Asal Usul Kali Angke, Tempat Pembantaian Massal VOC 1740
Jum'at, 25 Maret 2022 - 06:01 WIB
JAKARTA - Kali Angke adalah salah satu kali terkenal di Jakarta yang memiliki hulu di Bogor. Kali yang memiliki nama lain Cikeumeuh ini melintasi wilayah Jawa Barat, Banten, Jakarta, dan bermuara di wilayah Muara Angke , Jakarta Barat.
Kali ini merekam memori kelam masa lalu yang pernah ada di Jakarta, yakni terjadinya pembantaian etnis Tionghoa oleh VOC di tahun 1740. Berdasarkan informasi yang dikutip dari ‘Buku Asal-usul Nama Tempat Di Jakarta milik Pemprov DKI Jakarta Dinas Kebudayaan dan Permuseuman 2004", nama ‘Angke’ sendiri diambil dari bahasa China, yakni ‘Ang’, berarti darah dan ‘Ke’ yang memiliki arti bangkai.
Melansir Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan berjudul ‘Pembunuhan Massal Etnis Cina 1740 dalam Drama Remy Sylado: Kajian New Historisisme’, tragedi pilu itu berlangsung tepat pada 9 Oktober 1740. Pembantaian itu menyebabkan 10 ribu orang asal etnis Tionghoa tewas. Jasad mereka lantas sengaja dibuang ke kali Angke. Lambat laun, kejadian itu dikenal dengan ‘Tragedi Berdarah Angke’.
Gubernur Jenderal VOC kala itu, Adrian Valckenier memerintahkan, pasukannya untuk membantai 10 ribu orang Tionghoa. Awalnya, pembantaian dilakukan di penjara. Selanjutnya, merambat ke rumah sakit dan seluruh wilayah Batavia.
Luka Menganga Etnis Tionghoa
Mengapa peristiwa kelam itu bisa terjadi? Menurut informasi dalam Jurnal Wacana dengan tajuk ‘Pembantaian Etnis Cina di Batavia 1740, Dampak Konflik Golongan “Prinsgeziden” dan “Staatsgezinden” di Belanda?’, jumlah etnis Tionghoa yang mendiami wilayah Batavia per 1 Januari 1740 adalalah 10.574 orang. Angka ini jauh lebih tinggi ketimbang setahun sebelumnya yang hanya 4 ribu orang.
Ada data lain yang juga ditemukan dalam bentuk tulisan tangan. Di dalamnya, diketahui jika jumlah orang Tionghoa yang ada di dalam benteng Batavia adalah 14 ribu jiwa. Sementara itu, mereka yang tinggal di luar benteng berjumlah 60 ribu sampai 70 ribu. Jika ditotal, diperkirakan ada sekitar 80 ribu warga Tionghoa kala itu.
Dok:Buku Asal-usul Nama Tempat Di Jakarta milik Pemprov DKI Jakarta Dinas Kebudayaan dan Permuseuman 2004
Kali ini merekam memori kelam masa lalu yang pernah ada di Jakarta, yakni terjadinya pembantaian etnis Tionghoa oleh VOC di tahun 1740. Berdasarkan informasi yang dikutip dari ‘Buku Asal-usul Nama Tempat Di Jakarta milik Pemprov DKI Jakarta Dinas Kebudayaan dan Permuseuman 2004", nama ‘Angke’ sendiri diambil dari bahasa China, yakni ‘Ang’, berarti darah dan ‘Ke’ yang memiliki arti bangkai.
Melansir Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan berjudul ‘Pembunuhan Massal Etnis Cina 1740 dalam Drama Remy Sylado: Kajian New Historisisme’, tragedi pilu itu berlangsung tepat pada 9 Oktober 1740. Pembantaian itu menyebabkan 10 ribu orang asal etnis Tionghoa tewas. Jasad mereka lantas sengaja dibuang ke kali Angke. Lambat laun, kejadian itu dikenal dengan ‘Tragedi Berdarah Angke’.
Gubernur Jenderal VOC kala itu, Adrian Valckenier memerintahkan, pasukannya untuk membantai 10 ribu orang Tionghoa. Awalnya, pembantaian dilakukan di penjara. Selanjutnya, merambat ke rumah sakit dan seluruh wilayah Batavia.
Luka Menganga Etnis Tionghoa
Mengapa peristiwa kelam itu bisa terjadi? Menurut informasi dalam Jurnal Wacana dengan tajuk ‘Pembantaian Etnis Cina di Batavia 1740, Dampak Konflik Golongan “Prinsgeziden” dan “Staatsgezinden” di Belanda?’, jumlah etnis Tionghoa yang mendiami wilayah Batavia per 1 Januari 1740 adalalah 10.574 orang. Angka ini jauh lebih tinggi ketimbang setahun sebelumnya yang hanya 4 ribu orang.
Ada data lain yang juga ditemukan dalam bentuk tulisan tangan. Di dalamnya, diketahui jika jumlah orang Tionghoa yang ada di dalam benteng Batavia adalah 14 ribu jiwa. Sementara itu, mereka yang tinggal di luar benteng berjumlah 60 ribu sampai 70 ribu. Jika ditotal, diperkirakan ada sekitar 80 ribu warga Tionghoa kala itu.
Dok:Buku Asal-usul Nama Tempat Di Jakarta milik Pemprov DKI Jakarta Dinas Kebudayaan dan Permuseuman 2004
tulis komentar anda