Sejarah Makam Keramat Habib Luar Batang, Dimakamkan di Tanah Abang Selalu Hilang dari Keranda
loading...
A
A
A
JAKARTA - Habib Luar Batang alias Habib Husein Bin Abubakar Al-Aydrus tentunya tak bisa dilepaskan dengan Masjid keramat Habib Luar Batang. Apalagi, tempat tersebut merupakan salah satu cagar budaya di Jakarta.
Dilansir dari berbagai sumber, Masjid Jami Keramat Luar Batang yang terletak di Kelurahan Penjaringan Jakarta Utara itu dibangun Habib Luar Batang pada abad ke-18 yang kemudian dijadikan tempat pusat penyebaran agama islam di wilayah Sunda Kelapa.
Baca juga : Salat Subuh di Masjid Luar Batang, Anies Pastikan Revitalisasi Destinasi Wisata Religi
Habib Luar Batang adalah Seorang Arab Hadramaut yang hijrah ke tanah Jawa melalui Pelabuhan Sunda Kelapa pada tahun 1736. Dia memiliki silsilah yang tersambung dengan Nabi Muhammad SAW.
Kedatangan awalnya di Batavia, Habib Luar Batang diberikan sebidang tanah oleh warga setempat yang berada di daerah Sunda Kelapa. Tanah tersebut dimanfaatkannya dan dibangun menjadi surau yang kemudian menjadi tempat tinggalnya. Setelah Habib Luar Batang meninggal, surau tersebut dibangun lebih besar dan dijadikan masjid.
Pada awalnya Masjid Keramat Luar Batang dinamakan Masjid An-Nur. Kemudian nama tersebut diganti dengan Nama Masjid Luar Batang. Kini nama An-Nur dijadikan nama Taman Pendidikan Al Quran (TPA).
Nama Habib Luar Batang sebenarnya memiliki kisah tersendiri. Ketika Habib Husein ini meninggal dunia, dia akan dikubur di sekitaran Tanah Abang, Jakarta Pusat. Namun jenazahnya selalu sudah tidak ada di dalam kurung batang atau keranda mayat ketika akan dipindahkan, hal ini berlangsung hingga tiga kali. Karena itu para jemaah bermufakat untuk memakamkan Habib Husein di tempatnya sekarang ini. Pemakaman ini juga telah mendapatkan izin pemerintah kolonial kala itu.
Habib Husein atau Habib Luar Batang memang dikenal sebagai salah satu tokoh agama yang ada di wilayah Sunda Kelapa yang menentang pemerintahan kolonial Belanda.
Habib Husein wafat pada 24 Juni 1756 dalam usia yang kurang dari 40 tahun. Usia ini masih bisa dikatakan relatif muda. Masjid ini dinamakan sesuai dengan julukan Habib Husein yaitu Habib Luar Batang yang ternyata memiliki sejarah tersendiri di balik nama itu.
Ketika masa penjajahan Belanda, bangunan masjid yang terdapat makam Keramat Luar Batang nampak seperti gudang. Untuk memperlihatkan bahwa bangunan itu merupakan tempat ibadah maka dibuatlah mercusuar di halaman masjid.
Baca juga : Maling HP di Masjid Luar Batang Jakut Terekam CCTV
Banyak jemaah yang mengunjungi Masjid Jami Keramat Luar Batang untuk berziarah makam Habib Luar Batang hingga saat ini. Para jemaah berasal dari berbagai kota di Indonesia bahkan hingga mancanegara seperti Malaysia, Singapura Thailand dan Filipina. Mereka datang untuk belajar agama Islam.
Ketika bulan Ramadhan tiba para peziarah juga ramai mendatangi makam yang ada di masjid ini, terlebih pada tanggal 17 Ramadhan yang bertepatan dengan wafatnya Habib Husein. Para jemaah yang berziarah berdoa di ruang makam keramat sang habib dan asistennya, seorang keturunan Tionghoa bernama Habib Abdul Kadir.
Dilansir dari berbagai sumber, Masjid Jami Keramat Luar Batang yang terletak di Kelurahan Penjaringan Jakarta Utara itu dibangun Habib Luar Batang pada abad ke-18 yang kemudian dijadikan tempat pusat penyebaran agama islam di wilayah Sunda Kelapa.
Baca juga : Salat Subuh di Masjid Luar Batang, Anies Pastikan Revitalisasi Destinasi Wisata Religi
Habib Luar Batang adalah Seorang Arab Hadramaut yang hijrah ke tanah Jawa melalui Pelabuhan Sunda Kelapa pada tahun 1736. Dia memiliki silsilah yang tersambung dengan Nabi Muhammad SAW.
Kedatangan awalnya di Batavia, Habib Luar Batang diberikan sebidang tanah oleh warga setempat yang berada di daerah Sunda Kelapa. Tanah tersebut dimanfaatkannya dan dibangun menjadi surau yang kemudian menjadi tempat tinggalnya. Setelah Habib Luar Batang meninggal, surau tersebut dibangun lebih besar dan dijadikan masjid.
Pada awalnya Masjid Keramat Luar Batang dinamakan Masjid An-Nur. Kemudian nama tersebut diganti dengan Nama Masjid Luar Batang. Kini nama An-Nur dijadikan nama Taman Pendidikan Al Quran (TPA).
Nama Habib Luar Batang sebenarnya memiliki kisah tersendiri. Ketika Habib Husein ini meninggal dunia, dia akan dikubur di sekitaran Tanah Abang, Jakarta Pusat. Namun jenazahnya selalu sudah tidak ada di dalam kurung batang atau keranda mayat ketika akan dipindahkan, hal ini berlangsung hingga tiga kali. Karena itu para jemaah bermufakat untuk memakamkan Habib Husein di tempatnya sekarang ini. Pemakaman ini juga telah mendapatkan izin pemerintah kolonial kala itu.
Habib Husein atau Habib Luar Batang memang dikenal sebagai salah satu tokoh agama yang ada di wilayah Sunda Kelapa yang menentang pemerintahan kolonial Belanda.
Habib Husein wafat pada 24 Juni 1756 dalam usia yang kurang dari 40 tahun. Usia ini masih bisa dikatakan relatif muda. Masjid ini dinamakan sesuai dengan julukan Habib Husein yaitu Habib Luar Batang yang ternyata memiliki sejarah tersendiri di balik nama itu.
Ketika masa penjajahan Belanda, bangunan masjid yang terdapat makam Keramat Luar Batang nampak seperti gudang. Untuk memperlihatkan bahwa bangunan itu merupakan tempat ibadah maka dibuatlah mercusuar di halaman masjid.
Baca juga : Maling HP di Masjid Luar Batang Jakut Terekam CCTV
Banyak jemaah yang mengunjungi Masjid Jami Keramat Luar Batang untuk berziarah makam Habib Luar Batang hingga saat ini. Para jemaah berasal dari berbagai kota di Indonesia bahkan hingga mancanegara seperti Malaysia, Singapura Thailand dan Filipina. Mereka datang untuk belajar agama Islam.
Ketika bulan Ramadhan tiba para peziarah juga ramai mendatangi makam yang ada di masjid ini, terlebih pada tanggal 17 Ramadhan yang bertepatan dengan wafatnya Habib Husein. Para jemaah yang berziarah berdoa di ruang makam keramat sang habib dan asistennya, seorang keturunan Tionghoa bernama Habib Abdul Kadir.
(bim)