Anggota DPRD DKI Kenneth Bantu Warga Rusunami City Garden Dapatkan Air Bersih
loading...
A
A
A
JAKARTA - Anggota Komisi D DPRD DKI Jakarta Hardiyanto Kenneth mengapresiasi langkah PAM Jaya yang sudah membantu warga Rusunami City Garden, Cengkareng, Jakarta Barat, untuk mendapatkan air bersih. Warga Rusunami City Garden sudah hidup 12 tahun kesulitan mendapatkan air bersih.
"Saya mengapresiasi kepada PAM Jaya yang sudah mau membantu warga Rusunami City Gerden untuk mendapatkan air bersih," kata Kenneth, dalam keterangannya Selasa (5/4/2022).
Namun, pria yang akrab disapa Kent itu menilai pengiriman beberapa tangki air bersih untuk warga Rusunami City Garden bukanlah solusi yang tepat. Sebab sifatnya hanya sementara.
"Kalau bentuknya seperti ini (pengiriman tangki air bersih) bukan solusi, itu sifatnya hanya sementara. Seharusnya segera dibangun infrastruktur air bersih untuk warga agar bisa melayani penghuni Rusunami City Garden," ketus Kent.
Oleh karena itu, Kent meminta kepada Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan agar menginstruksikan PAM Jaya untuk segera membangun infrastruktur air bersih di lingkungan Rusunami City Garden, agar para penghuni bisa berkecukupan air dalam kebutuhan sehari-hari.
"Pak Anies harus hadir dalam urusan ini dan harus bisa memberikan solusi untuk warga City Garden, ini menyangkut kebutuhan pokok, yakni air bersih," kata Kent.
Kata Kent, penghuni rusun hanya bisa berharap pada pelayanan air pipa PAM Jaya yang tidak kunjung dipasang hingga saat ini. Utuk keperluan sehari-hari, penghuni mau tidak mau harus membeli air galon, dan setiap bulan harus membayar paling sedikit Rp300 ribu.
"Biaya itu lebih mahal dari pada berlangganan air dari PAM Jaya. PAM Jaya harus berani mengambil sikap yang arif terkait permasalahan ini. Saya rasa enggak perlu lah saya ngajar bebek untuk berenang," ketus Kepala Badan Penanggulangan Bencana (BAGUNA) PDI Perjuangan DKI Jakarta itu.
Selain itu, Kent menyikapi proyek Dinas Sumber Daya Air (SDA) DKI Jakarta soal air perpipaan yang dinilai salah satu solusi mengurangi penggunaan air tanah di Ibu Kota, dengan membangun banyak stasioner instalasi pengendalian air (IPA).
"Proyek perpipaan hanya bentuk omong kosong sajalah menurut saya, tapi tidak ada kejelasan hingga saat ini. Katanya IPA dibangun di waduk Sunter dan Tomang, tapi nyatanya saat ini masih banyak warga Jakarta belum mendapatkan air bersih secara adil dan merata," ketus Ketua IKAL (Ikatan Keluarga Alumni Lemhannas RI) PPRA Angkatan LXII itu.
Menurut Kent, Pemprov DKI Jakarta harus bisa mencontoh kasus krisis air bersih yang sudah dilewati oleh warga Kabupaten Blora, Jawa Tengah. Kini mereka sudah tidak perlu pusing untuk mendapatkan air bersih setelah adanya bantuan pembangunan tower air bersih yang berasal dari Embung Kedungsambi yang jaraknya kurang lebih 1,5 km.
"Kasus di Blora Jateng, mereka terbukti berhasil mendapatkan air bersih yang mengalir ke rumah-rumah warga, jadi mereka sudah perlu tidak risau lagi dalam mendapatkan air bersih. Perbaikan harus dilakukan secara bersama-sama dan kolektif. Kita harus benahi bersama-sama mulai dari masyarakat hingga pembuat kebijakan, pemerintah dalam hal ini Pemda DKI harus bisa melakukan dan berani melakukan terobosan terkait teknologi pengembangan air bersih ini. Di balik APBD-nya yang super fantastis, harus diimbangi dengan pelayanan ke masyarakat yang merata dan berkeadilan, jangan hanya fokus ke Formula E melulu, " pungkas Kent.
