4 Tempat Angker di Jakarta Barat, Nomor 2 Ada Penampakan Noni Belanda
loading...
A
A
A
Bahkan beberapa polisi yang tidur saat piket malam seringmengalami kejadian aneh, seperti dilempari, lampu yang nyala dan mati, serta mendengar suara-suara. Untuk mengurangi kesan angker, lampu-lampu yang ada di semua ruangan tidak pernah dimatikan. Semua sisi ruangan yang terdapat jendela juga dibuka, sekaligus untuk sirkulasi udara.
3. Kali Angke
Kali Angke masuk wilayah Jakarta Barat dengan hulu berada di Tangerang Selatan, Banten. Pada zaman kolonial Belanda, lokasi ini menjadi salah satu tempat peristiwa pembunuhan etnis Tionghoa di Indonesia.
Pembantaian terjadi pada tahun 1740, berawal dari peristiwa bangkrutnya pabrik-pabrik gula di Batavia. Gula dari Batavia itu kalah saing dengan gula Malabar (India). Ribuan karyawan perkebunan dan pabrik gula yang merupakan etnis Tionghoa pun banyak yang dipecat.
Hal itu menyebabkan terjadinya pengangguran dan banyak yang menjadi pelaku kriminal. Gubernur Batavia saat itu lantas membatasi warga Tionghoa karena angka kriminalitas yang tinggi. Aksi razia dilakukan dan warga yang tidak punya surat izin tinggal atau usaha ditangkap.
Kemudian pemerintah Belanda mengeluarkan perintah membunuh orang-orang Tionghoa. Pembantaian itu terjadi di Kali Angke. Dulu kali itu berwarna merah karena bercampur darah-darah warga Tionghoa yang menjadi korban.
Hingga kini, Kali Angke terkenal akan kisah mistisnya karena di setiap tahun selalu ada mayat yang ditemukan. Biasanya sebelum ada kejadian orang tenggelam, konon ada penampakan buaya putih yang menjadi pertanda akan adanya orang tenggelam. Kali Angke memiliki kedalaman 5-6 meter yang memiliki arus kuat.
4. Rumah Candra Naya
Rumah Candra Naya sering dikaitkan dengan mistis. Diapit apartemen dan hotel mewah, bangunan ini terletak di Jalan Gajah Mada Nomor 188 Jakarta Barat. Rumah Candra Naya dianggap angker karena ada rumor yang berkembang saat pembangunan hotel di kawasan tersebut.
Rumornya rumah ini tak bisa dirobohkan dan penunggunya kerap mengganggu pembangunan. Rumah ini merupakan saksi bisu sejarah Tionghoa Indonesia, khususnya di Jakarta. Bangunan oriental ini merupakan peninggalan Mayor Khouw Kim An, petinggi di zaman Hindia Belanda.
3. Kali Angke
Kali Angke masuk wilayah Jakarta Barat dengan hulu berada di Tangerang Selatan, Banten. Pada zaman kolonial Belanda, lokasi ini menjadi salah satu tempat peristiwa pembunuhan etnis Tionghoa di Indonesia.
Pembantaian terjadi pada tahun 1740, berawal dari peristiwa bangkrutnya pabrik-pabrik gula di Batavia. Gula dari Batavia itu kalah saing dengan gula Malabar (India). Ribuan karyawan perkebunan dan pabrik gula yang merupakan etnis Tionghoa pun banyak yang dipecat.
Hal itu menyebabkan terjadinya pengangguran dan banyak yang menjadi pelaku kriminal. Gubernur Batavia saat itu lantas membatasi warga Tionghoa karena angka kriminalitas yang tinggi. Aksi razia dilakukan dan warga yang tidak punya surat izin tinggal atau usaha ditangkap.
Kemudian pemerintah Belanda mengeluarkan perintah membunuh orang-orang Tionghoa. Pembantaian itu terjadi di Kali Angke. Dulu kali itu berwarna merah karena bercampur darah-darah warga Tionghoa yang menjadi korban.
Hingga kini, Kali Angke terkenal akan kisah mistisnya karena di setiap tahun selalu ada mayat yang ditemukan. Biasanya sebelum ada kejadian orang tenggelam, konon ada penampakan buaya putih yang menjadi pertanda akan adanya orang tenggelam. Kali Angke memiliki kedalaman 5-6 meter yang memiliki arus kuat.
4. Rumah Candra Naya
Rumah Candra Naya sering dikaitkan dengan mistis. Diapit apartemen dan hotel mewah, bangunan ini terletak di Jalan Gajah Mada Nomor 188 Jakarta Barat. Rumah Candra Naya dianggap angker karena ada rumor yang berkembang saat pembangunan hotel di kawasan tersebut.
Rumornya rumah ini tak bisa dirobohkan dan penunggunya kerap mengganggu pembangunan. Rumah ini merupakan saksi bisu sejarah Tionghoa Indonesia, khususnya di Jakarta. Bangunan oriental ini merupakan peninggalan Mayor Khouw Kim An, petinggi di zaman Hindia Belanda.