Balap Liar Dilegalkan, Ini Curhatan Kaum Ibu
A
A
A
JAKARTA - Rencana Polda Metro Jaya melegalkan balap liar ternyata membuat kekhawatiran para orang tua. Mereka khawatir kebijakan itu justru akan membuat nyawa anak-anak mereka dengan mudah melayang.
Salah seorang ibu yakni Hanifah (41) mengatakan, rencana memperbolehkan balap liar sebaiknya diurungkan. Ibu dua anak yang tinggal didekat lokasi balap liar tepatnya di Jalan Ceger, Jakarta Timur khawatir nyawa anak-anak muda malayang sia-sia.
"Wah ngeri juga balap liar diizinkan. Kalau begitu bisa bikin generasi muda mati sia-sia. Yang selama ini saja dilarang, banyak kan yang kecelakaan. Apalagi nanti diizinkan," ujar Hanifah kepada Sindonews, Rabu 13 Januari 2016 kemarin.
Seharusnya polisi, lanjut Hanifah, memikirkan terlebih dahulu faktor keamanan lingkungan sekitar dan keselamatan si pengendara."Lihat saja, mereka kalau balapan enggak pakai helm, pakai sandal jepit dan kaus aja. Lah nanti kayak gimana dong kalau diizinin begitu," kesalnya.
Sebagai warga yang tinggal tidak jauh dari lokasi balap liar, Hanifah juga mengaku kerap terganggu khususnya pada malam Minggu saat ajang adu balap liar itu. "Itu kalau mereka balapan berisiknya bukan main. Pada pakai knalpot yang berisik-berisik gitu," tuturnya.
Hanifah yang memiliki anak ABG itu juga berharap para pejabat memikirkan betul-betul aturan tersebut. Hanifah tidak ingin generasi muda mati sia-sia karena ajang balap liar.
"Anak pertama saya ini lagi hobi modifikasi motor. Saya kan jadi ngeri kalau dia kebawa- bawa. Duit abis buat modifikasi belum lagi kalau kecelakaan. Kenapa polisi enggak bikin di sirkuit aja, Sentul kan ada," tutupnya.
Salah seorang ibu yakni Hanifah (41) mengatakan, rencana memperbolehkan balap liar sebaiknya diurungkan. Ibu dua anak yang tinggal didekat lokasi balap liar tepatnya di Jalan Ceger, Jakarta Timur khawatir nyawa anak-anak muda malayang sia-sia.
"Wah ngeri juga balap liar diizinkan. Kalau begitu bisa bikin generasi muda mati sia-sia. Yang selama ini saja dilarang, banyak kan yang kecelakaan. Apalagi nanti diizinkan," ujar Hanifah kepada Sindonews, Rabu 13 Januari 2016 kemarin.
Seharusnya polisi, lanjut Hanifah, memikirkan terlebih dahulu faktor keamanan lingkungan sekitar dan keselamatan si pengendara."Lihat saja, mereka kalau balapan enggak pakai helm, pakai sandal jepit dan kaus aja. Lah nanti kayak gimana dong kalau diizinin begitu," kesalnya.
Sebagai warga yang tinggal tidak jauh dari lokasi balap liar, Hanifah juga mengaku kerap terganggu khususnya pada malam Minggu saat ajang adu balap liar itu. "Itu kalau mereka balapan berisiknya bukan main. Pada pakai knalpot yang berisik-berisik gitu," tuturnya.
Hanifah yang memiliki anak ABG itu juga berharap para pejabat memikirkan betul-betul aturan tersebut. Hanifah tidak ingin generasi muda mati sia-sia karena ajang balap liar.
"Anak pertama saya ini lagi hobi modifikasi motor. Saya kan jadi ngeri kalau dia kebawa- bawa. Duit abis buat modifikasi belum lagi kalau kecelakaan. Kenapa polisi enggak bikin di sirkuit aja, Sentul kan ada," tutupnya.
(whb)