Warga Rusunami City Garden sebelumnya mengaku hidup 12 tahun di rusunami tanpa mendapatkan air bersih. Oleh karena itu, mereka yang tergabung Perhimpunan Pemilik dan Penghuni Rusunami City Garden (P3CG) mengadukan masalah krisis air bersih ke Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan dengan harapan segera mendapatkan tindak lanjut.
Salah satu penghuni Rusunami City Garden, Rita mengatakan, kasus tersebut terjadi pada 2008, dimana PT Reka Rumanda Agung Abadi (RRAA) yang memasarkan Rumah Susun Sederhana Milik City Garden, dan menjanjikan fasilitas sumber air bersih PDAM.
"Tapi sampai saat ini air PDAM sama sekali tidak ada, sehingga ketersediaan air bersih pun menjadi sumber masalah di Rusunami City Garden," kata Rita.
Kata Rita, alih-alih menyediakan air bersih PDAM sesuai yang dijanjikan, PT Surya Citra Perdana (PT SCP) selaku pengelola yang ditunjuk oleh PT RRAA, menggunakan air WTP (Water Treatment Pump) yang kualitasnya sangat buruk, dan tidak layak pakai karena sangat bau, kotor, berlumpur dan banyak cacing.
"Kami akhirnya pada Oktober 2021, melaporkan WTP di aplikasi JAKI (Jakarta Kini), dan dari Dinas Sumber Daya Air DKI Jakarta datang inspeksi mendadak dan langsung menyegel WTP beserta 3 sumur bor air tanah yang semuanya ilegal," tutur Rita.
Dampak dari penyegelan tersebut, sambung Rita, penghuni Rusunami City Garden sampai sekarang terpaksa swadaya menggunakan air mobil tanki dengan biaya kurang lebih Rp300 ribu per bulan tiap unitnya, dan menggunakan sistem buka tutup di pagi dan malam hari.
"Hal ini diperparah dengan adanya RAB dari PALYJA untuk membayar biaya instalasi air bersih sejumlah Rp955.653.908 pada tanggal 6 Desember 2021 ke PT SCP, namun dibebankan kembali kepada para pemilik unit di Rusunami City Garden karena PT RRAA selaku pengembang dan PT SCP selaku pengelola tidak mau menanggung biaya tersebut. Berulang kali kami mencoba negosiasi dengan PT SCP, tidak mendapat konfirmasi yang positif," bebernya.
Hingga akhirnya, Rita bersama penghuni lainnya mencoba mengadu ke DPRD dengan harapan bisa mendapatkan titik terang. Memang respons pada awalnya sangat cepat, sehingga pada tanggal 18 Maret 2022, perwakilan melakukan audiensi dengan DPRD DKI Fraksi PDI Perjuangan dan konfirmasinya akan segera ditindaklanjuti dengan instansi terkait.
"Di audiensi tersebut, kami diarahkan untuk tidak proses PALYJA lagi, melainkan langsung ke PAM Jaya karena swastanisasi akan berakhir. Namun, update terakhir yang kami terima, berbeda dengan saat audiensi, yakni kami tetap harus ke PALYJA karena kontrak baru berakhir di Febuari 2023, sedangkan RAB PALYJA ke PT SCP berakhir tanggal 31 Maret 2022 dan kami sudah hold untuk proses PALYJA sesuai hasil audiensi tersebut," tuturnya.
Lalu pengelola menyarankan untuk menggunakan kembali WTP yang sudah disegel, dengan alih-alih memberikan solusi lain. Dan para penghuni akhirnya terpaksa membeli air isi ulang dan mendatangkan sendiri air tanki untuk didistribusikan kepada para lansia dan anak kecil dengan galon.
"Pengelola sempat diskusi dengan warga untuk mencari solusi air bersih, tapi karena kondisi memanas hingga akhirnya menyatakan mundur dari PT SCP dan mengembalikan pengelolaan ke warga. Hal ini sepengetahuan kami melanggar peraturan karena seharusnya PT SCP mengembalikan ke PT RRAA, yang menunjuk mereka. Sekarang, para penghuni menjadi bingung apa yang harus diperbuat? Kehidupan harus terus berjalan, namun kondisinya menjadi semakin sulit bila terus seperti ini, dan belum ada pihak pemerintah yang segera tanggap turun tangan mengurus masalah kami ini," ketus Rita.
