Anggota DPRD DKI Kenneth Bantu Warga Rusunami City Garden Dapatkan Air Bersih
loading...
A
A
A
"Proyek perpipaan hanya bentuk omong kosong sajalah menurut saya, tapi tidak ada kejelasan hingga saat ini. Katanya IPA dibangun di waduk Sunter dan Tomang, tapi nyatanya saat ini masih banyak warga Jakarta belum mendapatkan air bersih secara adil dan merata," ketus Ketua IKAL (Ikatan Keluarga Alumni Lemhannas RI) PPRA Angkatan LXII itu.
Menurut Kent, Pemprov DKI Jakarta harus bisa mencontoh kasus krisis air bersih yang sudah dilewati oleh warga Kabupaten Blora, Jawa Tengah. Kini mereka sudah tidak perlu pusing untuk mendapatkan air bersih setelah adanya bantuan pembangunan tower air bersih yang berasal dari Embung Kedungsambi yang jaraknya kurang lebih 1,5 km.
"Kasus di Blora Jateng, mereka terbukti berhasil mendapatkan air bersih yang mengalir ke rumah-rumah warga, jadi mereka sudah perlu tidak risau lagi dalam mendapatkan air bersih. Perbaikan harus dilakukan secara bersama-sama dan kolektif. Kita harus benahi bersama-sama mulai dari masyarakat hingga pembuat kebijakan, pemerintah dalam hal ini Pemda DKI harus bisa melakukan dan berani melakukan terobosan terkait teknologi pengembangan air bersih ini. Di balik APBD-nya yang super fantastis, harus diimbangi dengan pelayanan ke masyarakat yang merata dan berkeadilan, jangan hanya fokus ke Formula E melulu, " pungkas Kent.
Warga Rusunami City Garden sebelumnya mengaku hidup 12 tahun di rusunami tanpa mendapatkan air bersih. Oleh karena itu, mereka yang tergabung Perhimpunan Pemilik dan Penghuni Rusunami City Garden (P3CG) mengadukan masalah krisis air bersih ke Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan dengan harapan segera mendapatkan tindak lanjut.
Salah satu penghuni Rusunami City Garden, Rita mengatakan, kasus tersebut terjadi pada 2008, dimana PT Reka Rumanda Agung Abadi (RRAA) yang memasarkan Rumah Susun Sederhana Milik City Garden, dan menjanjikan fasilitas sumber air bersih PDAM.
"Tapi sampai saat ini air PDAM sama sekali tidak ada, sehingga ketersediaan air bersih pun menjadi sumber masalah di Rusunami City Garden," kata Rita.
Kata Rita, alih-alih menyediakan air bersih PDAM sesuai yang dijanjikan, PT Surya Citra Perdana (PT SCP) selaku pengelola yang ditunjuk oleh PT RRAA, menggunakan air WTP (Water Treatment Pump) yang kualitasnya sangat buruk, dan tidak layak pakai karena sangat bau, kotor, berlumpur dan banyak cacing.
"Kami akhirnya pada Oktober 2021, melaporkan WTP di aplikasi JAKI (Jakarta Kini), dan dari Dinas Sumber Daya Air DKI Jakarta datang inspeksi mendadak dan langsung menyegel WTP beserta 3 sumur bor air tanah yang semuanya ilegal," tutur Rita.
Dampak dari penyegelan tersebut, sambung Rita, penghuni Rusunami City Garden sampai sekarang terpaksa swadaya menggunakan air mobil tanki dengan biaya kurang lebih Rp300 ribu per bulan tiap unitnya, dan menggunakan sistem buka tutup di pagi dan malam hari.
"Hal ini diperparah dengan adanya RAB dari PALYJA untuk membayar biaya instalasi air bersih sejumlah Rp955.653.908 pada tanggal 6 Desember 2021 ke PT SCP, namun dibebankan kembali kepada para pemilik unit di Rusunami City Garden karena PT RRAA selaku pengembang dan PT SCP selaku pengelola tidak mau menanggung biaya tersebut. Berulang kali kami mencoba negosiasi dengan PT SCP, tidak mendapat konfirmasi yang positif," bebernya.
Menurut Kent, Pemprov DKI Jakarta harus bisa mencontoh kasus krisis air bersih yang sudah dilewati oleh warga Kabupaten Blora, Jawa Tengah. Kini mereka sudah tidak perlu pusing untuk mendapatkan air bersih setelah adanya bantuan pembangunan tower air bersih yang berasal dari Embung Kedungsambi yang jaraknya kurang lebih 1,5 km.
"Kasus di Blora Jateng, mereka terbukti berhasil mendapatkan air bersih yang mengalir ke rumah-rumah warga, jadi mereka sudah perlu tidak risau lagi dalam mendapatkan air bersih. Perbaikan harus dilakukan secara bersama-sama dan kolektif. Kita harus benahi bersama-sama mulai dari masyarakat hingga pembuat kebijakan, pemerintah dalam hal ini Pemda DKI harus bisa melakukan dan berani melakukan terobosan terkait teknologi pengembangan air bersih ini. Di balik APBD-nya yang super fantastis, harus diimbangi dengan pelayanan ke masyarakat yang merata dan berkeadilan, jangan hanya fokus ke Formula E melulu, " pungkas Kent.
Warga Rusunami City Garden sebelumnya mengaku hidup 12 tahun di rusunami tanpa mendapatkan air bersih. Oleh karena itu, mereka yang tergabung Perhimpunan Pemilik dan Penghuni Rusunami City Garden (P3CG) mengadukan masalah krisis air bersih ke Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan dengan harapan segera mendapatkan tindak lanjut.
Salah satu penghuni Rusunami City Garden, Rita mengatakan, kasus tersebut terjadi pada 2008, dimana PT Reka Rumanda Agung Abadi (RRAA) yang memasarkan Rumah Susun Sederhana Milik City Garden, dan menjanjikan fasilitas sumber air bersih PDAM.
"Tapi sampai saat ini air PDAM sama sekali tidak ada, sehingga ketersediaan air bersih pun menjadi sumber masalah di Rusunami City Garden," kata Rita.
Kata Rita, alih-alih menyediakan air bersih PDAM sesuai yang dijanjikan, PT Surya Citra Perdana (PT SCP) selaku pengelola yang ditunjuk oleh PT RRAA, menggunakan air WTP (Water Treatment Pump) yang kualitasnya sangat buruk, dan tidak layak pakai karena sangat bau, kotor, berlumpur dan banyak cacing.
"Kami akhirnya pada Oktober 2021, melaporkan WTP di aplikasi JAKI (Jakarta Kini), dan dari Dinas Sumber Daya Air DKI Jakarta datang inspeksi mendadak dan langsung menyegel WTP beserta 3 sumur bor air tanah yang semuanya ilegal," tutur Rita.
Dampak dari penyegelan tersebut, sambung Rita, penghuni Rusunami City Garden sampai sekarang terpaksa swadaya menggunakan air mobil tanki dengan biaya kurang lebih Rp300 ribu per bulan tiap unitnya, dan menggunakan sistem buka tutup di pagi dan malam hari.
"Hal ini diperparah dengan adanya RAB dari PALYJA untuk membayar biaya instalasi air bersih sejumlah Rp955.653.908 pada tanggal 6 Desember 2021 ke PT SCP, namun dibebankan kembali kepada para pemilik unit di Rusunami City Garden karena PT RRAA selaku pengembang dan PT SCP selaku pengelola tidak mau menanggung biaya tersebut. Berulang kali kami mencoba negosiasi dengan PT SCP, tidak mendapat konfirmasi yang positif," bebernya.