember 1974. Nama Rasuna Said kemudian diabadikan sebagai nama salah satu jalan utama di kawasan Kuningan, Jakarta Selata.
Ruas Jalan HR Rasuna Said pernah menjadi sorotan karena berlubang di beberapa bagiannya dan membahayakan pengendara motor. Jalan berlubang dan bergelombang tersebut ada di sekitaran proyek pembangunan LRT Kuningan.
Sebagian besar masyarakat Indonesia, terutama DKI Jakarta, tentu tahu bahwa nama jalan tersebut diambil dari nama seorang pahlawan wanita Indonesia bernama Hajjah Rangkayo Rasuna Said atau HR Rasuna Said.
Laman Kepustakaan Kongres Wanita Indonesia dikutip Rabu (22/2/2023) disebutkan, Rasuna Said merupakan seorang pejuang kemerdekaan kelahiran Maninjau, Agam, Sumatera Barat, pada 14 September 1910. Ia diketahui keturunan bangsawan Minang, anak dari Muhammad Said yang berprofesi sebagai saudagar sekaligus aktivis pergerakan.
Sejak kecil, Rasuna dikenal sebagai sosok yang cerdas dan berani dalam mengutarakan pendapatnya. Ia tumbuh menjadi individu yang sangat memperhatikan kemajuan pendidikan bagi kaum wanita.
Rasuna Said sempat mengajar di sekolah Diniyah Putri, namun berhenti karena memiliki pandangan bahwa kemajuan kaum wanita tidak hanya mampu didapat dengan mendirikan sekolah.
Akan tetapi, wanita harus ikut andil dalam pendidikan politik. Maka dari itu, ia memasukkan kurikulum pendidikan politik di Diniyah Putri, sayangnya ditolak.
Setelah itu, ia belajar dan mendalami ilmu agama dengan H Abdul Karim Amrullah. Rasuna mendapat pelajaran mengenai pentingnya pembaharuan berpikir dalam Islam, juga tentang kebebasan berpikir.
Di tahun yang sama, ia mendirikan Persatoean Moeslimin Indonesia (Permi)di wilayah Bukit Tinggi. Memiliki keterampilan dasar sebagai pendidik, Rasuna kembali menjadi guru di sekolah-sekolah yang didirikan oleh Permi, baru kemudian mendirikan sekolah Thawalib di Padang dan menjadi pimpinan Kursus Putri di wilayah Bukit Tinggi.
Ia juga berkiprah sebagai wartawan dengan mendirikan majalah Menara Putri. Oleh pemerintah Belanda, Rasuna sempat ditangkap dan dipenjara pada tahun 1932 di Semarang. Hal ini karena pidatonya yang antikolonialisme, sehingga ia dikenakan dakwaan pelanggaran berbicara.
Peristiwa itu mencatatkan namanya sebagai perempuan pribumi pertama yang didakwa dengan delik speekdelict oleh Belanda. Rasuna juga beberapa kali menulis artikel dengan nada tajam dan sangat berani.
Usai Indonesia merdeka, Rasuna aktif berkiprah di Komite Nasional Indonesia dan Badan Penerangan Pemuda Indonesia. Ia bahkan turut andil dalam Dewan Perwakilan Sumatera mewakili Sumatera Barat. Rasuna juga menjadi anggota DPR RIS (Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia Serikat) dan Dewan Pertimbangan Agung.
HR Rasuna Said wafat di Jakarta, 2 November 1965 dalam usia 55 tahun. Pemerintah Indonesia mengangkatnya sebagai pahlawan nasional pada tahun 1974, berdasarkan Surat Keputusan Presiden Nomor 084/TK/Tahun 1974 tertanggal 13 Desember 1974. Nama Rasuna Said kemudian diabadikan sebagai nama salah satu jalan utama di kawasan Kuningan, Jakarta Selata.
(thm)