Jubir Ahok-Djarot: Tersangka Belum Tentu Jadi Terdakwa
A
A
A
JAKARTA - Pasangan calon Gubernur dan Wakil Gubernur Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) dan Djarot Saiful Hidayat tak menyangkal elektabilitasnya terus merosot. Hal itu diakibatkan berbagai faktor, salah satunya adalah penetapan Ahok sebagai tersangka dalam kasus penistaan agama.
Hal itu disampaikan oleh Juru Bicara Paslon Ahok-Djarot, Ansy Lena. Meski demikian, dia enggan berkomentar terkait peran empat partai politik (parpol), yakni PDIP, Nasdem, Golkar, dan Hanura yang ikut mendukung calon petahana itu.
"Yang jelas, ini bukan akhir segalanya kami masih punya waktu untuk berbenah," tuturnya di Jakarta, Minggu (27/11/2016).
Bahkan, kata Ansy, responden yang dahulu membela Ahok kini membelot karena kasus penistaan agama. Isu Agama baginya adalah isunya sensitif yang menjatuhkan suara Ahok. Politik Indonesia tak lagi panas, bahkan mendidih. Namun demikian, Ansy yakin, suara yang dihilang itu akan kembali setelah pihaknya melakukan pembenahan.
"Isu korupsi, kasar, suku, dan etnis semuanya mental di paslon kami. Dan begitu muncul isu agama semua menjadi berubah," tuturnya. (Baca: Kasus Penistaan Agama, Elektabilitas Ahok-Djarot Turun Drastis)
Meski demikian, dia yakin, elektabilitas Ahok-Djarot akan kembali unggul. "Padahal kita tahu walaupun sudah menjadi tersangka, belum tentu menjadi terdakwa," katanya.
Sedangkan, menurut Tim Sukses Agus-Sylvi, Didi Irawadi, keberadaan medsos seringkali membuat isu-isu menyedutkan terhadap pihaknya. Bahkan diakui, beberapa paslon lain juga telah melancarkan serangan melalui medsos. "Mereka juga menjatuhkan beberapa program kami," jelasnya.
Terkait soal hasil survei Poltracking Indonesia, Didi mengaku bahagia. Hasil survei akan menjadi evaluasi kerja timnya. Ia berjanji akan mengelolah dengan baik survei ini sehingga memenangkan paslon Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) nantinya.
Selain itu, tim sukses tidak akan terlena dengan kondisi ini. Selain masih memiliki waktu lama, margin of error juga cukup tinggi dan berpotensi mengganggu suara nantinya. "Intinya kami akan tetap bekerja keras memaksimalkan potensi dan peluang yang ada," tuturnya.
Sementara itu, tim sukses nomor urut 3, Anies Rasyid Baswedan dan Sandiaga Salihudin Uno menyampaikan hasil survei Poltracking Indonesia itu akan dijadikan bahan evaluasi untuk bekerja lebih maksimal. Kampanye secara santun dan berwibawa lebih dikedepankan oleh pihaknya terhadap Pilgub DKI, sehingga ia menyatakan kampanye hitam jarang dilakukan. "Kami utamakan kesantunan, yang jelas suara kami meningkat, walaupun sedikit," tuturnya.
Paslon nomor tiga enggan bermain dalam konflik politik antara Ahok-Agus. Baginya swingfoter maupun responden semacam ini sangat berbahaya. Sebab, bisa mengganggu suara lainnya. Sehingga tak bisa menjadi dasar untuk evaluasi. "Kami akan kedepankan untuk lumbung suara kami," katanya.
Hal itu disampaikan oleh Juru Bicara Paslon Ahok-Djarot, Ansy Lena. Meski demikian, dia enggan berkomentar terkait peran empat partai politik (parpol), yakni PDIP, Nasdem, Golkar, dan Hanura yang ikut mendukung calon petahana itu.
"Yang jelas, ini bukan akhir segalanya kami masih punya waktu untuk berbenah," tuturnya di Jakarta, Minggu (27/11/2016).
Bahkan, kata Ansy, responden yang dahulu membela Ahok kini membelot karena kasus penistaan agama. Isu Agama baginya adalah isunya sensitif yang menjatuhkan suara Ahok. Politik Indonesia tak lagi panas, bahkan mendidih. Namun demikian, Ansy yakin, suara yang dihilang itu akan kembali setelah pihaknya melakukan pembenahan.
"Isu korupsi, kasar, suku, dan etnis semuanya mental di paslon kami. Dan begitu muncul isu agama semua menjadi berubah," tuturnya. (Baca: Kasus Penistaan Agama, Elektabilitas Ahok-Djarot Turun Drastis)
Meski demikian, dia yakin, elektabilitas Ahok-Djarot akan kembali unggul. "Padahal kita tahu walaupun sudah menjadi tersangka, belum tentu menjadi terdakwa," katanya.
Sedangkan, menurut Tim Sukses Agus-Sylvi, Didi Irawadi, keberadaan medsos seringkali membuat isu-isu menyedutkan terhadap pihaknya. Bahkan diakui, beberapa paslon lain juga telah melancarkan serangan melalui medsos. "Mereka juga menjatuhkan beberapa program kami," jelasnya.
Terkait soal hasil survei Poltracking Indonesia, Didi mengaku bahagia. Hasil survei akan menjadi evaluasi kerja timnya. Ia berjanji akan mengelolah dengan baik survei ini sehingga memenangkan paslon Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) nantinya.
Selain itu, tim sukses tidak akan terlena dengan kondisi ini. Selain masih memiliki waktu lama, margin of error juga cukup tinggi dan berpotensi mengganggu suara nantinya. "Intinya kami akan tetap bekerja keras memaksimalkan potensi dan peluang yang ada," tuturnya.
Sementara itu, tim sukses nomor urut 3, Anies Rasyid Baswedan dan Sandiaga Salihudin Uno menyampaikan hasil survei Poltracking Indonesia itu akan dijadikan bahan evaluasi untuk bekerja lebih maksimal. Kampanye secara santun dan berwibawa lebih dikedepankan oleh pihaknya terhadap Pilgub DKI, sehingga ia menyatakan kampanye hitam jarang dilakukan. "Kami utamakan kesantunan, yang jelas suara kami meningkat, walaupun sedikit," tuturnya.
Paslon nomor tiga enggan bermain dalam konflik politik antara Ahok-Agus. Baginya swingfoter maupun responden semacam ini sangat berbahaya. Sebab, bisa mengganggu suara lainnya. Sehingga tak bisa menjadi dasar untuk evaluasi. "Kami akan kedepankan untuk lumbung suara kami," katanya.
(mhd)