Metamorfosis Jakarta, Berawal dari Pesisir dan Upaya Meninggalkan Corak Kolonial (1)
loading...
A
A
A
JAKARTA - Kota Jakarta dulunya merupakan titik pertemuan pedagang untuk menjajakan hasil bumi dari seluruh Nusantara. Setelah Indonesia merdeka, pemerintah terus membangun Jakarta sebagai pusat ekonomi dan pemerintahan.
baca juga: Menara Syahbandar, Menolak Punah Meski Dikepung Derap Pembangunan (2-Tamat)
Pada masa kini kemegahan Daerah Khusus Ibukota (DKI) Jakarta selalu dikaitkan dengan kawasan Segitiga Emas: Jalan Jenderal Sudirman, Gatot Subroto, dan Rasuna Said. Area itu merupakan jantung dari perputaran uang di Jakarta. Pusat pemerintahan berada di kawasan Medan Merdeka, Jakarta Pusat. Istana Negara dikelilingi sejumlah gedung kementerian strategis. Dua kawasan utama itu, pusat bisnis dan pemerintahan, bergeser dari posisi awal di jaman baheula.
Menara Syahbandar tempo dulu, yang menjadi Titik Nol Kilometer Jakarta
Denyut kehidupan Jakarta dahulunya di kawasan pesisir utara, terutama kawasan Pelabuhan Sunda Kelapa dan Kota Tua . Sejarawan Universitas Negeri Jakarta (UNJ) Humaidi Syariati mengatakan sebelum dikenal dengan nama Jakarta, para pedagang dan penjelajah dunia, mengenal kawasan ini dengan nama Sunda Kelapa. Wilayah ini, awalnya merupakan bagian dari kerajaan Padjajaran.
baca juga: Menara Syahbandar, Larik Sejarah di Tengah Angkuh Ibu Kota (1)
Saat itu, Sunda Kelapa sudah memikat banyak pedagang, baik Nusantara maupun dunia, mulai dari Portugis, Belanda, India, hingga Tiongkok. Portugis pernah bercokol di sini pada kurun waktu 1522-1527. Kemudian, Fatahillah dari kerajaan Demak yang berkongsi dengan Cirebon menyerang wilayah ini dan mendepak Portugis pada 22 Juni 1527.
Istana Negara, bangunan peninggalan kolonial
yang terletak di kawasan Jakarta Pusat
Fatahillah kemudian mengganti nama wilayah ini menjadi Jayakarta. Pelabuhan Sunda Kelapa yang makin ramai dengan perdagangan berbagai komoditas, terutama rempah-rempah, menarik minat Belanda untuk menguasai wilayah ini. Adalah Gubernur Jenderal Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC) Jan Pieterszoon Coen yang merebut Jayakarta dari kekuasaan Kesultanan Banten, pada 30 Mei 1619. Jayakarta pun diubah menjadi Batavia oleh VOC.
baca juga: Sejarah Jakarta, Disebut di Batu Tulis Purnawarman yang Berkembang Menjadi Bandar Besar
baca juga: Menara Syahbandar, Menolak Punah Meski Dikepung Derap Pembangunan (2-Tamat)
Pada masa kini kemegahan Daerah Khusus Ibukota (DKI) Jakarta selalu dikaitkan dengan kawasan Segitiga Emas: Jalan Jenderal Sudirman, Gatot Subroto, dan Rasuna Said. Area itu merupakan jantung dari perputaran uang di Jakarta. Pusat pemerintahan berada di kawasan Medan Merdeka, Jakarta Pusat. Istana Negara dikelilingi sejumlah gedung kementerian strategis. Dua kawasan utama itu, pusat bisnis dan pemerintahan, bergeser dari posisi awal di jaman baheula.
Menara Syahbandar tempo dulu, yang menjadi Titik Nol Kilometer Jakarta
Denyut kehidupan Jakarta dahulunya di kawasan pesisir utara, terutama kawasan Pelabuhan Sunda Kelapa dan Kota Tua . Sejarawan Universitas Negeri Jakarta (UNJ) Humaidi Syariati mengatakan sebelum dikenal dengan nama Jakarta, para pedagang dan penjelajah dunia, mengenal kawasan ini dengan nama Sunda Kelapa. Wilayah ini, awalnya merupakan bagian dari kerajaan Padjajaran.
baca juga: Menara Syahbandar, Larik Sejarah di Tengah Angkuh Ibu Kota (1)
Saat itu, Sunda Kelapa sudah memikat banyak pedagang, baik Nusantara maupun dunia, mulai dari Portugis, Belanda, India, hingga Tiongkok. Portugis pernah bercokol di sini pada kurun waktu 1522-1527. Kemudian, Fatahillah dari kerajaan Demak yang berkongsi dengan Cirebon menyerang wilayah ini dan mendepak Portugis pada 22 Juni 1527.
Istana Negara, bangunan peninggalan kolonial
yang terletak di kawasan Jakarta Pusat
Fatahillah kemudian mengganti nama wilayah ini menjadi Jayakarta. Pelabuhan Sunda Kelapa yang makin ramai dengan perdagangan berbagai komoditas, terutama rempah-rempah, menarik minat Belanda untuk menguasai wilayah ini. Adalah Gubernur Jenderal Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC) Jan Pieterszoon Coen yang merebut Jayakarta dari kekuasaan Kesultanan Banten, pada 30 Mei 1619. Jayakarta pun diubah menjadi Batavia oleh VOC.
baca juga: Sejarah Jakarta, Disebut di Batu Tulis Purnawarman yang Berkembang Menjadi Bandar Besar