Di tengah kebuntuan tersebut, Hardiyanto Kenneth menyatakan bersedia membantu penghuni Rusunami City Garden dalam mandapatkan air bersih. "Setiap hari ada bantuan dari Pak Kenneth. Sudah tiga hari ini ada bantuan lima mobil tangki PAM Jaya. Pak Kenneth orangnya baik, suka membantu warga yang tengah kesulitan," tutup Rita.
"Saya mengapresiasi kepada PAM Jaya yang sudah mau membantu warga Rusunami City Gerden untuk mendapatkan air bersih," kata Kenneth, dalam keterangannya Selasa (5/4/2022).
Namun, pria yang akrab disapa Kent itu menilai pengiriman beberapa tangki air bersih untuk warga Rusunami City Garden bukanlah solusi yang tepat. Sebab sifatnya hanya sementara.
"Kalau bentuknya seperti ini (pengiriman tangki air bersih) bukan solusi, itu sifatnya hanya sementara. Seharusnya segera dibangun infrastruktur air bersih untuk warga agar bisa melayani penghuni Rusunami City Garden," ketus Kent.
Oleh karena itu, Kent meminta kepada Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan agar menginstruksikan PAM Jaya untuk segera membangun infrastruktur air bersih di lingkungan Rusunami City Garden, agar para penghuni bisa berkecukupan air dalam kebutuhan sehari-hari.
"Pak Anies harus hadir dalam urusan ini dan harus bisa memberikan solusi untuk warga City Garden, ini menyangkut kebutuhan pokok, yakni air bersih," kata Kent.
Kata Kent, penghuni rusun hanya bisa berharap pada pelayanan air pipa PAM Jaya yang tidak kunjung dipasang hingga saat ini. Utuk keperluan sehari-hari, penghuni mau tidak mau harus membeli air galon, dan setiap bulan harus membayar paling sedikit Rp300 ribu.
"Biaya itu lebih mahal dari pada berlangganan air dari PAM Jaya. PAM Jaya harus berani mengambil sikap yang arif terkait permasalahan ini. Saya rasa enggak perlu lah saya ngajar bebek untuk berenang," ketus Kepala Badan Penanggulangan Bencana (BAGUNA) PDI Perjuangan DKI Jakarta itu.
Selain itu, Kent menyikapi proyek Dinas Sumber Daya Air (SDA) DKI Jakarta soal air perpipaan yang dinilai salah satu solusi mengurangi penggunaan air tanah di Ibu Kota, dengan membangun banyak stasioner instalasi pengendalian air (IPA).
"Proyek perpipaan hanya bentuk omong kosong sajalah menurut saya, tapi tidak ada kejelasan hingga saat ini. Katanya IPA dibangun di waduk Sunter dan Tomang, tapi nyatanya saat ini masih banyak warga Jakarta belum mendapatkan air bersih secara adil dan merata," ketus Ketua IKAL (Ikatan Keluarga Alumni Lemhannas RI) PPRA Angkatan LXII itu.
Menurut Kent, Pemprov DKI Jakarta harus bisa mencontoh kasus krisis air bersih yang sudah dilewati oleh warga Kabupaten Blora, Jawa Tengah. Kini mereka sudah tidak perlu pusing untuk mendapatkan air bersih setelah adanya bantuan pembangunan tower air bersih yang berasal dari Embung Kedungsambi yang jaraknya kurang lebih 1,5 km.
"Kasus di Blora Jateng, mereka terbukti berhasil mendapatkan air bersih yang mengalir ke rumah-rumah warga, jadi mereka sudah perlu tidak risau lagi dalam mendapatkan air bersih. Perbaikan harus dilakukan secara bersama-sama dan kolektif. Kita harus benahi bersama-sama mulai dari masyarakat hingga pembuat kebijakan, pemerintah dalam hal ini Pemda DKI harus bisa melakukan dan berani melakukan terobosan terkait teknologi pengembangan air bersih ini. Di balik APBD-nya yang super fantastis, harus diimbangi dengan pelayanan ke masyarakat yang merata dan berkeadilan, jangan hanya fokus ke Formula E melulu, " pungkas Kent.
Warga Rusunami City Garden sebelumnya mengaku hidup 12 tahun di rusunami tanpa mendapatkan air bersih. Oleh karena itu, mereka yang tergabung Perhimpunan Pemilik dan Penghuni Rusunami City Garden (P3CG) mengadukan masalah krisis air bersih ke Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan dengan harapan segera mendapatkan tindak lanjut.
