Produk Sungai Cisadane Sudah Mendunia

Selasa, 27 Maret 2018 - 11:24 WIB
Produk Sungai Cisadane Sudah Mendunia
Produk Sungai Cisadane Sudah Mendunia
A A A
TANGERANG - Sungai Cisadane yang berada di bagian barat Teluk Jakarta mengalir jauh dari Gunung Pangrango ke Tangerang, Banten, hingga penjuru dunia.

Sungai purba ini banyak dimanfaatkan untuk kegiatan ekonomi. alam sejarahnya, aliran Sungai Cisadane yang membelah 44 kecamatan di lima kabupaten dan kota, mulai dari Bogor, hingga Tangerang, ini dimanfaatkan untuk pengairan perkebunan kopi yang diwajibkan penjajah Belanda.

Semua itu dimulai ketika Vereenigde Oostindiesche Compagnie (VOC) atau Persekutuan Dagang Hindia Belanda memperkenal - kan sistem perkebunan dan persawahan secara menyeluruh di seluruh Hindia Belanda pada pertengahan abad ke-18.

Menariknya, daerah-daerah seperti Tangerang, Bogor, Jatinegara, Bekasi, dan Cianjur, telah menjadi produsen kopi terbesar yang menghasilkan 2.121.652 pikul kopi dengan nilai 371.921,50 ringgit pada sekitar 1724.

Seiring berjalannya waktu, perkebunan di sepanjang Sungai Cisadane memang telah berganti wajah menjadi industri. Namun, itu tidak serta-merta mengubah pemanfaatan sungai itu sebagai ladang perekonomian. Di Kota Tangerang misalnya. Kota yang menjadi pusat manufaktur dan industri di Pulau Jawa ini memiliki lebih dari 1.000 pabrik.

Wajar jika kota ini kemudian menyandang gelar kota seribu industri dan sejuta jasa. Pemanfaatan air Sungai Cisadane sendiri kini paling banyak digunakan sebagai sumber bahan baku utama air bersih Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirta Benteng Kota Tangerang, Banten.

Tidak hanya PDAM Tirta Benteng, PDAM Kabupaten Tangerang, Tangerang Selatan, Kota dan Kabupaten Bogor, serta perusahaan swasta seperti Aetra Air Tangerang juga banyak memanfaatkan debit air Cisadane sebagai bahan baku airnya. Dari PDAM Tirta Benteng inilah tradisi pemanfaatan air Cisadane yang mendunia masih terjaga.

Salah satu pengguna terbesar air Cisadane ini adalah Bandara Internasional Soekarno-Hatta (Soetta). Konsumsi air asal Sungai Cisadane di bandara terbesar, terpadat, dan tersibuk Indonesia, ini tiap harinya mengalami peningkatan. Dari 100 liter per detik menjadi 135 liter per detik, bahkan kini mencapai 270 liter per detik.

Akibatnya, Sungai Cisadane terus mengalami pendangkalan karena debit airnya semakin menurun. Bahkan, kualitas airnya juga mulai merosot sehingga perlu dilakukan upaya penyelamatan sungai secara bersamasama. Meski demikian, Cisadane tetap menjadi sumber utama air baku pengolahan air bersih yang ada di Kota dan Kabupaten Bogor, Kota dan Kabupaten Tangerang, serta Kota Tangerang Selatan selama ini.

Hal itu diungkapkan Direktur PDAM Tirta Benteng Kota Tangerang Sumarya. Menurut dia, untuk menyelamatkan Sungai Cisadane dibutuhkan dukungan dari semua pihak yang memiliki kepentingan. “Bukan hanya dari pemerintah dan kami sebagai pengguna. Namun, juga seluruh elemen masyarakat,” kata Sumarya saat berbincang dengan KORAN SINDO di Pintu Air Sepuluh, Tangerang, kemarin.

Sebagai pengelola air bersih, PDAM Tirta Benteng melayani semua kebutuhan air bersih masyarakat. Saat ini saja sedikitnya sudah ada sekira 48.000 lebih pelanggan PDAM yang butuh pasokan air bersih Sungai Cisadane.

Dari semua pelanggan itu, Bandara Soetta dan PT Multi Bintang Indonesia Tbk yang memproduksi bir, menjadi pengguna air Sungai Cisadane terbesar untuk kepentingan unit bisnisnya. Kedua perusahaan itu yang membawa aliran Sungai Cisadane ke seluruh penjuru dunia, melalui produksinya. Di Bandara Soetta misalnya, air Sungai Cisadane bahkan sudah dipakai seluruh maskapai penerbangan.

“Saya merasa bangga Sungai Cisadane telah go international . Di Bandara Soetta, jika ada turis asing yang datang dan pergi ke WC, langsung memakai air PDAM atau Cisadane untuk mencuci muka,” ujarnya.

Deputy Executive General Manager Airport Maintenance Bandara Soetta Fahroji mengakui, penggunaan air Cisadane di Bandara Soetta tidak lepas dari mutu air tersebut yang masih terjaga saat ini. “Pengelolaan air bersih di Bandara Soetta dari awal berdiri AP2 dan Bandara Soetta ada, kami pakai air dari PDAM. Suplai terbesar air bersih di Bandara Soetta, ya dari PDAM Tirta Benteng,” terangnya.

Masih dipercayanya pasokan air bersih PDAM Tirta Benteng di bandara internasional itu, kata Fahroji, tidak lepas dari mutu air Cisadane yang masih terjaga dari pencemaran limbah masyarakat. “Air bersih di bandara harus memenuhi standar internasional. Kami punya standar atau sertifikasi dari segi kesehatan. Tiap bulan sekali, semua air di Bandara Soetta selalu disertifikasi oleh KKP,” ujarnya.

Hingga kini Cisadane sebagai sumber bahan baku air bersih PDAM Tirta Benteng masih lolos sertifikasi itu, meski dalam beberapa hal pihaknya punya catatan sendiri agar kualitas air yang ada tetap dijaga. “Kami juga ada water drinking yang bisa diminum langsung, itu juga dari PDAM, dari Cisadane. Ada juga yang masuk ke pesawat di Terminal 3. Namun, itu ada standar yang harus dipenuhi,” paparnya.

Dengan masih dipakainya air Sungai Cisadane sebagai sumber air bersih di Bandara Soetta, itu membuat sungai yang membelah lima kabupaten dan kota itu memiliki mutu internasional. Hal ini diperkuat dengan dipakainya air Cisadane sebagai bahan baku pembuatan bir Bintang dan Heineken yang telah diakui kualitasnya sangat baik, dan telah tersebar ke seantero dunia. (Hasan Kurniawan)
(nfl)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5263 seconds (0.1#10.140)