Stasiun Jakarta Kota; Misteri Sebutan Beos, 2 Kepala Kerbau, dan Filosofi Yunani

Sabtu, 24 April 2021 - 05:30 WIB
Pengoperasian stasiun tersebut diresmikan Gubernur Jenderal Hindia Belanda JHR A C D de Graeff pada hari Senin 8 Oktober 1929 melalui rangkaian acara yang meriah. Pada pagi hari, para pegawai mengadakan upacara selamatan di stasiun lama (Batavia Noord). (Baca juga; Terowongan Lampegan dan Misteri Hilangnya Penari Ronggeng )

Kemudian, pada siang harinya dilaksanakan penguburan dua kepala kerbau untuk melindungi bangunan Stasiun Kota yang baru dari bencana oleh de Graeff (Gubernur Jenderal Hindia Belanda yang berkuasa pada 1926 – 1931). Kepala kerbau pertama dikubur di antara tugu jam dan pintu masuk stasiun, sementara kepala kerbau lainnya di sisi belakang bangunan stasiun baru.

Sejak diresmikan sampai saat ini Stasiun Batavia atau sekarang dikenal Stasiun Jakarta Kota merupakan stasiun terbesar di Indonesia. Uniknya, masyarakat umum sampai saat ini punya sebutan tersendiri untuk Stasiun Jakarta Kota, yaitu Stasiun Beos. (Baca juga; Misteri Stasiun Cipeundeuy, Semua KA Wajib Berhenti )

Ada dua versi asal usul sebutan Stasiun Beos, pertama diambil dari singkatan Batavia Spoorweg Maatschaappij (BEOS) atau Maskapai Angkutan Kereta Api Batavia Timur. Kedua berasal dari istilah Batavia en Omstreken (BEOS) atau daerah Batavia dan sekitarnya.



Het spoorwegstation Kota in aanbouw, Batavia/1929. Hoofdingang. steigerwerk en formeelen © Asselbergs F.B.H.; Ghijsels F.J.L. (Frans Johan Louwrens) Ir.; Hes H.A. (Hendrik); Aiko fotografisch atelier (sumber: colonialarchitecture.eu)

Stasiun Beos yang dirancang Arsitek dari biro konsultan Algemeen Ingenieurs- en Architectenbureau (AIA), Franz Johan Lauwrens Ghijsels, memiliki kesan sederhana namun cantik. Ciri khas gaya Arsitek lulusan Technische Hogeschool Delft, Belanda ini ditandai dengan pilar-pilar sederhana digabungkan pada dinding bangunan putih yang monumental.

Dengan balutan art deco yang kental, stasiun rancangan Ghijsels terkesan sederhana sesuai dengan filosofi Yunani Kuno, kesederhanaan adalah jalan terpendek menuju kecantikan. Prinsip Ghijsels yang dikenal dengan ungkapan Het Indische Bouwen, melahirkan karya perpaduan antara struktur dan teknik modern barat dengan bentuk-bentuk tradisional setempat.

Bangunan Stasiun Jakarta Kota terdiri dari unit kepala, sayap, gerbang masuk utama, dan peron. Sekilas konfigurasi itu membentuk huruf T. Kesederhanaan ini yang membuat bangunan Stasiun Jakarta Kota yang memiliki 12 peron terlihat unik dan cantik. (Baca juga; Si Bon-Bon Simbol Elektrifikasi Jalur Kereta di Tanah Air )

Pada setiap bagian pintu masuk terdapat jendela kaca besar dan merupakan ciri khas Stasiun Jakarta Kota. Bagian atap barrel-vault terlihat jelas pada hall utama yang ditopang pilar-pilar baja yang dipesan langsung dari negeri Belanda. Begitu juga rangka ke-12 peron berupa kanopi memanjang dengan atap berbentuk huruf V yang disangga struktur kantilever kolom tunggal dari baja.
Halaman :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More