Asal Usul Rawa Buaya, Diambil dari Nama Kampung di Pulau Luzon Filipina
Sabtu, 12 Maret 2022 - 06:15 WIB
JAKARTA - Rawa Buaya merupakan nama salah satu kelurahan di Cengkareng, Jakarta Barat. Orang sudah pasti menebak Rawa Buaya karena dulunya rawa-rawa yang banyak buayanya. Padahal, ada versi lain nama Rawa Buaya yang diambil dari nama kampung di Pulau Luzon, Filipina .
Batas wilayah Rawa Buaya di sebelah utara adalah Kali Cisadane dan Kelurahan Kembangan Utara di selatan. Sedangkan, di sebelah barat berbatasan dengan Kelurahan Duri Kosambi dan Kali Cengkareng Drain di sebelah timur.
Baca juga: Asal Usul Grogol Jakbar, Dulunya Tempat Bermukim Binatang Buas
Dikutip dari buku Asal-Usul Nama Tempat di Jakarta karya Rachmat Ruchiat, dinamakan Rawa Buaya karena daerah ini merupakan kawasan rawa-rawa yang berair sama dengan kondisi Kampung Rawa.
Ketika musim hujan sering terendam banjir dan menurut cerita pernah terdapat buaya hidup. Warga pun kesulitan menangkapnya karena buaya tersebut menyelusup ke lumpur dan jarang menampakkan kepalanya.
Datangnya buaya itu diduga berasal dari Kali Mookervart yang terdapat di sisi Jalan Raya Daan Mogot dan meluap ketika banjir. Warga yang berusaha menangkap buaya harus melakukan pencarian berhari-hari untuk menemukan binatang buas tersebut.
Setelah dilakukan pencarian beberapa lama, buaya akhirnya tertangkap. Sejak saat itulah wilayah tersebut dinamakan Rawa Buaya.
Versi lain dikutip dari encyclopedia.jakarta-tourism.go.id sebagaimana diceritakan budayawan Betawi Ridwan Saidi. Asal usul Rawa Buaya dulunya merupakan sebuah nama kampung di Pulau Luzon, Filipina.
Luzon merupakan pulau terbesar di Filipina. Pada akhir abad V, Jakarta dibanjiri imigran asal Filipina. Pendatang Filipina datang bermukim dan berbaur dengan penduduk asli. Sejak saat itulah, kawasan tersebut dinamakan Rawa Buaya atau Marsh Buwaya dalam bahasa Filipina.
Baca juga: Asal Usul Rawa Belong dan Kisah Kedermawanan Bang Balong
Wilayah Rawa Buaya kerap terdengar akan hal-hal mistisnya. Contohnya, di daerah perlintasan kereta Rawa Buaya yang sering memakan korban jiwa saat orang melintasinya. Beberapa korban yang selamat juga mengaku kerap mendapat gangguan sebelum kecelakaan terjadi.
Rawa Buaya masa kini juga mempunyai aksesibilitas yang cukup mudah karena terdapat berbagai fasilitas transportasi publik berupa stasiun KRL, halte bus Transjakarta, hingga jalan tol menuju Bandara Internasional Soekarno Hatta maupun JORR.
Batas wilayah Rawa Buaya di sebelah utara adalah Kali Cisadane dan Kelurahan Kembangan Utara di selatan. Sedangkan, di sebelah barat berbatasan dengan Kelurahan Duri Kosambi dan Kali Cengkareng Drain di sebelah timur.
Baca juga: Asal Usul Grogol Jakbar, Dulunya Tempat Bermukim Binatang Buas
Dikutip dari buku Asal-Usul Nama Tempat di Jakarta karya Rachmat Ruchiat, dinamakan Rawa Buaya karena daerah ini merupakan kawasan rawa-rawa yang berair sama dengan kondisi Kampung Rawa.
Ketika musim hujan sering terendam banjir dan menurut cerita pernah terdapat buaya hidup. Warga pun kesulitan menangkapnya karena buaya tersebut menyelusup ke lumpur dan jarang menampakkan kepalanya.
Datangnya buaya itu diduga berasal dari Kali Mookervart yang terdapat di sisi Jalan Raya Daan Mogot dan meluap ketika banjir. Warga yang berusaha menangkap buaya harus melakukan pencarian berhari-hari untuk menemukan binatang buas tersebut.
Setelah dilakukan pencarian beberapa lama, buaya akhirnya tertangkap. Sejak saat itulah wilayah tersebut dinamakan Rawa Buaya.
Versi lain dikutip dari encyclopedia.jakarta-tourism.go.id sebagaimana diceritakan budayawan Betawi Ridwan Saidi. Asal usul Rawa Buaya dulunya merupakan sebuah nama kampung di Pulau Luzon, Filipina.
Luzon merupakan pulau terbesar di Filipina. Pada akhir abad V, Jakarta dibanjiri imigran asal Filipina. Pendatang Filipina datang bermukim dan berbaur dengan penduduk asli. Sejak saat itulah, kawasan tersebut dinamakan Rawa Buaya atau Marsh Buwaya dalam bahasa Filipina.
Baca juga: Asal Usul Rawa Belong dan Kisah Kedermawanan Bang Balong
Wilayah Rawa Buaya kerap terdengar akan hal-hal mistisnya. Contohnya, di daerah perlintasan kereta Rawa Buaya yang sering memakan korban jiwa saat orang melintasinya. Beberapa korban yang selamat juga mengaku kerap mendapat gangguan sebelum kecelakaan terjadi.
Rawa Buaya masa kini juga mempunyai aksesibilitas yang cukup mudah karena terdapat berbagai fasilitas transportasi publik berupa stasiun KRL, halte bus Transjakarta, hingga jalan tol menuju Bandara Internasional Soekarno Hatta maupun JORR.
(jon)
tulis komentar anda