Bripka HY Retak Tulang karena Terseret 5 Meter, Begini Respons Kapolres Jaksel
loading...
A
A
A
JAKARTA - Kapolres Jakarta Selatan Kombes Budhi Herdi Susianto mengatakan, Anggota Tim Perintis Presisi Polres Jaksel Bripka HY hanya mengalami keretakan tulang karena terseret mobil saat menghentikan pengeroyokan seorang perempuan di Kebayoran Baru. Karena, Bripka HY menggunakan perlengkapan pelindung diri secara lengkap.
"Kalau dilihat dari benturan atau hantamannya, apabila anggota kami tidak menggunakan body fast atau helm yang khusus dipakai tim presisi, tentunya akan mengakibatkan hasil yang fatal hingga gegar otak," kata Budhi kepada wartawan, Jumat (10/6/2022).
Menurutnya, dari hasil pemeriksaan tim dokter RSUP Fatmawati, Jakarta Selatan, Bripka HY mengalami keretakan tulang hingga harus menjalani operasi. Bahkan, dokter menyarankan korban dipasang pen atas tulangnya yang tetak itu.
"Dokter mengatakan korban, anggota Polri hanya luka pada tulang retaknya dimungkinkan karena korban menggunakan peralatan yang lengkap," tuturnya.
Dia menerangkan, pihaknya bersyukur lantaran anggota Tim Perintis Presisi Polres Jakarta Selatan saat kejadian menggunakan peralatan lengkap, baik body fast, helmet, dan peralatan lainnya sesuai standar yang diperuntukkan anggota Polri. Pasalnya, dari hasil pemeriksaan dan scaning dokter, bila tim perintis tak memakai peralatan lengkap bisa berakibat mengalami gegar otak karena terseret hingga lima meter.
"Tentu ini jadi pembelajaran, apabila dihentikan polisi agar mengikuti arahan atau instruksi dari polisi, bukan malah melawan atau sebaliknya malah melakukan tindakan-tindakan yang dapat membahayakan jiwa petugas maupun jiwa yang lain. Sebabnya, akan ada penerapan pasal pidana yang bisa kami kenakan terhadap yang melawan," katanya.
Budhi menambahkan, korban perempuan berinisial DKR (16) sendiri pasca dikeroyok empat perempuan itu ditinggalkan begitu saja dalam kondisi tergeletak di pinggir Jalan Sisingamangaraja, depan Masjid Al Azhar, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. DKR mengalami luka pada bagian wajah dan anggota tubuh lainnya setelah dikeroyok.
"Kalau dilihat dari benturan atau hantamannya, apabila anggota kami tidak menggunakan body fast atau helm yang khusus dipakai tim presisi, tentunya akan mengakibatkan hasil yang fatal hingga gegar otak," kata Budhi kepada wartawan, Jumat (10/6/2022).
Menurutnya, dari hasil pemeriksaan tim dokter RSUP Fatmawati, Jakarta Selatan, Bripka HY mengalami keretakan tulang hingga harus menjalani operasi. Bahkan, dokter menyarankan korban dipasang pen atas tulangnya yang tetak itu.
"Dokter mengatakan korban, anggota Polri hanya luka pada tulang retaknya dimungkinkan karena korban menggunakan peralatan yang lengkap," tuturnya.
Dia menerangkan, pihaknya bersyukur lantaran anggota Tim Perintis Presisi Polres Jakarta Selatan saat kejadian menggunakan peralatan lengkap, baik body fast, helmet, dan peralatan lainnya sesuai standar yang diperuntukkan anggota Polri. Pasalnya, dari hasil pemeriksaan dan scaning dokter, bila tim perintis tak memakai peralatan lengkap bisa berakibat mengalami gegar otak karena terseret hingga lima meter.
"Tentu ini jadi pembelajaran, apabila dihentikan polisi agar mengikuti arahan atau instruksi dari polisi, bukan malah melawan atau sebaliknya malah melakukan tindakan-tindakan yang dapat membahayakan jiwa petugas maupun jiwa yang lain. Sebabnya, akan ada penerapan pasal pidana yang bisa kami kenakan terhadap yang melawan," katanya.
Budhi menambahkan, korban perempuan berinisial DKR (16) sendiri pasca dikeroyok empat perempuan itu ditinggalkan begitu saja dalam kondisi tergeletak di pinggir Jalan Sisingamangaraja, depan Masjid Al Azhar, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. DKR mengalami luka pada bagian wajah dan anggota tubuh lainnya setelah dikeroyok.
(mhd)