Guru Besar IPB: Hepatitis Tampar Muka Kami

Senin, 14 Desember 2015 - 02:40 WIB
Guru Besar IPB: Hepatitis Tampar Muka Kami
Guru Besar IPB: Hepatitis Tampar Muka Kami
A A A
BOGOR - Sepekan setelah ditetapkan Kejadian Luar Biasa (KLB) atas merebaknnya penyakit hepatitis di lingkungan kampus Institut Pertanian Bogor (IPB) menuai reaksi beragam baik dikalangan internal maupun ekternal kampus.

Guru Besar Fakultas Ekologi Manusia (FEM) yang juga menjabat sebagai Wakil Ketua Lembaga Amil Zakat IPB Prof Dr Muhammad Firdaus mengatakan kejadian hepatitis merupakan tamparan keras buat lembaga perguruan tinggi negeri sekelas IPB. Bahkan Firdaus sempat membuat tulisan ‘Hepatitis yang menampar muka kami'.

“Banyaknya penderita hepatitis di IPB yang menjadi trending topic di berbagai media, membuat saya sulit memejamkan mata,” katanya dalam rilis yang diterima, Minggu (13/12/2015). Tamparan yang dimaksud, lanjut Firdaus, karena belum lama ini, dia mengisi kegiatan promosi IPB kepada siswa SMA swasta yang memiliki akreditasi tertinggi di Depok.

Saat memberikan kata penutup bersama dengan calon Wali Kota, ada Ibu Ketua Yayasan mendadak mengucap peristiwa merebaknya penyakit hepatitis karena kurang gizi. “Dia mengingatkan 25 tahun yang lalu sering terdengar anak IPB kena tifus dan hepatitis. Mungkin karena kurang gizi ya, wahh pesan Ibu kesampaian, ternyata,” tuturnya.

Terlebih kejadian ini, mendapat tanggapan dari Menteri Kesehatan yang menyatakan penyebab hepatitis karena sanitasi di lingkungan kampus IPB buruk atau kantinnya kumuh.

“Tapi pernyataan tersebut sudah dibantah resmi oleh Humas IPB, bahkan untuk kantin di dalam kampus, yang saya sendiri hampir setiap hari makan di sana, rasanya sudah jauh lebih higienis dari kantin di Pasar Anyar Bogor, atau bahkan dibandingkan beberapa kantin kampus besar lainnya di Indonesia. Tapi rasanya akar persoalan utama bukan karena sanitasi yang buruk. Saya coba menilik beberapa fakta yang mungkin bisa menjadi penyebab kejadian tersebut,” tuturnya.

Menurutnya, ada tiga faktor penyebab terjadi virus hepatitis menjangkit puluhan mahasiswa IPB hingga harus menjalani perawatan. Pertama, IPB adalah salah satu kampus besar yang diminati oleh siswa SMA yang berasal dari kalangan berpendapatan rendah. Penerima beasiswa bidik misi, program beasiswa kebanggan Kementerian Pendidikan, salah satu yang terbesar ada di IPB.

Jumlah penerima beasiswa ini bisa mencapai hampir sepertiga dari total sekitar 3.500 yang masuk ke IPB setiap tahun. Selain dibebaskan dari biaya kuliah, sejak 2010, setiap mahasiswa mendapatkan tunjangan biaya hidup Rp600.000/bulan.

“Saya sendiri, secara pribadi saat mengajar di kelas sering mengingatkan mahasiswa agar memperhatikan teman Anda. Silakan datang ke saya apabila ada teman Anda yang sudah tidak bisa makan karena tidak punya uang. IPB memiliki Lembaga Amil Zakat, dari potongan ZIS dosen dan pegawai,” paparnya.

