2022, Apartemen Berkonsep TOD di Serpong Tangsel Jadi Primadona

Kamis, 25 November 2021 - 19:45 WIB
loading...
2022, Apartemen Berkonsep TOD di Serpong Tangsel Jadi Primadona
Maket apartemen di Serpong, Tangsel dan berbagai fasilitasnya. Foto: Ist
A A A
JAKARTA - Tahun 2020 pemerintah mengeluarkan stimulus yang paling besar dalam sejarah Indonesia. Kebijakan itu mendongkrak pasar properti yang dua tahun belakangan sempat jatuh.

“Daya beli tertekan, tapi itu terjadi di segmen menengah bawah. Sedangkan pasar di kelas menengah atas daya belinya malah tinggi dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Sementara pasar menengah bawah tidak terjadi peningkatan penjualan,” ujar Ketua Indonesia Property Watch (IPW) Ali Tranghanda, belum lama ini.
Baca juga: Penghuni Apartemen Cervino Village Tebet Deklarasikan P3SRS Watch

Stimulus yang diberikan di tahun 2021 berupa penghapusan PPN 10 persen untuk sektor properti segmen menengah ke atas di atas Rp5 miliar, namun kebijakan itu hanya berlaku sampai Desember 2021.

Menurut Ali, ini adalah momen tepat untuk investor di sektor properti. “Nah, kalau investor yang cerdas dia akan masuk dan beli. Karena di tahun 2022 harga akan naik lebih tinggi lagi. Saya tidak bilang tahun 2022 lebih buruk, tapi artinya banyak hal atau isu yang harus dicermati di antaranya rencana kenaikan PPN menjadi 11 persen pada 1 April 2022,” katanya.

Biasanya investor akan sangat terganggu kalau ada kebijakan soal tax. Meskipun pengaruhnya jangka panjang tapi untuk jangka pendek mereka masih menahan diri kalau ada kenaikan tax. Investor harus jeli melihat peluang di sektor properti. Meski landed house masih menjadi primadona, Ali menilai apartemen tetap menarik karena memiliki ceruk tersendiri yaitu pasar generasi milenial dan gen Z.

Menurut survei yang dilakukan Ali, di segmen milenial data penjualan rumah dan apartemen banyak diminati konsumen usia 27 – 45 tahun. Artinya masih
didominasi gen X dan gen Z. “Boleh jadi para investor membeli apartemen untuk anak-anaknya di generasi milenial dan generasi Z,” ujarnya.

Dia juga melihat perkembangan tren meski harga landed house semakin hari semakin naik tinggi, tapi dari segi lokasi makin menjauh dari pusat kota sehingga milenial mau tak mau nantinya akan membeli apartemen. “Siap tidak siap mereka akan memilih apartemen karena pertimbangan tidak terlalu jauh dari pusat kota,” ucapnya.

Faktor keterbatasan wilayah di pusat kota Jakarta juga mendorong developer harus lari ke kawasan penyangga Jakarta. “Tren investasi properti saat ini mengarah ke kawasan penyangga ke barat, timur dan selatan,” ujar Ali.

Di wilayah pinggiran barat Jakarta, sederetan wilayah yang prospektif tengah dikembangkan di antaranya Balaraja, Serpong dan lain-lain. Demikian juga di daerah penyangga bagian timur Jakarta, tidak hanya bicara Bekasi di situ ada Cikarang, Karawang, bahkan sampai Subang dan Purwakarta. Di Bogor ada Sentul.

Tantangannya memang developer harus membangun infrastruktur akses moda transportasi yang bukan hanya memadai, tetapi juga terintegrasi dengan hunian. Menurutnya, lokasi apartemen yang memiliki fasilitas akses moda transporrtasi yang terintegrasi (Transit Oriented Development/TOD) menjadi keunggulan.
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1257 seconds (0.1#10.140)