Santri di Sekitar Bantar Gebang Bekasi Diajari Ubah Sampah Kulit Telur Jadi Produk Bernilai Ekonomi

Sabtu, 28 September 2024 - 21:04 WIB
loading...
Santri di Sekitar Bantar...
Dosen Program Produksi Media Vokasi Universitas Indonesia (UI) menggelar program pengabdian masyarakat di Pesantren Tunas Mulia yang tak jauh dari TPA Bantar Gebang. FOTO/IST
A A A
JAKARTA - Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Bantar Gebang di Bekasi dikenal sebagai salah satu lokasi pembuangan sampah terbesar di Indonesia. Bagi sebagian besar masyarakat, TPA ini identik dengan bau tidak sedap dan tumpukan sampah. Namun, bagi para pemulung, tempat ini adalah sumber penghidupan. Mereka rela berhadapan dengan lingkungan yang kotor demi mencari nafkah dari barang-barang yang dapat didaur ulang.

Namun, kondisi lingkungan ini tentu berdampak kurang baik bagi anak-anak yang tumbuh di sekitar TPA. Dalam rangka memberikan kontribusi positif, dosen Program Produksi Media Vokasi Universitas Indonesia (UI), yang diketuai oleh Rahmi Setiawati, bersama tim dari berbagai bidang, termasuk Radityo Kusumo (Administrasi), Nur Fadillah Dewi (Kesehatan), dan ahli lingkungan dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Heru Dwi, menggelar program pengabdian masyarakat di TPA Bantar Gebang.

Program ini menyasar santri di Pesantren Tunas Mulia yang berlokasi tidak jauh dari TPA. Dengan fokus pada pengelolaan sampah kulit telur, tim Vokasi UI bertujuan untuk meningkatkan kesadaran lingkungan sekaligus memberikan keterampilan ekonomi kepada para santri.

"Kegiatan ini bertujuan untuk memadukan pemanfaatan sampah menjadi produk yang memiliki nilai ekonomi dengan pengelolaan lingkungan, termasuk memantau kualitas air yang merupakan sumber kehidupan," kata Rahmi Setiawati dalam keterangannya, Sabtu (28/9/2024).

Melalui program ini, para santri diajari cara mengubah sampah kulit telur menjadi lukisan menarik yang memiliki nilai jual. Selain itu, mereka juga diberikan pengetahuan mengenai strategi pemasaran produk, sehingga bisa menciptakan rantai nilai dari hulu ke hilir.

Rahmi optimistis program ini dapat menciptakan sistem pengelolaan sampah yang berkelanjutan dengan melibatkan berbagai pihak, mulai dari tingkat RT hingga provinsi. Ia juga menekankan pentingnya kolaborasi untuk membangun sirkulasi ekonomi yang berdampak positif bagi lingkungan.

Pesantren Tunas Mulia menyambut baik inisiatif ini. Renaldi, Dewan Pengarah Pesantren, menyatakan bahwa program ini membangun pola pikir santri tentang pentingnya pendidikan dan keterampilan untuk meningkatkan kompetensi diri. Ia berharap kegiatan ini dapat mendorong para santri untuk melihat potensi lain selain menjadi pemulung.

Selain pengelolaan sampah kulit telur, program ini juga menyoroti pentingnya menjaga kualitas air dan lingkungan di sekitar TPA. Heru Dwi dan Nur Fadillah mengungkapkan bahwa salah satu masalah yang dihadapi adalah pencemaran air oleh lindi, cairan berbahaya yang terbentuk ketika air hujan meresap melalui tumpukan sampah. Oleh karena itu, pemantauan kualitas air perlu dilakukan oleh warga setempat dengan dukungan dari Dinas Lingkungan Hidup.

Data dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) menunjukkan bahwa pada 2022, timbunan sampah nasional mencapai 21,1 juta ton, dengan 34,29% sampah belum terkelola dengan baik. Oleh karena itu, pentingnya pengelolaan sampah yang bernilai ekonomi melalui penerapan prinsip 3R (Reduce, Reuse, Recycle) semakin relevan. Program pengmas Vokasi UI ini diharapkan menjadi salah satu solusi untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat di sekitar TPA Bantar Gebang.

Dengan adanya inisiatif ini, diharapkan dapat tercipta kesadaran yang lebih luas tentang pentingnya pengelolaan sampah, sekaligus memberikan manfaat ekonomi bagi masyarakat.
(abd)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1762 seconds (0.1#10.140)