Rumah PNS DPRD Tangsel Diduduki Puluhan Preman, Harta Benda Dibawa Kabur
loading...
A
A
A
TANGERANG SELATAN - Rumah milik seorang PNS bernama Farina Arsad di Kompleks Amarapura, Kademangan, Setu, Tangerang Selatan (Tangsel), dikuasai oleh 40 orang yang diduga preman bayaran . Tak hanya itu barang berharga di rumahnya yang ditaksir mencapai Rp400 juta juga dibawa kabur orang-orang suruhan tersebut.
Farina Arsad, beserta suami dan anaknya terpaksa mengungsi ke lokasi lain demi menghindari benturan fisik. Sementara para preman berwajah garang itu hingga saat ini masih bertahan menduduki rumah tersebut.
"Sampai hari ini masih dikuasai preman-preman itu, jumlahnya memang enggak sebanyak waktu awal mereka datang," ungkap Farina usai meminta pendampingan kasusnya ke DPRD Tangsel, Kamis (15/12/22).
Dia menceritakan, para preman yang berjumlah 40 orang itu mendatangi rumahnya pada Rabu, 7 Desember 2022 lalu, menumpangi 3 unit truk. Saat kejadian, korban dan keluarganya tak berada di rumah.
"Kita lagi pada di luar. Enggak lama ada yang ngabarin kan, terus kita langsung ke sana. Begitu sampai rumah udah selesai, kita disuruh pergi sama mereka," ujarnya. Baca: Polisi Gulung 3 Preman Kampung Pemalak Sopir Truk di Jembatan Dua Penjaringan
PNS yang bertugas sebagai protokoler di DPRD Tangsel itu hanya bisa berteriak histeris menyaksikan puluhan preman menguasai kediamannya. Dia dan sang suami nekat mengecek barang berharga di dalam rumah, namun rupanya tak satu pun yang tersisa.
Semua diangkut dan dibawa pergi para pelaku tanpa penjelasan."Semua diambil, ini namanya dirampok karena terang-terangan di depan mata. Ada uang Rp37 jutaan, perhiasan emas 25 gram, ada koleksi puluhan jam tangan rolex, luminor, punya suami saya, laptop, semua dibawa. Total semua barang nilainya hampir Rp400 juta," tuturnya.
Aksi penguasaan sekelompok preman itu berkaitan dengan tunggakan kredit cicilan rumah korban. Kasus ini pun telah diadukan ke polisi saat kejadian.
Barulah pada Rabu 14 Desember 2022, polisi akhirnya memanggil korban dan suami guna dimintai keterangan.
"Baru diminta keterangan sama Polres itu Rabu, kemarin," ucap Farina.
Kuasa hukum korban, Siswoyo mempertanyakan pelibatan puluhan preman dalam kasus itu. Apalagi selama ini, kata dia, tak ada pemberitahuan tentang keberlanjutan proses tunggakan kredit yang akhirnya secara sepihak berujung lelang.
Farina Arsad, beserta suami dan anaknya terpaksa mengungsi ke lokasi lain demi menghindari benturan fisik. Sementara para preman berwajah garang itu hingga saat ini masih bertahan menduduki rumah tersebut.
"Sampai hari ini masih dikuasai preman-preman itu, jumlahnya memang enggak sebanyak waktu awal mereka datang," ungkap Farina usai meminta pendampingan kasusnya ke DPRD Tangsel, Kamis (15/12/22).
Dia menceritakan, para preman yang berjumlah 40 orang itu mendatangi rumahnya pada Rabu, 7 Desember 2022 lalu, menumpangi 3 unit truk. Saat kejadian, korban dan keluarganya tak berada di rumah.
"Kita lagi pada di luar. Enggak lama ada yang ngabarin kan, terus kita langsung ke sana. Begitu sampai rumah udah selesai, kita disuruh pergi sama mereka," ujarnya. Baca: Polisi Gulung 3 Preman Kampung Pemalak Sopir Truk di Jembatan Dua Penjaringan
PNS yang bertugas sebagai protokoler di DPRD Tangsel itu hanya bisa berteriak histeris menyaksikan puluhan preman menguasai kediamannya. Dia dan sang suami nekat mengecek barang berharga di dalam rumah, namun rupanya tak satu pun yang tersisa.
Semua diangkut dan dibawa pergi para pelaku tanpa penjelasan."Semua diambil, ini namanya dirampok karena terang-terangan di depan mata. Ada uang Rp37 jutaan, perhiasan emas 25 gram, ada koleksi puluhan jam tangan rolex, luminor, punya suami saya, laptop, semua dibawa. Total semua barang nilainya hampir Rp400 juta," tuturnya.
Aksi penguasaan sekelompok preman itu berkaitan dengan tunggakan kredit cicilan rumah korban. Kasus ini pun telah diadukan ke polisi saat kejadian.
Barulah pada Rabu 14 Desember 2022, polisi akhirnya memanggil korban dan suami guna dimintai keterangan.
"Baru diminta keterangan sama Polres itu Rabu, kemarin," ucap Farina.
Kuasa hukum korban, Siswoyo mempertanyakan pelibatan puluhan preman dalam kasus itu. Apalagi selama ini, kata dia, tak ada pemberitahuan tentang keberlanjutan proses tunggakan kredit yang akhirnya secara sepihak berujung lelang.