Mengenal Sejarah Stasiun Jatinegara, Berawal dari Stasiun Biasa hingga Jadi Cagar Budaya
loading...
A
A
A
JAKARTA - Stasiun Jatinegara menjadi salah satu stasiun besar yang berada di Kota Jakarta . Dalam riwayatnya, tempat ini memiliki sejarah panjang dalam pendiriannya yang menarik untuk dibahas.
Lantas, bagaimanakah sejarah dari Stasiun Jatinegara ini?
Mengutip informasi dari laman KAI, Jumat (2/12/2022), Stasiun Jatinegara awalnya bernama Meester Cornelis. Singkat cerita, daerah tersebut merupakan milik seorang pemuka agama Kristen bernama Cornelis van Senen.
Baca juga : Menilik Sejarah Stasiun Gambir
Stasiun Meester Cornelis diresmikan oleh perusahaan kereta api swasta bernama Bataviaasche Ooster Spoorweg Maatschappij (BOSM) pada 31 Maret 1887. Kala itu, peresmian dilakukan bersama pembukaan jaringan kereta api Batavia (Jakarta)-Meester Cornelis (Jatinegara)-Bekasi.
Pada keberlanjutannya, jaringan kereta tersebut dibeli oleh perusahaan kereta api negara Staatssporwegen (SS) pada 1889. Setelahnya, pada 1909 mereka mendirikan stasiun baru dekat Stasiun Meester Cornelis eks BOSM.
Kepala Eksploitasi SS menyebutkan bahwa stasiun baru tersebut nantinya akan dibuka secara khusus untuk penumpang, koper, dan pengiriman barang pada 15 Oktober 1909. Sementara stasiun lama tetap digunakan untuk lalu-lintas barang.
Beralih saat pendudukan Jepang di Indonesia, wilayah Meester Cornelis berganti nama menjadi Jatinegara. Dalam hal ini, terdapat sejumlah pandangan terkait asal-usul nama tersebut.
Teori pertama, daerah tersebut memiliki banyak hutan jati. Kemudian ada juga teori nama Jatinegara yang bersumber pada ‘Negara Sejati’. Pada akhirnya, perubahan nama wilayah tersebut membuat stasiun di sana berubah menjadi Stasiun Jatinegara.
Seiring waktu, sektor perkeretaapian di Indonesia semakin berkembang. Pada tahun 1980, Departemen Perhubungan melakukan kerja sama dengan Japan International Cooperation Agency (JICA) guna menyusun proyek Rencana Induk Kereta Api di kawasan Jabotabek.
Baca juga : Sejarah Stasiun Manggarai, Pernah Disinggahi Jenderal Besar Soedirman
Pada perkembangannya, rencana tersebut melahirkan pembangunan prasarana kereta api di Stasiun Jatinegara yang terdiri dari 3 lintasan, yakni Jakarta-Kampung Bandan-Tanah Abang-Manggarai-Jatinegara dengan panjang 19,1 km (lintas barat), kemudian jalur Jakarta-Pasar Senen-Jatinegara sepanjang 11 km (lintas timur), hingga lintas Bekasi (Bekasi line) yang memiliki panjang 14,7 km dari Jatinegara-Klender-Bekasi.
Seiring berjalannya waktu, Stasiun Jatinegara terus berkembang dan menjadi salah satu stasiun besar di Jakarta. Tak hanya itu, stasiun ini juga ditetapkan menjadi bangunan cagar budaya yang terdaftar di Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata.
Dengan nomor registrasi RNCB.19990112.02.000503, Stasiun Jatinegara ditetapkan sebagai Cagar Budaya pada 1999 berdasarkan Peraturan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Nomor: PM.13/PW.007/MKP/05 dan Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 011/M/1999.
Demikian ulasan mengenai sejarah stasiun Jatinegara yang menarik untuk diketahui. Semoga bermanfaat dan dapat menambah wawasan Anda.
Lantas, bagaimanakah sejarah dari Stasiun Jatinegara ini?
Mengutip informasi dari laman KAI, Jumat (2/12/2022), Stasiun Jatinegara awalnya bernama Meester Cornelis. Singkat cerita, daerah tersebut merupakan milik seorang pemuka agama Kristen bernama Cornelis van Senen.
Baca juga : Menilik Sejarah Stasiun Gambir
Stasiun Meester Cornelis diresmikan oleh perusahaan kereta api swasta bernama Bataviaasche Ooster Spoorweg Maatschappij (BOSM) pada 31 Maret 1887. Kala itu, peresmian dilakukan bersama pembukaan jaringan kereta api Batavia (Jakarta)-Meester Cornelis (Jatinegara)-Bekasi.
Pada keberlanjutannya, jaringan kereta tersebut dibeli oleh perusahaan kereta api negara Staatssporwegen (SS) pada 1889. Setelahnya, pada 1909 mereka mendirikan stasiun baru dekat Stasiun Meester Cornelis eks BOSM.
Kepala Eksploitasi SS menyebutkan bahwa stasiun baru tersebut nantinya akan dibuka secara khusus untuk penumpang, koper, dan pengiriman barang pada 15 Oktober 1909. Sementara stasiun lama tetap digunakan untuk lalu-lintas barang.
Beralih saat pendudukan Jepang di Indonesia, wilayah Meester Cornelis berganti nama menjadi Jatinegara. Dalam hal ini, terdapat sejumlah pandangan terkait asal-usul nama tersebut.
Teori pertama, daerah tersebut memiliki banyak hutan jati. Kemudian ada juga teori nama Jatinegara yang bersumber pada ‘Negara Sejati’. Pada akhirnya, perubahan nama wilayah tersebut membuat stasiun di sana berubah menjadi Stasiun Jatinegara.
Seiring waktu, sektor perkeretaapian di Indonesia semakin berkembang. Pada tahun 1980, Departemen Perhubungan melakukan kerja sama dengan Japan International Cooperation Agency (JICA) guna menyusun proyek Rencana Induk Kereta Api di kawasan Jabotabek.
Baca juga : Sejarah Stasiun Manggarai, Pernah Disinggahi Jenderal Besar Soedirman
Pada perkembangannya, rencana tersebut melahirkan pembangunan prasarana kereta api di Stasiun Jatinegara yang terdiri dari 3 lintasan, yakni Jakarta-Kampung Bandan-Tanah Abang-Manggarai-Jatinegara dengan panjang 19,1 km (lintas barat), kemudian jalur Jakarta-Pasar Senen-Jatinegara sepanjang 11 km (lintas timur), hingga lintas Bekasi (Bekasi line) yang memiliki panjang 14,7 km dari Jatinegara-Klender-Bekasi.
Seiring berjalannya waktu, Stasiun Jatinegara terus berkembang dan menjadi salah satu stasiun besar di Jakarta. Tak hanya itu, stasiun ini juga ditetapkan menjadi bangunan cagar budaya yang terdaftar di Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata.
Dengan nomor registrasi RNCB.19990112.02.000503, Stasiun Jatinegara ditetapkan sebagai Cagar Budaya pada 1999 berdasarkan Peraturan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Nomor: PM.13/PW.007/MKP/05 dan Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 011/M/1999.
Demikian ulasan mengenai sejarah stasiun Jatinegara yang menarik untuk diketahui. Semoga bermanfaat dan dapat menambah wawasan Anda.
(bim)