Tingkatkan Pelayanan, Terminal Pulo Gebang Terlayani Sistem Online
A
A
A
JAKARTA - Pelayanan Terminal Terpadu Pulo Gebang, Cakung, Jakarta Timur kini berbasis teknologi. Selain meningkatkan layanan operasional, penggunaan sistem teknologi juga memudahkan manajemen perkantoran.
Kepala Unit Pengelola Terminal Terpadu Pulo Gebang, Ismanto mengatakan, Terminal Terpadu Pulo Gebang sebagai salah satu terminal tipe A di Indonesia selalu berinovasi, utamanya dalam pelayanan operasional terminal dan manajerial perkantoran. Konsep yang diusung dalam inovasi sistem teknologi online ini adalah Internet of Things (IoT).
"Artinya, semua elementer dalam pelayanan operasional terminal berbasis IoT, sehingga penggunaan teknologi di terminal ini bernama Si Gobang (Sistem Integrasi Pulo Gebang)," kata Ismanto pada wartawan Rabu (25/7/2018).
Untuk menunjang tugas dan fungsi terminal yang optimal, lanjut Ismanto, perlu dilakukan perubahan dengan memanfatkan potensi sistem informasi/teknologi informasi untuk peningkatan layanan kepada pengguna jasa transportasi dan terminal serta stakeholder terkait lainnya.
Ismanto menjelaskan, sistem informasi online ini telah diuji cobakan dan dimanfaatkan ke semua user sesuai fungsi sistem informasi online tersebut. Utamanya adalah electronic boarding pass sebagai verifikasi keberangkatan penumpang, PIS (Passenger Information System) untuk informasi multimedia kedatangan dan keberangkatan bus AKAP yang dapat ditampilkan dalam bentuk website dan smartphone, automatisasi FMS gate in dan gate out bus AKAP dengan menerapkan teknologi IoT dan RFID card serta integrasi online yang sudah terhubung antar-terminal tipe A di Jawa Timur yaitu Terminal Rajekwesi Bojonegoro, Terminal Tamanan Kediri dan Terminal Gayatri Tulung Agung.
"Sistem FMS dengan teknologi IoT RFOD-Card (Gate In Gate Out) ini pun sudah terkoneksi dengan Jakarta Smart City, namun perlu pengembangan lebih lanjut," ungkapnya.
Selain itu, hal operasional pelayanan rutin lainnya sebagai pengendalian dan monitoring terminal yang sudah diterapkan antara lain adalah sistem online operasional lapangan yaitu laporan pengaduan, penilangan, penegakan ketertiban terminal, ramp check, bantuan penumpang, penindakan karyawan PO bus dan pengurus PO bus di Terminal Terpadu Pulo Gebang.
"Aplikasi sistem ini muncul dalam rangka proyek perubahan tugas Diklat Kepemimpinan III Angkatan 48 dengan judul “Pembangunan Sistem Terintegrasi On Line (Internet of Things/IoT) Terminal Terpadu Pulo Gebang”," ungkapnya.
Ketua Dewan Transportasi Kota Jakarta (DTKJ), Iskandar Abu Bakar menilai hal yang menjadi fokus utama peningkatan layanan terminal tipe A itu adalah akses. Jakarta sebagai kota harus memiliki terminal di pusat kota yang memiliki akses mudah masyarakat.
"Di kota-kota negara maju sudah seperti itu. Kalau tidak, terminal bayangan akan tetap ada meskipun feeder bus disiapkan ke terminal tipe A di Jakarta, apalagi terminal Pulogebang. Ya itu karena aksesnya terlalu jauh," ujarnya.
Mantan Dirjen Perhubungan Darat itu pun meminta pemerintah pusat dalam hal ini Kementerian Perhubungan dan pemerintah daerah dalam hal ini Dinas Perhubungan duduk bersama membicarakan kembali apa yang dibutuhkan masyarakat pengguna bus AKAP di dalam terminal, khususnya Pulogebang yang menjadi terminal percontohan Asia Tenggara.
