Sudinkes Jakarta Timur Sebut Omicron Varian BA.5 Lebih Berbahaya
loading...
A
A
A
JAKARTA - Kepala Suku Dinas Kesehatan Jakarta Timur, Nikensari Koesrindartia menjelaskan virus Covid-19 varian Omicron jenis baru lebih memberikan ancaman dari subvarian sebelumnya. Hal ini berdasarkan data pantauan seminggu terakhir yang menggambarkan tingkat penularan terparah dari sebelumnya.
Niken mengungkapkan tingkat penularan Omicron subvarian BA.5 tersebut berdasarkan data yang dihimpun terkait kasus positif Covid-19 di Ibu Kota. Niken menjelaskan proporsi penularan telah lebih dari 90%.
"Berdasarkan data Covid 19 DKI Jakarta dan di Jakarta Timur per 10 Juli 2022, untuk subvarian BA.5 proporsi sudah lebih dari 90%. Untuk saat ini, BA.5 punya tingkat keparahan tertinggi dibandingkan subvarian Omicron lainnya," ujar Niken kepada MNC Portal melalui pesan singkat, Senin (11/7/2022).
Berdasarkan data tersebut, prediksi puncak kasus positif Covid-19 dapat terjadi pada minggu pertama dan kedua pada Juli kali ini. Kendati demikian, Niken menekankan tes Covid-19 perlu dilakukan guna mengetahui kapan landainya puncak kasus tersebut.
"Pengecekan perlu terus ditingkatkan utamanya pada kasus sedang, berat, dan kritis di rumah sakit untuk benar-benar mengetahui gambaran dominansi varian dan outcome gejalanya. Sekaligus prediksi kapan puncak kasus ini akan segera menurun," tutur Niken.
Niken mengimbau masyarakat tetap patuh pada protokol kesehatan serta tetap menerima vaksinasi ketiga atau booster guna melakukan pencegahan. Niken menilai tren peningkatan masih terus naik selama seminggu terakhir, khususnya khawatir setelah masyarakat melaksanakan lebaran kurban.
"Kasus masih menunjukkan trend peningkatan dalam 1 minggu terakhir seiring dgn testing PCR dan antigen yang meningkat (sebagai syarat perjalanan dan kegiatan berskala besar)," lanjut Niken.
Sebelumnya, Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin menjelaskan peningkatan kasus baru Covid-19 dalam beberapa hari mendatang diprediksi masih akan terjadi. Puncak kasus harian Covid-19 sebagai akibat penularan subvarian BA.4 dan BA.5 diperkirakan mencapai 20.000 per hari.
Hal ini berdasarkan analisis perbandingan dengan puncak kasus harian akibat penularan varian Delta dan varian Omicron. "Pengamatan kami ini gelombang BA.4, BA.5 itu biasanya puncaknya tercapai satu bulan setelah penemuan kasus pertama. Jadi harusnya di minggu kedua Juli, minggu ketiga Juli, kita akan melihat puncak kasus BA.4 dan BA.5 ini," tuturnya beberapa waktu lalu.
Setelah itu diharapkan kasus Covid-19 di Tanah Air akan kembali turun. Kabar baiknya, subvarian BA.4 dan BA.5 ini tidak seganas varian Delta atau Omicron. Budi Gunadi Sadikin mengungkapkan, dilihat dari fatality rate atau tingkat kematian akibat penularan dua subvarian baru ini jauh lebih rendah dibandingkan kematian akibat varian Delta dan varian Omicron.
Perbandingannya sekitar 1/12 atau 1/10 dari Delta dan Omicron. Sehingga, bila mencermati perkembangan data kasus baru Covid-19 dalam seminggu terakhir ini, meski ada lonjakan kasus baru, namun kasus kematian masih tergolong kecil. Kurang dari 10 kematian per hari.
Lihat Juga: Perempatan Hek Kramat Jati Kerap Banjir, Lurah Kampung Tengah: Kiriman dari Bogor dan Turap Rusak
Niken mengungkapkan tingkat penularan Omicron subvarian BA.5 tersebut berdasarkan data yang dihimpun terkait kasus positif Covid-19 di Ibu Kota. Niken menjelaskan proporsi penularan telah lebih dari 90%.
"Berdasarkan data Covid 19 DKI Jakarta dan di Jakarta Timur per 10 Juli 2022, untuk subvarian BA.5 proporsi sudah lebih dari 90%. Untuk saat ini, BA.5 punya tingkat keparahan tertinggi dibandingkan subvarian Omicron lainnya," ujar Niken kepada MNC Portal melalui pesan singkat, Senin (11/7/2022).
Berdasarkan data tersebut, prediksi puncak kasus positif Covid-19 dapat terjadi pada minggu pertama dan kedua pada Juli kali ini. Kendati demikian, Niken menekankan tes Covid-19 perlu dilakukan guna mengetahui kapan landainya puncak kasus tersebut.
"Pengecekan perlu terus ditingkatkan utamanya pada kasus sedang, berat, dan kritis di rumah sakit untuk benar-benar mengetahui gambaran dominansi varian dan outcome gejalanya. Sekaligus prediksi kapan puncak kasus ini akan segera menurun," tutur Niken.
Niken mengimbau masyarakat tetap patuh pada protokol kesehatan serta tetap menerima vaksinasi ketiga atau booster guna melakukan pencegahan. Niken menilai tren peningkatan masih terus naik selama seminggu terakhir, khususnya khawatir setelah masyarakat melaksanakan lebaran kurban.
"Kasus masih menunjukkan trend peningkatan dalam 1 minggu terakhir seiring dgn testing PCR dan antigen yang meningkat (sebagai syarat perjalanan dan kegiatan berskala besar)," lanjut Niken.
Sebelumnya, Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin menjelaskan peningkatan kasus baru Covid-19 dalam beberapa hari mendatang diprediksi masih akan terjadi. Puncak kasus harian Covid-19 sebagai akibat penularan subvarian BA.4 dan BA.5 diperkirakan mencapai 20.000 per hari.
Hal ini berdasarkan analisis perbandingan dengan puncak kasus harian akibat penularan varian Delta dan varian Omicron. "Pengamatan kami ini gelombang BA.4, BA.5 itu biasanya puncaknya tercapai satu bulan setelah penemuan kasus pertama. Jadi harusnya di minggu kedua Juli, minggu ketiga Juli, kita akan melihat puncak kasus BA.4 dan BA.5 ini," tuturnya beberapa waktu lalu.
Setelah itu diharapkan kasus Covid-19 di Tanah Air akan kembali turun. Kabar baiknya, subvarian BA.4 dan BA.5 ini tidak seganas varian Delta atau Omicron. Budi Gunadi Sadikin mengungkapkan, dilihat dari fatality rate atau tingkat kematian akibat penularan dua subvarian baru ini jauh lebih rendah dibandingkan kematian akibat varian Delta dan varian Omicron.
Perbandingannya sekitar 1/12 atau 1/10 dari Delta dan Omicron. Sehingga, bila mencermati perkembangan data kasus baru Covid-19 dalam seminggu terakhir ini, meski ada lonjakan kasus baru, namun kasus kematian masih tergolong kecil. Kurang dari 10 kematian per hari.
Lihat Juga: Perempatan Hek Kramat Jati Kerap Banjir, Lurah Kampung Tengah: Kiriman dari Bogor dan Turap Rusak
(cip)