Lama Terbengkalai, Bangunan Liar di Kampung Aquarium Bertambah
A
A
A
JAKARTA - Pembiaran yang dilakukan berbulan-bulan membuat kawasan Aquarium, Penjaringan, Jakarta Utara kembali semrawut. Bangunan liar bermukim di kawasan itu, membuat kawasan ini semakin tak tertata.
Rumah semi permanen kemudian berdiri tegak di atas puing-puing bangunan yang dahulu telah rata dengan tanah. Beberapa di antaranya terlihat mulai dihuni oleh warga sekitar.
Pantauan di lokasi, pembangunan di kawasan sangat terlihat, sebuah tempat ibadah terbuat dari triplek terlihat di tengah kawasan itu. Sementara di sisi bangunan berdiri rumah rumah.
Aktivitas sehari-hari terlihat, beberapa kapal nelayan terlihat bersandar. Para ibu asyik memasak, sementara sejumlah anak tampak asyik bermain di lahan itu.
Memang di tempat itu pula, pembangunan telah terlihat, mobil-mobil besar dan alat berat datang melakukan pembangunan di akses masuk yang dahulu merupakan Pasar Ikan. Wacana tentang merevitalisasi kawasan memiliki titik terang jelas.
Masih di kawasan itu pula, pembangunan trotoar jalan terlihat. Bina Marga Pemprov DKI selaku penanggung jawab proyek tampak membangun trotoar jalan untuk nantinya digabungkan dengan kawasan Kota Tua yang berlokasi tepat di seberangnya.
Terkait soal adanya pembangunan di kawasan itu, seorang warga, Syahroni (40), mengatakan pembangunan dilakukan atas kerja sama warga. Mereka saling membangunan dan mendirikan bangunan melalui triplek dan bahan sisa kayu.
"Petugas manapun baik dari pemerintah ya, enggak ada yang ke sini. Dulu, memang sudah digusurin dan dibongkar rumah. Saya ya termasuk korban penggusuran," tutur bapak tiga anak ini di lokasi Kampung Aquarium, Rabu 19 Juli 2017.
Sekalipun kondisi triplek tak begitu tebal dan gampang rubuh. Namun dirinya cukup bersyukur masih bisa dikasih kesempatan menempati tempat itu. Kasur tipis pun menjadi alas berbaring saat malam hari.
Sekalipun diakuinya melanggar, namun Syahroni mengaku dirinya siap pasang badan mengantisipasi bila terjadi penggusuran. Bersama dengan warga lainnya, mereka akan melakukan penolakan bila nantinya pemprov maupun pemkot berencana melakukan pembongkaran lagi.
Warga lainnya, Tarkim (31), mengaku keberadaan penduduk dan bangunan di kawasan itu semakin bertambah. Kemenangan Anies-Sandi dalam Pilgub kemarin semakin membuat warga percaya diri.
Sekalipun demikian, dirinya mengaku siap bila sewaktu waktu dirinya direlokasi di tempat yang baru. Asalkan, tempat tersebut layak huni, tak jauh dari lokasi Kampung Aquarium dan dibebankan secara gratis. "Yah mau saja, kalau lebih baik mah," ucapnya.
Sementara itu, Lurah Penjaringan, Deplika membantah, kalau jumlah penduduk dan bangunan di kawasan Kampung Aquarium bertambah. Menurutnya, sejak awal dirinya menjabat sebagai pamong kawasan itu, kondisi bangunan dan warga telah ada, penambahan nyaris dilakukan.
Ia pun membantah bila dirinya disebut melakukan pembiaran. Saat ini sosialisasi pembangunan pun dilakukan di kawasan itu, termasuk melakukan pendekatan terhadap sejumlah warga yang masih bermukim.
"Kan masuk dalam proyek revitalisasi. Jadi di museum bahari tengah di perbaiki, begitu juga pasar ikan. Nah di bekas kampung aquarium, nantinya akan jadi taman," paparnya.
Meskipun pembangunan masih cukup lama. Tapi Deplika melanjutkan, sosialisasi dalam rangka revitalisasi masih terus dilakukan. Termasuk soal memperhatikan warga, sejak menjabat, Deplika mengaku intens mengunjungi kawasan itu.
Selain itu, pemberian pengobatan juga dilakukan, dengan menggandeng tim medis dari Puskesmas. Dirinya mengaku perhatian kepada dilakukan.
"Sesekali saya mengingatkan untuk membuat tempat layak. Jangan asal jadi. Harus di perhatikan sirkulasi udara. Makanya beberapa bangunan kemarin dibongkar untuk penataan kawasan itu, yang membongkar juga mereka sendiri," ucapnya.
Pengamat Tata Kota Universitas Trisakti, Nirwono Jogo menilai, bangunan yang bermukim di kawasan itu tak ubahnya karena kegagalan konsep pemprov. Ketidakjelasan akan sosialisasi membuat warga menyakini penggusuran menjadi akal akalan pemerintah.
Karena itu, menyikapi hal itu, Nirwono menyarankan sosialisasi dan ketegasan harus dilakukan demi membuat kawasan itu tertata. Selain itu, melalui pendekatan secara persuatif penggusuran nantinya bisa terhindar dari konflik. "Sehingga nantinya penggusuran dan pembangunan bisa berjalan tertib," tutupnya.
