Kisah Heroik Kapten Muslihat, Usir Tentara Inggris dan Sekutu dari Buitenzorg

Kamis, 15 Desember 2022 - 05:55 WIB
Tentara Jepang membubarkan PETA dan menyuruh anggota PETA yang ada di asrama untuk kembali ke kampungnya masing-masing. Saat itu tepat 17 Agustus 1945 Presiden Soekarno dan Wapres M Hatta memproklamirkan kemerdekaaan Indonesia.

Tentara Jepang banyak yang kembali ke negaranya, dan situasi ini membuat semangat rakyat mengusir penjajah semakin kuat. Kantor-kantor yang diduduki tentara Jepang berhasil direbut oleh pejuang dan beralih menjadi milik Republik Indonesia.

Kapten Muslihat yang berjuang di Bogor langsung diangkat menjadi Kapten dan ditugaskan sebagai Komandan Kompi IV Batalion II Tentara Keamanan Rakyat (TKR). Meski sudah sudah dinyatakan merdeka, Indonesia belum sepenuhnya bebas dari para penjajah.

Setelah Jepang lengser, datang tentara Inggris untuk kembali menjajah Indonesia. Mereka berhasil menguasai tempat-tempat utama. Di Bogor tentara Inggris mencoba merebut Istana yang waktu itu dijaga ketat pemuda-pemuda Bogor.

Mereka berhasil memasuki Istana Bogor dan memukul mundur para penjuang. Tak tinggal diam dengan hal itu, tepat 6 Desember 1945 rakyat Bogor melakukan pemberontakan dengan mengenakan bambu runcing, golok, dan pedang untuk mengusir penjajah.

Dengan persenjataan seadanya tersebut, mereka tak kenal takut menyerang markas-markas yang diduduki Inggris. Dengan bercucuran darah, sambil meneriakkan gema ‘Merdeka dan Takbir’ bertempur penuh semangat menumpas pasukan Inggris.

Kapten Muslihat bersama dengan pasukannya melakukan penyerangan ke markas-markas yang diduduki tentara Inggris dan sekutu, salah satunya kantor polisi yang berada di Jalan Banten. Kontak senjata pecah. Pasukan Inggris dan para pejuang saling tembak.

Kapten Muslihat keluar dari tempat persembunyiannya melakukan penyerangan terbuka. Dia menembaki para penjajah dan sebagian tentara Inggris tumbang. Berbagai pertempuran terjadi kala itu tidak hanya di satu wilayah Bogor, melainkan di berbagai wilayah.

Dalam baku tembak itu, timah panas musuh berhasil menembus perut Kapten Muslihat. Namun Sang Kapten tetap berdiri menembaki para penjajah. Timah panas kedua kembali menembus pinggang membuat Kapten Muslihat tumbang.

Darah bercucuran dan mengalir membuat kaos putih yang dikenakan berubah menjadi merah. Sang Kapten gugur di usia 19 tahun dan meninggalkan istri tengah mengandung. Perlawanan sengit juga dilakukan oleh R Ijok Mohamad Sirodz.
Halaman :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More