Dari Klenteng ke Weltevreden, Kisah Pasar Baru yang Legendaris
Sabtu, 05 September 2020 - 08:07 WIB
Saat berada disana, lanjut Chandrian, mereka membuat usaha seperti berjualan kain dan menjadi penjahit. Kian laun ekspansi India bertambah. Bersama pedagang Cina mereka kemudian membentuk koloni, pedagang cina berada di sisi selatan dan pedagang India berada di barat. “Setelah sukses mereka kemudian merambah ke bisnis lain, salah satunya perfilman,” lanjut Chandirian.
Sisa penjual india mulai terlihat hingga kini di pasar baru. Bahkan Tahun 2002ada sekitar 2.000 keluarga India yang terdaftar sebagai penduduk Jakarta, dan sebagian besar di antara mereka tinggal di pusat kota, khususnya di kawasan Pasar Baru dan Pintu Air.
10 tahun setelahnya, sejumlah ritel pakaian mulai bermunculan mulai dari Matahari, Robinson, hingga Ramayana. Di tahun itu pula Pasar Baru menjelma menjadi pasar tersibuk setelah tanah abang. Setiap harinya sejumlah orang datang membeli beberapa potong pakaian untuk di jual kembali.
Lapangan Tergerus
Banyaknya pengunjung membuat Pemprov DKI terpaksa mengekspansi pasar, Wiyoto menceritakan ketika ekspansi pasar belum di lakukan aktifitas pedagang hanya berkutat di kawasan tengah, atau yang kini dipenuhi ruko ruko.
Sementara gedung bertingkat yang berada disisi utara atau berdekatan dengan jalan Samanhudi hanya lapangan luas. Saat pagi hari, sejumlah pedagang tradisional seperti sayuran berjualan disana. “Menjelang siang dan sore, pasar jadi kawasan delman,” kenang Wiyoto.
Karena lahan yang begitu besar, lapangan kosong, tak hayal KlentengSin Tek Bio berdekatan dengan areal jalan raya. Tak seperti sekarang yang kini terhimpit gedung pasar tinggi dan berada di gang sempit.
Meski tak ingat pasti, namun menjamurnya pembeli saat itu, membuat pemprov dki membangun gedung pasar disana. Lapangan yang dahulu menjadi pangkalan delman dan pasar berubah fungsi menjadi gedung. “Kalau engga salah tahun 60-70 an, pastinya saya lupa,” katanya.
Sempat bergeser sekitar 50 meter dari lokasi pasar baru di sisi utara. Pangkalan delman kian laun menghilang seiring berubahnya transportasi dari kuda ke mesin.
Sisa penjual india mulai terlihat hingga kini di pasar baru. Bahkan Tahun 2002ada sekitar 2.000 keluarga India yang terdaftar sebagai penduduk Jakarta, dan sebagian besar di antara mereka tinggal di pusat kota, khususnya di kawasan Pasar Baru dan Pintu Air.
10 tahun setelahnya, sejumlah ritel pakaian mulai bermunculan mulai dari Matahari, Robinson, hingga Ramayana. Di tahun itu pula Pasar Baru menjelma menjadi pasar tersibuk setelah tanah abang. Setiap harinya sejumlah orang datang membeli beberapa potong pakaian untuk di jual kembali.
Lapangan Tergerus
Banyaknya pengunjung membuat Pemprov DKI terpaksa mengekspansi pasar, Wiyoto menceritakan ketika ekspansi pasar belum di lakukan aktifitas pedagang hanya berkutat di kawasan tengah, atau yang kini dipenuhi ruko ruko.
Sementara gedung bertingkat yang berada disisi utara atau berdekatan dengan jalan Samanhudi hanya lapangan luas. Saat pagi hari, sejumlah pedagang tradisional seperti sayuran berjualan disana. “Menjelang siang dan sore, pasar jadi kawasan delman,” kenang Wiyoto.
Karena lahan yang begitu besar, lapangan kosong, tak hayal KlentengSin Tek Bio berdekatan dengan areal jalan raya. Tak seperti sekarang yang kini terhimpit gedung pasar tinggi dan berada di gang sempit.
Meski tak ingat pasti, namun menjamurnya pembeli saat itu, membuat pemprov dki membangun gedung pasar disana. Lapangan yang dahulu menjadi pangkalan delman dan pasar berubah fungsi menjadi gedung. “Kalau engga salah tahun 60-70 an, pastinya saya lupa,” katanya.
Sempat bergeser sekitar 50 meter dari lokasi pasar baru di sisi utara. Pangkalan delman kian laun menghilang seiring berubahnya transportasi dari kuda ke mesin.
tulis komentar anda