Profil Kompol Putra Pratama, Kapolsek Tambora Lulusan Akpol 2008 Berprestasi dari Keluarga Sederhana

Selasa, 07 Februari 2023 - 05:20 WIB
loading...
Profil Kompol Putra...
Kapolsek Metro Tambora Kompol Putra Pratama. Foto/SINDOnews
A A A
JAKARTA - Garis kehidupan merupakan misteri yang tidak dapat dipastikan hanya dengan dari keturunan apakah keluarga yang bergelimang harta atau keluarga hanya berkecukupan. Seorang dapat merubah keadaan dengan kerja keras yang dilakukan.

Begitulah pengalaman Kapolsek Tambora di Jakarta Barat Kompol Putra Pratama. Dia mengaku berasal dari keluarga yang sederhana dengan profesi ayah sebagai pekerja serabutan.

”Saya anak sulung berasal dari keluarga miskin di Bangka, Ayah bekerja serabutan, Ibu tidak bekerja, memiliki satu adik,” kata Putra kepada SINDOnews, Senin (6/2/2023).

Dia bercerita bahwa sejak lulus SMP sudah berpisah dengan orang tua, di Kota yang berbeda melanjutkan SMA boarding school gratis yang dibiayai oleh CSR sebuah perusahaan tambang.

Setelah melanjutkan pendidikan dan lulus SMA 1 Pemali, Kabupaten Bangka, Provinsi Bangka Belitung tahun 2005. Sebagai anak dari keluarga sederhana, sebelum lulus SMA Putra termotivasi untuk mencari sekolah lanjutan gratis dan langsung mendapatkan pekerjaan.

Pilihannya tidak terlalu banyak antara Polisi, TNI, IPDA, STAN atau STIS. Hingga kemudian pilihan jatuh kepada Akademi Kepolisian karena informasi pertama yang didapat adalah Akpol.

Beruntung setelah mendaftarkan diri di Akpol dan melakukan tes seleksi langsung lulus pada kesempatan pertama. Saat itu langsung melanjutkan ke Akademi Kepolisian di Semarang dan lulus Akpol Tahun 2008 ditugaskan di Kota Bandung, Jawa Barat.

”Tak ada keluarga polisi bahkan awalnya tidak mengetahui perbedaan antara tamtama, bintara dan perwira. Kala itu tahunya polisi adalah polisi,” kata Putra.

Pada tahun 2014, Putra melanjutkan pendidikan di Sekolah Tinggi Ilmu Kepolisian kemudian ditempatkan di Polda Kalimantan Barat. Sebagai anak dari golongan kurang mampu pendidikan ialah satu hal istimewa yang tidak akan dinomor duakan.

Putra telah lulus pendidikan Magister Hukum dari Universitas Gadjah Mada Yogyakarta dan berencana akan melanjutkan studi doktoral di Kampus yang sama.

Sebelum bertugas di Polda Metro Jaya pada tahun 2020, Putra sempat berdinas di Mabes Polri di bidang SDM, di bidang pendidikan dan latihan. ”Pernah juga berdinas di Bareskrim Polri dan menjadi Pengasuh Taruna Akpol, Semarang,”jelasnya.

Dia menilai bahwa polisi sebuah profesi yang mulia. Setiap anggota Polri memiliki tugas dan fungsi dalam menjaga keamanan dalam negeri dihadapkan dengan dinamika perkembangan lingkungan strategis yang kompleks di era revolusi industri 4.0.

Berbagai aspek kehidupan masyarakat bergerak sangat cepat dalam skala global, regional, nasional maupun lokal. Kompleksitas dinamika lingkungan berdampak terhadap meningkatnya kebutuhan dan harapan masyarakat terhadap profesionalisme Polri.

”Polisi berhasil mengungkap kejahatan, itu bagus tetapi polisi berhasil mencegah kejahatan, itu luar biasa. Kerugian akan muncul pada saat kejahatan telah terjadi,” jelasnya.

Polri harus melakukan strategi pendekatan yang tepat dan komprehensif agar seluruh sumber daya yang dimiliki Polri dapat diberdayakan secara optimal sehingga bisa selaras dengan tuntutan kebutuhan masyarakat saat ini.

Dia menilai bahwa polisi harus memegang prinsip ultimum remedium, bahwa penegakan hukum merupakan upaya terakhir dilakukan setelah upaya pencegahan kejahatan gagal dilaksanakan.

Namun jika kepentingan hukum itu menyangkut publik yang lebih besar, maka penegakan hukum harus jalan terus. Pertimbangan lainnya adalah sifat berbahayanya perbuatan.

Meskipun hukum pidana telah dideklarasikan sebagai ultimum remedium dalam penyelesaian sengketa yang muncul di masyarakat, kecenderungan justru menunjukkan gejala sebaliknya, pidana dijadikan jalan keluar utama untuk menyelesaikan permasalahan.

”Maka strategi yang harus dilakukan adalah strategi Proactive Policing. Pendekatan perpolisian harus berbenah di era saat ini diikuti dengan sumber daya manusia kepolisian yang dapat berpikiran modern dan terbuka akan perubahan,” jelasnya.

Dia menilai revolusi industri 4.0 juga telah melahirkan banyak teknologi baru, teknologi yang mengubah cara-cara hidup masyarakat. Internet dengan media sosial di dalamnya telah banyak mengubah cara berkomunikasi dan berinteraksi manusia.

Kemajuan ini selain menimbulkan jenis kejahatan-kejahatan baru yang menjadi tantangan ke depan juga menghadirkan kemudahan bagi Polri dalam melaksanakan tugasnya apabila Polri mampu memanfaatkan teknologi yang tersedia saat ini.

Paradigma polisi bergeser dari reactive policing menjadi proactive policing, tindakan perpolisian mengutamakan pencegahan kejahatan, bukan penegakan hukum atau penindakan.

”Pencegahan kejahatan tidak lagi hanya menggunakan pola tradisional saja seperti patroli rutin tetapi pencegahan kejahatan yang memanfaatkan kemajuan teknologi,” katanya.

Dia menilai konsep proactive policing sederhananya adalah polisi yang bertindak sebelum ada kejadian, polisi yang mengutamakan keselamatan masyarakat dari pada bertindak setelah ada korban. Hal itu akan menciptakan harmonisasi Polri dengan masyarakat.

”Salah satu target yang ingin dicapai oleh Kapolri Jenderal Polisi Listyo Sigit yaitu mewujudkan sumber daya manusia yang unggul dan pendekatan kepolisian di bidang preemtif dan preventif yang memanfaatkan kemajuan teknologi,”jelasnya.
(ams)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1851 seconds (0.1#10.140)