KPU DKI Ingatkan Netralitas Media Dalam Pemberitaan Pasangan Cagub
A
A
A
JAKARTA - Komisioner Komisi Pemilihan Umum DKI Jakarta Dahlia Umar mengingatkan media untuk tetap netral dalam memberitakan pasangan calon gubernur (Cagub) DKI Jakarta. Ini terkait dengan aturan dan etika dalam melakukan kegiatan jurnalistik.
"Ada aturan-aturan yang mengikat media, yakni tentang kampanye, tentang survei dan jajak pendapat serta sosialisasi pilkada," katanya dalam diskusi media dengan tema 'Netralitas dan Tanggung Jawab Moral Pers dalam Pilkada DKI', di Jakarta, Senin 23 Januari 2017.
Dahlia melanjutkan, dalam pemberitaan tentang kampanye media juga tidak boleh memihak dengan salah satu pasangan calon. "Saya lihat seluruh pasangan calon memiliki nilai jual pemberitaan tinggi, jadi enggak ada alasan kalau hanya salah satu pasangan calon saja yang terus diberitakan," katanya.
Selain itu, Dahlia mengingatkan kalau adil itu tidak selalu sama. Ia menyontohkan, misalnya dalam sebuah segmen pemberitaan, semua pasangan calon memang ditayangkan. Tapi ketika pasangan A selalu diangkat yang baik-baiknya saja. Sedangkan pasangan B diberitakan yang jelek-jeleknya, begitu juga pasangan C.
Ada juga dalam kegiatan talkshow, media mengundang pengamat atau narsum lain tapi dia sudah tidak berimbang, jadi hasil narasumbernya sudah tidak netral lagi. "Semua ini yang harus bisa dihindari media agar netralitas tetap terjaga. Ingat, publik membutuhkan media yang bisa memberikan informasi yang bisa diandalkan," ujarnya.
"Ada aturan-aturan yang mengikat media, yakni tentang kampanye, tentang survei dan jajak pendapat serta sosialisasi pilkada," katanya dalam diskusi media dengan tema 'Netralitas dan Tanggung Jawab Moral Pers dalam Pilkada DKI', di Jakarta, Senin 23 Januari 2017.
Dahlia melanjutkan, dalam pemberitaan tentang kampanye media juga tidak boleh memihak dengan salah satu pasangan calon. "Saya lihat seluruh pasangan calon memiliki nilai jual pemberitaan tinggi, jadi enggak ada alasan kalau hanya salah satu pasangan calon saja yang terus diberitakan," katanya.
Selain itu, Dahlia mengingatkan kalau adil itu tidak selalu sama. Ia menyontohkan, misalnya dalam sebuah segmen pemberitaan, semua pasangan calon memang ditayangkan. Tapi ketika pasangan A selalu diangkat yang baik-baiknya saja. Sedangkan pasangan B diberitakan yang jelek-jeleknya, begitu juga pasangan C.
Ada juga dalam kegiatan talkshow, media mengundang pengamat atau narsum lain tapi dia sudah tidak berimbang, jadi hasil narasumbernya sudah tidak netral lagi. "Semua ini yang harus bisa dihindari media agar netralitas tetap terjaga. Ingat, publik membutuhkan media yang bisa memberikan informasi yang bisa diandalkan," ujarnya.
(ysw)