Kisah Komandan Brimob Ditakuti Perwira Mabes Polri karena Kenekatannya
loading...
A
A
A
JAKARTA - Komandan Brimob satu ini ditakuti perwira Markas Besar DKN (Djawatan Kepolisian Negara sekarang Mabes Polri ) karena kenekatannya. Brimob itu adalah AKBP (Purn) Hartino.
Hartino merupakan satu-satunya perwira yang lolos dalam ujian Ranger angkatan I tahun 1959, namun tidak bisa menjadi perwira tinggi. Padahal, saat itu dia sudah berpangkat Inspektur Dua (Ipda) yang diketahui pangkat tertinggi dalam jajaran pasukan khusus.
Baca juga: Kisah Komandan Brimob Kepung Mabes Polri Berbuntut Kapolri Soetjipto Mundur
Dikutip dari buku Resimen Pelopor (Edisi Revisi), Pasukan Elite Yang Terlupakan, karya Anton Agus Setyawan dan Andi Muh Darlis, Januari 2013, karena kenekatan itulah membuat Hartino dipindahkan ke Sulawesi. Diduga ada “ketakutan” para perwira di Mabes Polri terhadap kenekatan Hartino.
Kenapa Hartino begitu nekat dan ditakuti? Jiwa keras Hartino terkuak ketika dia diturunkan dalam misi infiltrasi ke Irian Barat/Papua pada tahun 1962. Hartino yang menjabat Ipda mengacungkan senapan AR 15 dan melepas pengamannya untuk membidik Komandan Detasemen demi membela prajurit Ranger atau Resimen Pelopor.
Amarah Hartino bukan tanpa alasan. Menurutnya, sang komandan belum berhak menggunakan nama Pelopor karena belum melaksanakan ujian kualifikasi Pelopor.
Ketegangan mengendur ketika Hartino melihat Komandan Detasemen yang berpangkat Ajun Komisaris itu pucat. Beruntung, insiden ini tidak membawa korban jiwa karena Hartino dapat ditenangkan oleh para Bintara komandan tim.
Akibat peristiwa itu, sang Komandan Detasemen diganti oleh perwira muda yang kelak menjadi komandan legendaris Resimen Pelopor yakni Jenderal Polisi (Purn) Anton Soedjarwo yang akhirnya menjabat Kapolri periode tahun 1982-1986.
Selain kenekatannya, sosok Hartino juga unik. Anak buahnya kerap mengira Komandan Kompi A Brimob Ranger ini memiliki jimat yang mampu mengendus atau menjejak gerombolan pemberontak.
Saat test mission menghadang pemberontak DI/TII di Tasikmalaya, Jawa Barat pada tahun 1959, Hartino memimpin satu regu untuk menghadang lawan. Ketika bertemu musuh, Hartino selalu berada di depan dan terus berlari kencang mencari posisi sambil melepas tembakan.
Ini membuat anak buahnya yang berada di belakangnya kewalahan mengejar sang komandan. Anggota Kompi A selalu teringat dalam setiap kontak senjata, US Carabine milik Hartino yang selalu menjadi senapan pertama pasukan Ranger melepaskan peluru.
Baca juga: Profil Irjen Johanis Asadoma, dari Bintang Tinju Dunia Kini Jabat Kadivhubinter Polri
Hartino merupakan satu-satunya perwira yang lolos dalam ujian Ranger angkatan I tahun 1959, namun tidak bisa menjadi perwira tinggi. Padahal, saat itu dia sudah berpangkat Inspektur Dua (Ipda) yang diketahui pangkat tertinggi dalam jajaran pasukan khusus.
Baca juga: Kisah Komandan Brimob Kepung Mabes Polri Berbuntut Kapolri Soetjipto Mundur
Dikutip dari buku Resimen Pelopor (Edisi Revisi), Pasukan Elite Yang Terlupakan, karya Anton Agus Setyawan dan Andi Muh Darlis, Januari 2013, karena kenekatan itulah membuat Hartino dipindahkan ke Sulawesi. Diduga ada “ketakutan” para perwira di Mabes Polri terhadap kenekatan Hartino.
Kenapa Hartino begitu nekat dan ditakuti? Jiwa keras Hartino terkuak ketika dia diturunkan dalam misi infiltrasi ke Irian Barat/Papua pada tahun 1962. Hartino yang menjabat Ipda mengacungkan senapan AR 15 dan melepas pengamannya untuk membidik Komandan Detasemen demi membela prajurit Ranger atau Resimen Pelopor.
Amarah Hartino bukan tanpa alasan. Menurutnya, sang komandan belum berhak menggunakan nama Pelopor karena belum melaksanakan ujian kualifikasi Pelopor.
Ketegangan mengendur ketika Hartino melihat Komandan Detasemen yang berpangkat Ajun Komisaris itu pucat. Beruntung, insiden ini tidak membawa korban jiwa karena Hartino dapat ditenangkan oleh para Bintara komandan tim.
Akibat peristiwa itu, sang Komandan Detasemen diganti oleh perwira muda yang kelak menjadi komandan legendaris Resimen Pelopor yakni Jenderal Polisi (Purn) Anton Soedjarwo yang akhirnya menjabat Kapolri periode tahun 1982-1986.
Selain kenekatannya, sosok Hartino juga unik. Anak buahnya kerap mengira Komandan Kompi A Brimob Ranger ini memiliki jimat yang mampu mengendus atau menjejak gerombolan pemberontak.
Saat test mission menghadang pemberontak DI/TII di Tasikmalaya, Jawa Barat pada tahun 1959, Hartino memimpin satu regu untuk menghadang lawan. Ketika bertemu musuh, Hartino selalu berada di depan dan terus berlari kencang mencari posisi sambil melepas tembakan.
Ini membuat anak buahnya yang berada di belakangnya kewalahan mengejar sang komandan. Anggota Kompi A selalu teringat dalam setiap kontak senjata, US Carabine milik Hartino yang selalu menjadi senapan pertama pasukan Ranger melepaskan peluru.
Baca juga: Profil Irjen Johanis Asadoma, dari Bintang Tinju Dunia Kini Jabat Kadivhubinter Polri