Adhyaksa Dault Sebuk Ahok Bukan Pemimpin
A
A
A
JAKARTA - Bakal calon Gubernur DKI Jakarta Adhyaksa Dault mengatakan, Jakarta membutuhkan pemimpin bukan penguasa. Menurut dia, pemimpin itu orang yang selalu berbicara berdasarkan hati nuraninya.
"Ahok bukan pemimpin, sebab dia bergerak atas perintah konglomerat dan bukan atas pikirannya, apalagi atas nuraninya," kata Adhyaksa Dault di acara Silaturahmi Kandidat Dengan Ulama Se-DKI, Jabar, Banten yang digelar Majelis Pelayan Jakarta (MPJ) di Masjid Sunda Kelapa, Jakarta Pusat, Jumat (24/6/2016).
Meski begitu, mantan Menteri Pemuda dan Olahraga ini mengaku tidak membenci Ahok. Dia hanya tak setuju dengan karakternya itu. Sebab, karakter Ahok tak menunjukan karakter orang Jakarta yang memiliki sifat nasionalis dan humanis serta mengedepankan norma kesopanan.
"Ahok tak punya itu, karakter orang Jakarta. MPJ saya akan ikuti selama dia tak pilih Ahok. Saya siap dukung siapa saja, asal jangan Ahok," pungkasnya.
Sementara itu, bakal cagub DKI lainnya, Bupati Brojonegoro Suyoto mengatakan, jabatan, rezeki dan cinta itu milik Allah. Maka itu, dia percaya bahwa jabatan itu hanyalah sebuah amanat yang dititipkan.
"Salah satu sebab orang jadi pemimpin, itu harus dicintai, dan sebab dicintai karena dia memberikan manfaat pada orang," tuturnya.
Kata dia, sewaktu maju di Pilkada Brojonegoro, dirinya tidak masuk dalam kandidat survei. Tapi, dia yakin, selama dirinya berperilaku baik pasti banyak orang yang suka dengannya.
"Jalur cinta cuma dua, memberikan manfaat dan menarik perilakunya. Sebab, sesuatu yang berlebihan, baik tutur kata, dan perilaku itu tidak disukai Allah," jelasnya.
Maka itu, dirinya memberikan apresiasi dengan acara yang dibuat oleh MPJ. "Makanya, saya dukung MPJ ini agar mendorong semua calon kandidat Gubernur DKI Jakarta untuk memberikan manfaat pada DKI dan menarik perilakunya," paparnya.
Sementara itu, Koordinator MPJ Ustadz Taufan menerangkan, kalau MPJ itu hanyalah wadah untuk masyarakat muslim dan ulama untuk bersama-sama mendukung kandidat yang baik. MPJ pun bukan dari partai, atau bukan orang-orang yang membenci Ahok.
MPJ ada berdasarkan keinginan masyatakat akan adanya sosok pemimpim yang baik dan berkualitas. Dalam acara silaturahmi itu, MPJ sejatinya mengundang sejumlah orang ternama, seperti Adhyaksa Dault, Nurdin Abdullah, Sandiaga Salahuddin Uno, Sjafrie Sjamsoeddin, Suyoto, dan Yusril Ihza Mahendra. Namun, hanya dua orang yang hadir.
"Kami di sini untuk bersama-sama menyamakan persepsi, lalu memberikan pelurusan arti demokrasi yang santun, dan memberikan dukungan pada salah satu alternatif kandidat yang baik itu yang nanti akan maju," bebernya.
Maka itu, dia menegaskan, MPJ bukan tim untuk memenangkan salah satu calon. "Kami bukan tim sukses, kami hanya gerakan moral mengedukasi, masih banyak pemimpin muslim yang baik, yang bisa pimpin Jakarta, itu loh maksudnya," tutupnya.
"Ahok bukan pemimpin, sebab dia bergerak atas perintah konglomerat dan bukan atas pikirannya, apalagi atas nuraninya," kata Adhyaksa Dault di acara Silaturahmi Kandidat Dengan Ulama Se-DKI, Jabar, Banten yang digelar Majelis Pelayan Jakarta (MPJ) di Masjid Sunda Kelapa, Jakarta Pusat, Jumat (24/6/2016).
Meski begitu, mantan Menteri Pemuda dan Olahraga ini mengaku tidak membenci Ahok. Dia hanya tak setuju dengan karakternya itu. Sebab, karakter Ahok tak menunjukan karakter orang Jakarta yang memiliki sifat nasionalis dan humanis serta mengedepankan norma kesopanan.
"Ahok tak punya itu, karakter orang Jakarta. MPJ saya akan ikuti selama dia tak pilih Ahok. Saya siap dukung siapa saja, asal jangan Ahok," pungkasnya.
Sementara itu, bakal cagub DKI lainnya, Bupati Brojonegoro Suyoto mengatakan, jabatan, rezeki dan cinta itu milik Allah. Maka itu, dia percaya bahwa jabatan itu hanyalah sebuah amanat yang dititipkan.
"Salah satu sebab orang jadi pemimpin, itu harus dicintai, dan sebab dicintai karena dia memberikan manfaat pada orang," tuturnya.
Kata dia, sewaktu maju di Pilkada Brojonegoro, dirinya tidak masuk dalam kandidat survei. Tapi, dia yakin, selama dirinya berperilaku baik pasti banyak orang yang suka dengannya.
"Jalur cinta cuma dua, memberikan manfaat dan menarik perilakunya. Sebab, sesuatu yang berlebihan, baik tutur kata, dan perilaku itu tidak disukai Allah," jelasnya.
Maka itu, dirinya memberikan apresiasi dengan acara yang dibuat oleh MPJ. "Makanya, saya dukung MPJ ini agar mendorong semua calon kandidat Gubernur DKI Jakarta untuk memberikan manfaat pada DKI dan menarik perilakunya," paparnya.
Sementara itu, Koordinator MPJ Ustadz Taufan menerangkan, kalau MPJ itu hanyalah wadah untuk masyarakat muslim dan ulama untuk bersama-sama mendukung kandidat yang baik. MPJ pun bukan dari partai, atau bukan orang-orang yang membenci Ahok.
MPJ ada berdasarkan keinginan masyatakat akan adanya sosok pemimpim yang baik dan berkualitas. Dalam acara silaturahmi itu, MPJ sejatinya mengundang sejumlah orang ternama, seperti Adhyaksa Dault, Nurdin Abdullah, Sandiaga Salahuddin Uno, Sjafrie Sjamsoeddin, Suyoto, dan Yusril Ihza Mahendra. Namun, hanya dua orang yang hadir.
"Kami di sini untuk bersama-sama menyamakan persepsi, lalu memberikan pelurusan arti demokrasi yang santun, dan memberikan dukungan pada salah satu alternatif kandidat yang baik itu yang nanti akan maju," bebernya.
Maka itu, dia menegaskan, MPJ bukan tim untuk memenangkan salah satu calon. "Kami bukan tim sukses, kami hanya gerakan moral mengedukasi, masih banyak pemimpin muslim yang baik, yang bisa pimpin Jakarta, itu loh maksudnya," tutupnya.
(mhd)