PSBB Jabodetabek, Warga Diimbau Jalan Kaki dan Tak Naik Ojek

Selasa, 14 April 2020 - 08:47 WIB
loading...
PSBB Jabodetabek, Warga Diimbau Jalan Kaki dan Tak Naik Ojek
Kepala Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek (BPTJ) Polana B Pramesti. Foto/Dok/SINDOnews
A A A
TANGERANG - Penerapan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek) bertujuan untuk memutus mata rantai penularan virus Corona atau Covid-19. Sejumlah kebijakanpun dilakukan untuk mempercepat penanggulangan wabah tersebut.

Kepala Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek (BPTJ) Polana B Pramesti mengatakan, membatasi operasional layanan transportasi di wilayah Jabodetabek salah satu upaya untuk mempercepat mengatasi wabah virus Corona itu. Dia juga mengimbau, agar warga mulai jalan kaki.

"Jika memang terpaksa keluar rumah untuk jarak yang masih terjangkau, jalan kaki sangat bermanfaat untuk kesehatan. Apalagi saat ini polusi udara di Jabodetabek menurun drastis," kata Polana dalam keterangan tertulisnya, Senin 13 April 2020.

Menurut dia, dengan berjalan kaki maka fisik akan menjadi lebih sehat. Sehingga, daya tahan tubuh akan menjadi lebih kuat. Namun, jika enggan berjalan, karena jarak yang jauh, warga bisa memakai transportasi massal.

"Yang terpenting di dalam status PSBB ini, moda transportasi, khususnya angkutan penumpang, tidak diberhentikan sama sekali. Namun, dilakukan pembatasan waktu operasional dan penumpang," sambungnya.

Kesepakatan terkait jam operasional, kata Polana, khusus untuk angkutan umum massal berjalan mulai pukul 06.00 hingga 18.00 WIB mengikuti protokol Covid-19. (Baca juga: PSBB Diberlakukan di Jakarta, Ojol Hanya Diperbolehkan Angkut Barang )

“Sementara terkait ojek, seluruh peserta rapat sepakat jika selama masa berlakunya PSBB, ojek tidak untuk mengangkut penumpang diseluruh wilayah Jabodetabek. Saya ingin mengajak masyarakat lebih bijak," paparnya.

Dirinya pun meminta, kebijakan ojek tidak boleh mengangkut penumpang tidak dijadikan polemik. Karena, banyak alternatif transportasi massal yang bisa digunakan. "Jangan berpolemik tentang boleh tidaknya sepeda motor mengangkut penumpang, mengingat masih banyak alternatif moda transportasi lain yang bisa digunakan. Kalau kita ingin sehat, hindari bertransportasi yang berisiko penularan Covid-19," pungkasnya.
(mhd)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1400 seconds (0.1#10.140)