Tangani Sampah Kemasan, KLHK Imbau Produsen Bergabung ke IPRO
loading...
A
A
A
“Kolaborasi menjadi hal yang penting, dimana pemerintah yang memiliki regulasi dapat memfasilitasi infraktruktur dan sektor privat dapat mendorong penanganan sampah secara terintegrasi,” katanya.
Martini mengatakan, sejak 1 Januari 2021 IPRO telah membangun kerja sama multipihak untuk meningkatkan pengumpulan dan pendauran ulang sampah kemasan. Hingga saat ini, ada lima jenis material yang pengumpulan dan pendauran ulangnya ditingkatkan, yakni jenis material kemasan PET (Polyethylene Terephthalate), UBC (Used Beverage Carton), HDPE (High-density polyethylene), MLP (Multi-Layered Packaging dan PP (Polyproylene).
Pengumpulan sampah kemasan dilakukan di Jawa Timur, Bali, Lombok dan Jawa Barat. IPRO mengandeng mitra kerja antara lain dengan, Bali PET, BWC, Allendra Kreasindo, Ecobali dan YAPSI, Bali Waste Cycle, Loh Jinawi, Kita Olah Indonesia, Rekadaya Karya Inovasi, Jaya Abadi Plastik dan Waste4Change. .
“Program itu dijalankan melalui skema insentif yang diberikan kepada mitra, dimana dukungan pembiayaan diberikan oleh 11 anggota IPRO yang berkomitmen untuk menarik sampah kemasannya untuk ddaur ulang,” kata Martini.
Hingga saat ini, IPRO telah membukukan beberapa capaian antara lain, pengumpulan bekas kemasan jenis PET, HDPE, UBC, mencapai 543% dari target dan pengumpulan material kemasan melalui mitra (TPS3R, bank sampah, dan aggregator) mencapai 93,86%.
Martini berharap ke depan pengumpulan dan pendauran ulang sampah kemasan dapat lebih ditingkatkan lagi. “Semakin banyak produsen yang bergabung, maka IPRO dapat meningkatkan volume dan memperluas jangkauan wilayah kerja hingga ke seluruh daerah lain di Indonesia,” katanya
Pada akhir September 2022 lalu, IPRO menandatangi perjanjian kerja sama dengan PT Reciki Solusi Indonesia (RSI) selaku pengola TPST (Tempat Pengolahan Sampah Terpadu) di Bangkalan, Madura. Pengelolaan TPST Bangklaan Madura, menurut Martini, merupakan contoh kerja sama yang apik karena melibatkan Pemkab Bangkalan, pihak swasta, Bank UMKM Jawa Timur, dan industri yang diwakili IPRO.
“IPRO telah memulai model kerja sama multipihak dalam membangun TPST dengan tujuan pengelolaan sampah kemasan lebih terukur,” pungkasnya.
Lihat Juga: Santri di Sekitar Bantar Gebang Bekasi Diajari Ubah Sampah Kulit Telur Jadi Produk Bernilai Ekonomi
Martini mengatakan, sejak 1 Januari 2021 IPRO telah membangun kerja sama multipihak untuk meningkatkan pengumpulan dan pendauran ulang sampah kemasan. Hingga saat ini, ada lima jenis material yang pengumpulan dan pendauran ulangnya ditingkatkan, yakni jenis material kemasan PET (Polyethylene Terephthalate), UBC (Used Beverage Carton), HDPE (High-density polyethylene), MLP (Multi-Layered Packaging dan PP (Polyproylene).
Pengumpulan sampah kemasan dilakukan di Jawa Timur, Bali, Lombok dan Jawa Barat. IPRO mengandeng mitra kerja antara lain dengan, Bali PET, BWC, Allendra Kreasindo, Ecobali dan YAPSI, Bali Waste Cycle, Loh Jinawi, Kita Olah Indonesia, Rekadaya Karya Inovasi, Jaya Abadi Plastik dan Waste4Change. .
“Program itu dijalankan melalui skema insentif yang diberikan kepada mitra, dimana dukungan pembiayaan diberikan oleh 11 anggota IPRO yang berkomitmen untuk menarik sampah kemasannya untuk ddaur ulang,” kata Martini.
Hingga saat ini, IPRO telah membukukan beberapa capaian antara lain, pengumpulan bekas kemasan jenis PET, HDPE, UBC, mencapai 543% dari target dan pengumpulan material kemasan melalui mitra (TPS3R, bank sampah, dan aggregator) mencapai 93,86%.
Martini berharap ke depan pengumpulan dan pendauran ulang sampah kemasan dapat lebih ditingkatkan lagi. “Semakin banyak produsen yang bergabung, maka IPRO dapat meningkatkan volume dan memperluas jangkauan wilayah kerja hingga ke seluruh daerah lain di Indonesia,” katanya
Pada akhir September 2022 lalu, IPRO menandatangi perjanjian kerja sama dengan PT Reciki Solusi Indonesia (RSI) selaku pengola TPST (Tempat Pengolahan Sampah Terpadu) di Bangkalan, Madura. Pengelolaan TPST Bangklaan Madura, menurut Martini, merupakan contoh kerja sama yang apik karena melibatkan Pemkab Bangkalan, pihak swasta, Bank UMKM Jawa Timur, dan industri yang diwakili IPRO.
“IPRO telah memulai model kerja sama multipihak dalam membangun TPST dengan tujuan pengelolaan sampah kemasan lebih terukur,” pungkasnya.
Lihat Juga: Santri di Sekitar Bantar Gebang Bekasi Diajari Ubah Sampah Kulit Telur Jadi Produk Bernilai Ekonomi
(thm)