Hacker Penyerang Situs KPU Kemungkinan Puluhan Orang
A
A
A
JAKARTA - Situs milik Komisi Pemilihan Umum (KPU) dinilai sangat sensitif sekaligus strategis. Hal ini mengundang minat banyak hacker/cracker untuk berbuat usil bahkan jahat.
Pengamat IT dari Universitas Indonesia (UI) Teguh Arifiyadi mengatakan, banyak kemungkinan yang membuat situs KPU mengalami server down. Menurut Teguh, down bisa terjadi karena traffic real yang melebihi kapasitas.
Bisa juga faktor serangan Denial of Services (DoS) oleh pihak yang tidak bertanggung jawab."Tiap pilkada, sistem KPU selalu jadi pusat perhatian hacker atau cracker. Celah keamanan bisa saja ditemukan jika terus-terusan dieksploitasi," kata Teguh kepada wartawan, Kamis (16/2/2017).
Chairman dan Founder Indonesia Cyber Law Community (ICLC) itu menambahkan, situs KPU sangat sensitif sekaligus strategis. Itu yang mengundang minat banyak hacker/cracker untuk berbuat usil bahkan jahat.
"Pelakunya bisa dipastikan bukan satu atau dua orang. Karena lubang keamanan suatu sistem bisa saja jumlahnya puluhan. Ini bisa di ekspoitasi oleh banyak orang dari berbagai lokasi bahkan banyak negara," ungkapnya.
Sistem yang down karena serangan, lanjut Teguh, kemungkinan karena sistem dibanjiri traffic yang tidak wajar dalam satu waktu. Inilah yang dikenal dengan istilah serangan DoS.
Untuk melacak pelaku, petunjuk awal bisa didapat dari catatan log alamat Internet Protokol (IP address) dari penyerang. dari IP tersebut akan didapatkan analisa kemungkinan lokasi penyerang.
Meski demikian sangat mungkin penyerang menggunakan IP yang disamarkan (sniffing). "Sehingga membutuhkan waktu lebih banyak untuk menemukan lokasi detail penyerang," ungkapnya.
Teguh menyarankan, harus dilakukan audit sistem manajemen keamanan informasi dari IT KPU sendiri. Tujuannya untuk memetakan kemungkinan penyebab mudahnya sistem dieksploitasi penyerang. "Penyebab bisa dari sisi tata kelola IT baik dari sisi teknologi maupun dari sisi orang (sumber daya)," ujarnya.
Pengamat IT dari Universitas Indonesia (UI) Teguh Arifiyadi mengatakan, banyak kemungkinan yang membuat situs KPU mengalami server down. Menurut Teguh, down bisa terjadi karena traffic real yang melebihi kapasitas.
Bisa juga faktor serangan Denial of Services (DoS) oleh pihak yang tidak bertanggung jawab."Tiap pilkada, sistem KPU selalu jadi pusat perhatian hacker atau cracker. Celah keamanan bisa saja ditemukan jika terus-terusan dieksploitasi," kata Teguh kepada wartawan, Kamis (16/2/2017).
Chairman dan Founder Indonesia Cyber Law Community (ICLC) itu menambahkan, situs KPU sangat sensitif sekaligus strategis. Itu yang mengundang minat banyak hacker/cracker untuk berbuat usil bahkan jahat.
"Pelakunya bisa dipastikan bukan satu atau dua orang. Karena lubang keamanan suatu sistem bisa saja jumlahnya puluhan. Ini bisa di ekspoitasi oleh banyak orang dari berbagai lokasi bahkan banyak negara," ungkapnya.
Sistem yang down karena serangan, lanjut Teguh, kemungkinan karena sistem dibanjiri traffic yang tidak wajar dalam satu waktu. Inilah yang dikenal dengan istilah serangan DoS.
Untuk melacak pelaku, petunjuk awal bisa didapat dari catatan log alamat Internet Protokol (IP address) dari penyerang. dari IP tersebut akan didapatkan analisa kemungkinan lokasi penyerang.
Meski demikian sangat mungkin penyerang menggunakan IP yang disamarkan (sniffing). "Sehingga membutuhkan waktu lebih banyak untuk menemukan lokasi detail penyerang," ungkapnya.
Teguh menyarankan, harus dilakukan audit sistem manajemen keamanan informasi dari IT KPU sendiri. Tujuannya untuk memetakan kemungkinan penyebab mudahnya sistem dieksploitasi penyerang. "Penyebab bisa dari sisi tata kelola IT baik dari sisi teknologi maupun dari sisi orang (sumber daya)," ujarnya.
(whb)