Menara Syahbandar, Larik Sejarah di Tengah Angkuh Ibu Kota (1)

Sabtu, 06 November 2021 - 05:21 WIB
Kondisi area Menara Syahbandar dengan tiga gedungnya masih terawat dengan baik dan tampak asri dengan sejumlah pepohonan yang rindang. Tiga Gedung itu masing-masing gedung navigasi, gedung meridian utama (Gedung Tera) yang kini jadi ruang koleksi serta gedung utama. Sayangnya, beberapa lampu di tiga gedung itu ada yang tidak berfungsi sehingga pencahayaan di dalamnya tidak begitu bagus.

baca juga: Bekasi Minta Bantuan Dana ke Jakarta untuk Tangani Banjir, Rahmat: Minimal Dapat Perhatian

Saat memasuki halaman depan yang menjadi parkiran kendaraan, pengunjung akan disambut empat meriam dan jangkar kapal setinggi sekitar 3 meter peninggalan Hindia Belanda. Di samping kanan jangkar terdapat penjara bawah tanah yang dulu pernah digunakan di zaman penjajahan Hindia Belanda dan masa pendudukan Jepang.

Di parkiran Menara Syahbandar, pengunjung bisa melihat dua prasasti peresmian yang ditandatangani oleh Ali Sadikin selaku gubernur DKI Jakarta kala itu. Masing-masing yakni prasasti bertuliskan "Peresmian Pemugaran Museum Bahari dan Lingkungan Bersejarah Sunda Kelapa" yang diteken Ali Sadikin pada 13 Desember 1976; dan prasasti "Museum Bahari" yang ditandatangani Ali Sadikin pada 7 Juli 1977.



Menara Syahbandar Jakarta di masa sekarang.

Bangunan gedung utama berlantai tiga dengan tinggi 18 meter, terlihat masih kokoh dan gagah. Pada gedung utama terdapat tiga ruangan, yakni ruang Menara Syahbandar (sebelah kanan), ruang Mercusuar (tengah), dan tersambung dengan satu ruangan tanpa plang nama yang kini menjadi ruang koleksi. Gedung utama dengan kemiringan sekitar 17 derajat ke arah selatan inilah yang kadang disebut sebagai "Menara Pisa Jakarta", lantaran sama miringnya dengan Menara Pisa, di Italia.

baca juga: Di Era Gubernur DKI Jakarta Ini Monas dan Patung Selamat Datang Dibangun

Di dalam kompleks Menara Syahbandar juga masih terdapat dua batu prasasti bertuliskan aksara Cina. Prasasti pertama berukuran persegi empat yang berada di Gedung Tera (kini menjadi ruang koleksi). Jika diterjemahkan ke bahasa Indonesia, tulisan dalam prasasti ini kurang lebih, "Tempat ini adalah kantor pengukuran dan penimbangan serta di sinilah titik nol Jakarta". Kedua, prasasti berukuran persegi panjang yang berada di lantai 1 Ruang Menara Syahbandar, yang arti tulisannya kurang lebih, "Prasasti Kedatangan Saudagar Cina Abad ke-17".

“Batu prasasti di dalam kompleks Menara Syahbandar itulah penanda titik nol kilometer Jakarta. Menara itu juga bagian dari Kompleks Museum Bahari (Kebaharian)," jelas Kasubag TU Unit Pengelola Museum Kebaharian Jakarta, Mis Ari saat berbincang dengan KORAN SINDO, di ruang kerjanya, belum lama ini.
Halaman :
tulis komentar anda
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More