Sulitnya Mengontrol Senpi Ilegal
Rabu, 12 Agustus 2020 - 06:59 WIB
“Sebelumnya dia pergi keluar rumah sekitar pukul 16.30 WIB. Dia beralasan mau bertemu teman. Namun, selang satu jam kemudian, dia pulang sudah begitu. Diduga kena tembak,” sambungnya.
Sejumlah tetangga yang ikut menolong Dicky membenarkan bahwa remaja itu ditembak . Namun, jenis senjata api dan peluru tajam yang digunakan untuk menembaknya, warga mengaku tidak ada yang mengetahuinya.
Kapolres Tangsel AKBP Iman Setiawan mengatakan, penembakan terhadap remaja di Pagedangan merupakan pengembangan Polrestro Tangerang Kota. “Itu Polres Metro Tangerang Kota. Karena itu, berhubungan dengan penindakan kegiatan narkoba yang mereka lakukan. Langsung ke Polres Tangkot saja,” ungkap Iman.
Sementara Kapolrestro Tangerang Kota Kombes Pol Sugeng Hariyanto masih belum memberikan jawaban saat dikonfirmasi apakah penembakan itu berasal dari petugas Polrestro Tangerang Kota yang ada di lapangan.
Peristiwa ini akhirnya terkuak setelah Kasat Narkoba Polres Metro Tangerang AKBP Pratomo Widodo memberikan keterangan. Menurutnya, penembakan itu penindakan dari petugas Polsek Paku Haji. “Bukan. Tanya ke Kapolsek Paku Haji. Mereka yang kegiatan Mas. Iya. Bandar, melawan petugas. Ada senjatanya airsoftgun. Iya,” kata Pratomo. (Baca juga: Jadi Lumbung Cukai, Kemenperin: Industri Rokok Harus Diselamatkan)
Penembakan berikutnya terjadi di Kota Tangerang dan tujuh lokasi lainnya di Tangerang Selatan. Berbeda dengan dua kasus sebelumnya, penembakan ini bersifat teror dan dilakukan dengan senjata jenis airgun dan pelurunya mimis. Teror penembakan ini pertama terjadi di Kota Tangerang pada Kamis, 5 Juni 2020. Penembakan terjadi di Jalan Jenderal Sudirman dan Jalan Pemekaran, Babakan.
Dua orang dilaporkan terkena tembakan peluru mimis. Setelah sempat redam, teror penembakan terjadi lagi di Tangerang Selatan. Sedikitnya ada tujuh lokasi penembakan sejak periode Juni hingga Juli.
Yang menarik, teror penembakan ini dilakukan pada Sabtu malam. Terakhir, pelaku melakukan aksinya pada Minggu, 19 Juli, di Jalan Raya Serpong, depan RS Asobirin, Pondok Jagung. Dari tujuh lokasi ini, delapan orang dilaporkan kena luka tembak.
Wilibrodus Obe, mahasiswa asal Ambon yang menjadi sasaran pelaku penembakan di Asobirin, mengatakan, saat kejadian dirinya tidak merasa kena tembak. Dia baru berasa saat di rumah. “Ya, saya lagi ngendarain motor. Saya saat itu tidak kepikiran ditembak, kaya dilempar saja,” katanya.
Setibanya di rumah bibinya, Wili mulai terasa sesak napas. Keringat dingin keluar dan tidak enak badan. Spontan dia meminta dibukakan baju oleh bibinya. Dari situlah diketahui ada luka tembak di punggung. “Saya kaget. Pas buka baju, di punggung kanan ada luka tembak. Ada lubang peluru mimis,” jelasnya.
Sejumlah tetangga yang ikut menolong Dicky membenarkan bahwa remaja itu ditembak . Namun, jenis senjata api dan peluru tajam yang digunakan untuk menembaknya, warga mengaku tidak ada yang mengetahuinya.
Kapolres Tangsel AKBP Iman Setiawan mengatakan, penembakan terhadap remaja di Pagedangan merupakan pengembangan Polrestro Tangerang Kota. “Itu Polres Metro Tangerang Kota. Karena itu, berhubungan dengan penindakan kegiatan narkoba yang mereka lakukan. Langsung ke Polres Tangkot saja,” ungkap Iman.
Sementara Kapolrestro Tangerang Kota Kombes Pol Sugeng Hariyanto masih belum memberikan jawaban saat dikonfirmasi apakah penembakan itu berasal dari petugas Polrestro Tangerang Kota yang ada di lapangan.
Peristiwa ini akhirnya terkuak setelah Kasat Narkoba Polres Metro Tangerang AKBP Pratomo Widodo memberikan keterangan. Menurutnya, penembakan itu penindakan dari petugas Polsek Paku Haji. “Bukan. Tanya ke Kapolsek Paku Haji. Mereka yang kegiatan Mas. Iya. Bandar, melawan petugas. Ada senjatanya airsoftgun. Iya,” kata Pratomo. (Baca juga: Jadi Lumbung Cukai, Kemenperin: Industri Rokok Harus Diselamatkan)
Penembakan berikutnya terjadi di Kota Tangerang dan tujuh lokasi lainnya di Tangerang Selatan. Berbeda dengan dua kasus sebelumnya, penembakan ini bersifat teror dan dilakukan dengan senjata jenis airgun dan pelurunya mimis. Teror penembakan ini pertama terjadi di Kota Tangerang pada Kamis, 5 Juni 2020. Penembakan terjadi di Jalan Jenderal Sudirman dan Jalan Pemekaran, Babakan.
Dua orang dilaporkan terkena tembakan peluru mimis. Setelah sempat redam, teror penembakan terjadi lagi di Tangerang Selatan. Sedikitnya ada tujuh lokasi penembakan sejak periode Juni hingga Juli.
Yang menarik, teror penembakan ini dilakukan pada Sabtu malam. Terakhir, pelaku melakukan aksinya pada Minggu, 19 Juli, di Jalan Raya Serpong, depan RS Asobirin, Pondok Jagung. Dari tujuh lokasi ini, delapan orang dilaporkan kena luka tembak.
Wilibrodus Obe, mahasiswa asal Ambon yang menjadi sasaran pelaku penembakan di Asobirin, mengatakan, saat kejadian dirinya tidak merasa kena tembak. Dia baru berasa saat di rumah. “Ya, saya lagi ngendarain motor. Saya saat itu tidak kepikiran ditembak, kaya dilempar saja,” katanya.
Setibanya di rumah bibinya, Wili mulai terasa sesak napas. Keringat dingin keluar dan tidak enak badan. Spontan dia meminta dibukakan baju oleh bibinya. Dari situlah diketahui ada luka tembak di punggung. “Saya kaget. Pas buka baju, di punggung kanan ada luka tembak. Ada lubang peluru mimis,” jelasnya.
tulis komentar anda