"Perhatikan kesenangan customer, setelah tidak ada terminal bayangan, atur demandnya. Pulogebang itu jauh sekali dari pusat kota, akhirnya ke terminal bayangan," ucapnya.
Kepala Unit Pengelola Terminal Terpadu Pulo Gebang, Ismanto mengatakan, Terminal Terpadu Pulo Gebang sebagai salah satu terminal tipe A di Indonesia selalu berinovasi, utamanya dalam pelayanan operasional terminal dan manajerial perkantoran. Konsep yang diusung dalam inovasi sistem teknologi online ini adalah Internet of Things (IoT).
"Artinya, semua elementer dalam pelayanan operasional terminal berbasis IoT, sehingga penggunaan teknologi di terminal ini bernama Si Gobang (Sistem Integrasi Pulo Gebang)," kata Ismanto pada wartawan Rabu (25/7/2018).
Untuk menunjang tugas dan fungsi terminal yang optimal, lanjut Ismanto, perlu dilakukan perubahan dengan memanfatkan potensi sistem informasi/teknologi informasi untuk peningkatan layanan kepada pengguna jasa transportasi dan terminal serta stakeholder terkait lainnya.
Ismanto menjelaskan, sistem informasi online ini telah diuji cobakan dan dimanfaatkan ke semua user sesuai fungsi sistem informasi online tersebut. Utamanya adalah electronic boarding pass sebagai verifikasi keberangkatan penumpang, PIS (Passenger Information System) untuk informasi multimedia kedatangan dan keberangkatan bus AKAP yang dapat ditampilkan dalam bentuk website dan smartphone, automatisasi FMS gate in dan gate out bus AKAP dengan menerapkan teknologi IoT dan RFID card serta integrasi online yang sudah terhubung antar-terminal tipe A di Jawa Timur yaitu Terminal Rajekwesi Bojonegoro, Terminal Tamanan Kediri dan Terminal Gayatri Tulung Agung.
"Sistem FMS dengan teknologi IoT RFOD-Card (Gate In Gate Out) ini pun sudah terkoneksi dengan Jakarta Smart City, namun perlu pengembangan lebih lanjut," ungkapnya.
Selain itu, hal operasional pelayanan rutin lainnya sebagai pengendalian dan monitoring terminal yang sudah diterapkan antara lain adalah sistem online operasional lapangan yaitu laporan pengaduan, penilangan, penegakan ketertiban terminal, ramp check, bantuan penumpang, penindakan karyawan PO bus dan pengurus PO bus di Terminal Terpadu Pulo Gebang.
"Aplikasi sistem ini muncul dalam rangka proyek perubahan tugas Diklat Kepemimpinan III Angkatan 48 dengan judul “Pembangunan Sistem Terintegrasi On Line (Internet of Things/IoT) Terminal Terpadu Pulo Gebang”," ungkapnya.
Ketua Dewan Transportasi Kota Jakarta (DTKJ), Iskandar Abu Bakar menilai hal yang menjadi fokus utama peningkatan layanan terminal tipe A itu adalah akses. Jakarta sebagai kota harus memiliki terminal di pusat kota yang memiliki akses mudah masyarakat.
"Di kota-kota negara maju sudah seperti itu. Kalau tidak, terminal bayangan akan tetap ada meskipun feeder bus disiapkan ke terminal tipe A di Jakarta, apalagi terminal Pulogebang. Ya itu karena aksesnya terlalu jauh," ujarnya.
Mantan Dirjen Perhubungan Darat itu pun meminta pemerintah pusat dalam hal ini Kementerian Perhubungan dan pemerintah daerah dalam hal ini Dinas Perhubungan duduk bersama membicarakan kembali apa yang dibutuhkan masyarakat pengguna bus AKAP di dalam terminal, khususnya Pulogebang yang menjadi terminal percontohan Asia Tenggara.
"Perhatikan kesenangan customer, setelah tidak ada terminal bayangan, atur demandnya. Pulogebang itu jauh sekali dari pusat kota, akhirnya ke terminal bayangan," ucapnya.
(whb)