Rumah semi permanen kemudian berdiri tegak di atas puing-puing bangunan yang dahulu telah rata dengan tanah. Beberapa di antaranya terlihat mulai dihuni oleh warga sekitar.
Pantauan di lokasi, pembangunan di kawasan sangat terlihat, sebuah tempat ibadah terbuat dari triplek terlihat di tengah kawasan itu. Sementara di sisi bangunan berdiri rumah rumah.
Aktivitas sehari-hari terlihat, beberapa kapal nelayan terlihat bersandar. Para ibu asyik memasak, sementara sejumlah anak tampak asyik bermain di lahan itu.
Memang di tempat itu pula, pembangunan telah terlihat, mobil-mobil besar dan alat berat datang melakukan pembangunan di akses masuk yang dahulu merupakan Pasar Ikan. Wacana tentang merevitalisasi kawasan memiliki titik terang jelas.
Masih di kawasan itu pula, pembangunan trotoar jalan terlihat. Bina Marga Pemprov DKI selaku penanggung jawab proyek tampak membangun trotoar jalan untuk nantinya digabungkan dengan kawasan Kota Tua yang berlokasi tepat di seberangnya.
Terkait soal adanya pembangunan di kawasan itu, seorang warga, Syahroni (40), mengatakan pembangunan dilakukan atas kerja sama warga. Mereka saling membangunan dan mendirikan bangunan melalui triplek dan bahan sisa kayu.
"Petugas manapun baik dari pemerintah ya, enggak ada yang ke sini. Dulu, memang sudah digusurin dan dibongkar rumah. Saya ya termasuk korban penggusuran," tutur bapak tiga anak ini di lokasi Kampung Aquarium, Rabu 19 Juli 2017.
Sekalipun kondisi triplek tak begitu tebal dan gampang rubuh. Namun dirinya cukup bersyukur masih bisa dikasih kesempatan menempati tempat itu. Kasur tipis pun menjadi alas berbaring saat malam hari.
Sekalipun diakuinya melanggar, namun Syahroni mengaku dirinya siap pasang badan mengantisipasi bila terjadi penggusuran. Bersama dengan warga lainnya, mereka akan melakukan penolakan bila nantinya pemprov maupun pemkot berencana melakukan pembongkaran lagi.
Warga lainnya, Tarkim (31), mengaku keberadaan penduduk dan bangunan di kawasan itu semakin bertambah. Kemenangan Anies-Sandi dalam Pilgub kemarin semakin membuat warga percaya diri.
Sekalipun demikian, dirinya mengaku siap bila sewaktu waktu dirinya direlokasi di tempat yang baru. Asalkan, tempat tersebut layak huni, tak jauh dari lokasi Kampung Aquarium dan dibebankan secara gratis. "Yah mau saja, kalau lebih baik mah," ucapnya.
Sementara itu, Lurah Penjaringan, Deplika membantah, kalau jumlah penduduk dan bangunan di kawasan Kampung Aquarium bertambah. Menurutnya, sejak awal dirinya menjabat sebagai pamong kawasan itu, kondisi bangunan dan warga telah ada, penambahan nyaris dilakukan.
Ia pun membantah bila dirinya disebut melakukan pembiaran. Saat ini sosialisasi pembangunan pun dilakukan di kawasan itu, termasuk melakukan pendekatan terhadap sejumlah warga yang masih bermukim.
"Kan masuk dalam proyek revitalisasi. Jadi di museum bahari tengah di perbaiki, begitu juga pasar ikan. Nah di bekas kampung aquarium, nantinya akan jadi taman," paparnya.
Meskipun pembangunan masih cukup lama. Tapi Deplika melanjutkan, sosialisasi dalam rangka revitalisasi masih terus dilakukan. Termasuk soal memperhatikan warga, sejak menjabat, Deplika mengaku intens mengunjungi kawasan itu.
Selain itu, pemberian pengobatan juga dilakukan, dengan menggandeng tim medis dari Puskesmas. Dirinya mengaku perhatian kepada dilakukan.
"Sesekali saya mengingatkan untuk membuat tempat layak. Jangan asal jadi. Harus di perhatikan sirkulasi udara. Makanya beberapa bangunan kemarin dibongkar untuk penataan kawasan itu, yang membongkar juga mereka sendiri," ucapnya.
Pengamat Tata Kota Universitas Trisakti, Nirwono Jogo menilai, bangunan yang bermukim di kawasan itu tak ubahnya karena kegagalan konsep pemprov. Ketidakjelasan akan sosialisasi membuat warga menyakini penggusuran menjadi akal akalan pemerintah.
Karena itu, menyikapi hal itu, Nirwono menyarankan sosialisasi dan ketegasan harus dilakukan demi membuat kawasan itu tertata. Selain itu, melalui pendekatan secara persuatif penggusuran nantinya bisa terhindar dari konflik. "Sehingga nantinya penggusuran dan pembangunan bisa berjalan tertib," tutupnya.
(mhd)