Saluran Air Peninggalan Belanda Abad ke-18 Ditemukan dalam Proyek MRT Glodok-Kota

Rabu, 21 September 2022 - 06:52 WIB
loading...
Saluran Air Peninggalan...
Arkeolog Senior Prof Junus Satrio Atmodjo mengatakan, saluran air atau terakota yang ditemukan di lokasi Proyek MRT CP203 Glodok-Kota dibangun kurang lebih pada abad ke-18 atau zaman Hindia Belanda. Foto: MPI/Refi Sandi
A A A
JAKARTA - Arkeolog Senior Prof Junus Satrio Atmodjo mengatakan, saluran air atau terakota yang ditemukan dilokasi Proyek MRT CP203 Glodok-Kota dibangun kurang lebih pada abad ke-18 atau zaman Hindia Belanda .Saluran air ini memiliki panjang mencapai 400 meter.

Junus mengaku bimbang saat harus membongkar cagar budaya peninggalan Kolonial Belanda itu. Namun, Stasiun MRT Kota nantinya akan berada di lokasi tersebut sehingga perlu dibongkar sebagian dan sisanya akan dipajang di Gallery Stasiun Kota.

"Ini adalah salah satu yang krusial, kita menemukan satu struktur sepanjang 400 meter dan itu dari abad 18 yang tidak ditemukan di tempat manapun juga di kota lain di Indonesia. Tetapi harus dibongkar jadi gimana? Tentunya secara arkeologi kita bimbang, kita kan biasanya menyelamatkan kenapa tetap membongkar? Tapi kalau membongkar tidak bisa dihindari karena memang harus terbangun stasiun," terang Junus kepada wartawan saat meninjau langsung cagar budaya di lokasi proyek MRT Glodok, Jakarta Barat, Selasa 20 September 2022.

Junus menambahkan, pihak MRT memberikan keleluasaan kepadanya untuk menghimpun data sebanyak mungkin untuk melakukannya step by step guna berkolaborasi.Sementara itu, penemuan benda bersejarah atau artefak itu akan diserahkan ke Pemprov DKI Jakarta melalui Dinas Kebudayaan (Disbud) yang memiliki kewenangan.



"Kalau artefak kita serahkan semua kepada DKI ownernya DKI (Disbud) bukan MRT itu kan projectnya MRT juga bagian dari DKI. Jadi kita harus kepada institusi yang berwenang siapa itu dinas kebudayaan," tutur Junus.

Junus menjelaskan, pipa saluran itu dibangun dari abad 18 direncanakan 1730 tapi data 1755 itu masih dikerjakan. 1780 masih dikerjakan.

"Jadi prosesnya lama karena bata-batanya didatangkan dari Belanda," ucapnya.
(mhd)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1990 seconds (0.1#10.140)