Metamorfosis Jakarta, Berawal dari Pesisir dan Upaya Meninggalkan Corak Kolonial (1)
loading...
A
A
A
Sampai hari ini, bukti-bukti beragam bangsa dan suku pernah berdagang di Jakarta masih ada. Hal itu bisa dilihat dari Kampung Tugu yang banyak dihuni keturunan Portugis. Lalu, ada Pekojan yang awal banyak dihuni orang India, kemudian orang-orang Arab pun bermukim di situ. Di utara pun banyak pemukiman etnis Tionghoa.
“Banyak sekali etnis di Jakarta. Ada kampung Bali, Bugis, Makassar, dan Ambon. Itu menunjukkan semua bangsa ada di Indonesia. Titik temunya di Jakarta. Tentunya, Jakarta menjadi heteropolis, besar. Istilahnya sangat toleran dengan kedatangan banyak suku bangsa,” tekannya.
Pembangunan Jakarta awalnya bercorak kolonial. Pemerintah Belanda membangun gedung-gedung khas Eropa, parit, dan kanal. Belanda juga membangun berbagai bangunan untuk keperluan pemerintah, gudang, dan tempat hiburan, seperti di kawasan Harmoni. Pembangunan Jakarta saat itu berakhir di Senen, Tanah Abang, dan Mester Cornelis atau Pasar Jatinegara. (bersambung)
“Banyak sekali etnis di Jakarta. Ada kampung Bali, Bugis, Makassar, dan Ambon. Itu menunjukkan semua bangsa ada di Indonesia. Titik temunya di Jakarta. Tentunya, Jakarta menjadi heteropolis, besar. Istilahnya sangat toleran dengan kedatangan banyak suku bangsa,” tekannya.
Pembangunan Jakarta awalnya bercorak kolonial. Pemerintah Belanda membangun gedung-gedung khas Eropa, parit, dan kanal. Belanda juga membangun berbagai bangunan untuk keperluan pemerintah, gudang, dan tempat hiburan, seperti di kawasan Harmoni. Pembangunan Jakarta saat itu berakhir di Senen, Tanah Abang, dan Mester Cornelis atau Pasar Jatinegara. (bersambung)
(hdr)