Jadi, lanjut dia, tidak sedikit mahasiswa IPB, terutama di tingkat pertama, yang kadang harus makan sekali sehari karena kondisi beasiswa yang diterima. “Bagaimana tidak hepatitis saat kemudian musim hujan di Bogor tiba?? Rentannya tubuh mahasiswa ditambah karena asupan zat yang kurang baik bagi kesehatan. Pengawet atau pewarna seperti Rhodamin B adalah makanan sehari-hari mahasiswa IPB. Selain mi instan, berbagai jajanan khas Sunda semacam Cimol, Cilok atau Cireng adalah santapan favorit, yang sering dicocol dengan bumbu-bumbu beraneka warna,” jelasnya.

Faktor kedua adalah terdapat sejumlah mahasiswa di IPB yang bukan penerima beasiswa bidik misi, tetapi kondisinya sama bahkan lebih memprihatinkan. Menurutnya, motivasi untuk menjadi orang besar sering lebih kuat dari mahasiswa yang berasal dari keluarga ekonomi susah.

“Dengan beban perkuliahan dan praktikum di IPB yang mempunyai standar terbaik di Indonesia, ditambah aktivitas ekstrakurikuler tentunya akan memakan energi yang tidak sama dengan anak-anak sebaya yang tidak kuliah. Mungkin inilah faktor lain yang menyebabkan mudahnya mahasiswa terserang penyakit seperti tifus dan hepatitis; kurang gizi tapi aktivitas luar biasa,” ujarnya.

Kemudian faktor ketiga, di Bogor banyak daerah yang dikenal dengan nama Babakan, yang menurut KBBI diartikan sebagai “dusun yang baru”. Dulu di kampus IPB lama (Baranangsiang), mahasiswa banyak yang tinggal di Babakan Fakultas, Babakan Peundeuy atau Babakan Pasar.

Di kampus Dramaga sekarang pun, stratifikasi tempat tinggal terjadi. Seperti halnya di kampus lama, mahasiswa kurang mampu akan tinggal di daerah dengan nama depan Babakan: Babakan Raya, Babakan Lio atau Babakan Lebak.

Tidak semua, namun secara umum dengan biaya sewa kamar setahun kurang dari Rp2 juta per orang, bisa dibayangkan kondisi tempat tinggal mereka: padat, tanpa ventilasi atau septic tank yang berada di sisi dapur. “Sedangkan mahasiswa yang lebih mampu, akan memilih tinggal di daerah Jalan Perwira atau perumahan-perumahan di sekitar kampus, lengkaplah sudah: kondisi makan yang kurang gizi, aktivitas luar biasa kemudian beristirahat di kamar kost yang sangat minim kondisinya,” ujarnya.

Sementara itu, Wakil Rektor bidang Akademik dan Kemahasiswaan IPB, Prof. Dr. Yonny Koesmaryono, dari 28 mahasiswa kini tinggal 15 mahasiswa yang dirawat. Seluruh biaya perawatan ditanggung sepenuhnya oleh IPB.

“Data terakhir dari 28 mahasiswa yang dirawat, 13 mahasiswa masih dirawat di RS Karya Bhakti Pratiwi dan 2 mahasiswa di RS Medika Darmaga. Dari pemeriksaan massal terhadap mahasiswa yang telah kami lakukan dua hari ini, ada 11 mahasiswa yang suspect hepatitis A. Mereka sudah dirujuk untuk melakukan tes darah agar mendapatkan perawatan lebih lanjut,” ujar Prof. Yonny, Sabtu 12 Desember 2015 lalu.

Untuk mencegah penularan KLB Hepatitis A, menurutnya, IPB telah melakukan respons cepat dengan melakukan pemeriksaan kesehatan mahasiswa. Hingga kemarin sore, sudah 204 mahasiswa yang memeriksakan kondisi kesehatannya.

Selain pemeriksaan kesehatan, IPB juga melakukan sosialisasi mengenai gizi seimbang, keamanan pangan, profil kantin IPB serta tindakan kuratif dan preventif hepatitis. “Penyuluhan tentang kantin sehat di dalam dan sekitar kampus IPB, aksi bersih lingkungan di dalam kampus maupun lingkungan tempat tinggal mahasiswa,” jelasnya.
(whb)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7012 seconds (0.1#10.140)