Asal Usul Nama Pondok Ranggon, Wasiat dari Mbah Santri
loading...
A
A
A
JAKARTA - Asal usul Pondok Ranggon kerap menjadi perbincangan banyak orang. Pondok Ranggon merupakan salah satu dari delapan kelurahan yang berada di Kecamatan Cipayung, Jakarta Timur .
Pondok Ranggon berbatasan langsung dengan Markas Besar TNI di sebelah Utara, kemudian Kelurahan Cilangkap atau Kelurahan Munjul di sebelah Barat, wilayah Kelurahan Jati Raden atau Kali Sunter di sebelah Timur, serta Kelurahan Harjamukti di sebelah Selatan.
Berdasarkan hal tersebut, daerah Pondok Ranggon ini merupakan salah satu daerah yang letaknya cukup strategis. Karena berhubungan langsung dengan jalur perlintasan alternatif dari kawasan Cileungsi, Kranggan, dan Kelurahan Harjamukti.
Berdasarkan sebuah sumber, asal usul mengenai nama Pondok Ranggon ini berasal dari cerita masyarakat yang telah diturunkan dari generasi ke generasi. Nama Pondok Ranggon berawal tentang kisah seorang kakek yang berasal dari daerah Plawad (Karawang). Suatu ketika, dalam perjalanannya si kakek tersebut secara tidak sengaja bertemu dengan seorang nenek-nenek.
Tidak berselang lama, akhirnya keduanya memutuskan berkeluarga dan mendirikan sebuah rumah di suatu daerah yang saat ini bernama Pondok Ranggon. Rumah tersebut memiliki bentuk seperti panggung dengan tinggi sekitar dua meter. Bentuk bangunan rumah tersebut disebut Ranggon.
Setelah beberapa waktu berlalu, masyarakat setempat menyebut keluarga pendatang tersebut dengan sebutan Mbah Santri. Sebutan tersebut berarti orang sakti yang dapat mencala putra mencala putri (berubah menjadi laki-laki atau perempuan).
Asal usul Pondok Ranggon ini mulai tampak jelas terlihat ketika beberapa saat sebelum Mbah Santri meninggal, dia sempat berwasiat kepada masyarakat setempat agar nama daerah tersebut bernama Pondok Ranggon.
Selain itu, Mbah Santri dalam wasiatnya juga berpesan agar masyarakat Pondok Ranggon mengadakan selamatan setiap satu tahun sekali dengan diramaikan berbagai tontonan yang meriah (pertunjukan).
Pondok Ranggon secara tidak langsung terpengaruh dengan kebudayaan sunda, dengan ditandai bahasa yang digunakan masyarakat setempat adalah bahasa Sunda Betawi. Selain itu, beberapa hasil kebudayaan seperti Wayang Golek, Topeng Cisalak telah bercampur dengan kesenian setempat.
Pondok Ranggon berbatasan langsung dengan Markas Besar TNI di sebelah Utara, kemudian Kelurahan Cilangkap atau Kelurahan Munjul di sebelah Barat, wilayah Kelurahan Jati Raden atau Kali Sunter di sebelah Timur, serta Kelurahan Harjamukti di sebelah Selatan.
Berdasarkan hal tersebut, daerah Pondok Ranggon ini merupakan salah satu daerah yang letaknya cukup strategis. Karena berhubungan langsung dengan jalur perlintasan alternatif dari kawasan Cileungsi, Kranggan, dan Kelurahan Harjamukti.
Berdasarkan sebuah sumber, asal usul mengenai nama Pondok Ranggon ini berasal dari cerita masyarakat yang telah diturunkan dari generasi ke generasi. Nama Pondok Ranggon berawal tentang kisah seorang kakek yang berasal dari daerah Plawad (Karawang). Suatu ketika, dalam perjalanannya si kakek tersebut secara tidak sengaja bertemu dengan seorang nenek-nenek.
Tidak berselang lama, akhirnya keduanya memutuskan berkeluarga dan mendirikan sebuah rumah di suatu daerah yang saat ini bernama Pondok Ranggon. Rumah tersebut memiliki bentuk seperti panggung dengan tinggi sekitar dua meter. Bentuk bangunan rumah tersebut disebut Ranggon.
Setelah beberapa waktu berlalu, masyarakat setempat menyebut keluarga pendatang tersebut dengan sebutan Mbah Santri. Sebutan tersebut berarti orang sakti yang dapat mencala putra mencala putri (berubah menjadi laki-laki atau perempuan).
Asal usul Pondok Ranggon ini mulai tampak jelas terlihat ketika beberapa saat sebelum Mbah Santri meninggal, dia sempat berwasiat kepada masyarakat setempat agar nama daerah tersebut bernama Pondok Ranggon.
Selain itu, Mbah Santri dalam wasiatnya juga berpesan agar masyarakat Pondok Ranggon mengadakan selamatan setiap satu tahun sekali dengan diramaikan berbagai tontonan yang meriah (pertunjukan).
Pondok Ranggon secara tidak langsung terpengaruh dengan kebudayaan sunda, dengan ditandai bahasa yang digunakan masyarakat setempat adalah bahasa Sunda Betawi. Selain itu, beberapa hasil kebudayaan seperti Wayang Golek, Topeng Cisalak telah bercampur dengan kesenian setempat.
(mhd)