Salah satu penghuni Rusunami City Garden, Rita mengatakan, kasus tersebut terjadi pada 2008, dimana PT Reka Rumanda Agung Abadi (RRAA) yang memasarkan Rumah Susun Sederhana Milik City Garden, dan menjanjikan fasilitas sumber air bersih PDAM.
"Tapi sampai saat ini air PDAM sama sekali tidak ada, sehingga ketersediaan air bersih pun menjadi sumber masalah di Rusunami City Garden," kata Rita.
Kata Rita, alih-alih menyediakan air bersih PDAM sesuai yang dijanjikan, PT Surya Citra Perdana (PT SCP) selaku pengelola yang ditunjuk oleh PT RRAA, menggunakan air WTP (Water Treatment Pump) yang kualitasnya sangat buruk, dan tidak layak pakai karena sangat bau, kotor, berlumpur dan banyak cacing.
"Kami akhirnya pada Oktober 2021, melaporkan WTP di aplikasi JAKI (Jakarta Kini), dan dari Dinas Sumber Daya Air DKI Jakarta datang inspeksi mendadak dan langsung menyegel WTP beserta 3 sumur bor air tanah yang semuanya ilegal," tutur Rita.
Dampak dari penyegelan tersebut, sambung Rita, penghuni Rusunami City Garden sampai sekarang terpaksa swadaya menggunakan air mobil tanki dengan biaya kurang lebih Rp300 ribu per bulan tiap unitnya, dan menggunakan sistem buka tutup di pagi dan malam hari.
"Hal ini diperparah dengan adanya RAB dari PALYJA untuk membayar biaya instalasi air bersih sejumlah Rp955.653.908 pada tanggal 6 Desember 2021 ke PT SCP, namun dibebankan kembali kepada para pemilik unit di Rusunami City Garden karena PT RRAA selaku pengembang dan PT SCP selaku pengelola tidak mau menanggung biaya tersebut. Berulang kali kami mencoba negosiasi dengan PT SCP, tidak mendapat konfirmasi yang positif," bebernya.
Hingga akhirnya, Rita bersama penghuni lainnya mencoba mengadu ke DPRD dengan harapan bisa mendapatkan titik terang. Memang respons pada awalnya sangat cepat, sehingga pada tanggal 18 Maret 2022, perwakilan melakukan audiensi dengan DPRD DKI Fraksi PDI Perjuangan dan konfirmasinya akan segera ditindaklanjuti dengan instansi terkait.
"Di audiensi tersebut, kami diarahkan untuk tidak proses PALYJA lagi, melainkan langsung ke PAM Jaya karena swastanisasi akan berakhir. Namun, update terakhir yang kami terima, berbeda dengan saat audiensi, yakni kami tetap harus ke PALYJA karena kontrak baru berakhir di Febuari 2023, sedangkan RAB PALYJA ke PT SCP berakhir tanggal 31 Maret 2022 dan kami sudah hold untuk proses PALYJA sesuai hasil audiensi tersebut," tuturnya.
Lalu pengelola menyarankan untuk menggunakan kembali WTP yang sudah disegel, dengan alih-alih memberikan solusi lain. Dan para penghuni akhirnya terpaksa membeli air isi ulang dan mendatangkan sendiri air tanki untuk didistribusikan kepada para lansia dan anak kecil dengan galon.
"Pengelola sempat diskusi dengan warga untuk mencari solusi air bersih, tapi karena kondisi memanas hingga akhirnya menyatakan mundur dari PT SCP dan mengembalikan pengelolaan ke warga. Hal ini sepengetahuan kami melanggar peraturan karena seharusnya PT SCP mengembalikan ke PT RRAA, yang menunjuk mereka. Sekarang, para penghuni menjadi bingung apa yang harus diperbuat? Kehidupan harus terus berjalan, namun kondisinya menjadi semakin sulit bila terus seperti ini, dan belum ada pihak pemerintah yang segera tanggap turun tangan mengurus masalah kami ini," ketus Rita.
Di tengah kebuntuan tersebut, Hardiyanto Kenneth menyatakan bersedia membantu penghuni Rusunami City Garden dalam mandapatkan air bersih. "Setiap hari ada bantuan dari Pak Kenneth. Sudah tiga hari ini ada bantuan lima mobil tangki PAM Jaya. Pak Kenneth orangnya baik, suka membantu warga yang tengah kesulitan," tutup Rita.
(thm)