Selayang Pandang Wajah Baru Taman Ismail Marzuki, dari Gedung Panjang hingga Taman Terbuka
loading...
A
A
A
“Perpusatakaan daerah akan dipindahkan nanti pada lantai 3 sampai lantai 7, bersamaan dengan arsip-arsip,” jelas Farhan.
Untuk Wisma, sekitar 139 kamar akan disediakan. Di dalam tiap kamar tersebut bisa diisi oleh tiga orang. "Itu memang permintaan dari para seniman supaya tidak sendiri-sendiri, hasil Focus Group Discussion (FGD),” kata Farhan.
Tepat di sebelah gedung tersebut pengunjung juga akan disuguhi dengan hamparan rumput hijau dan pepohonan. Hamparan rumput berbentuk tanah miring meninggi tersebut juga tidak sembarangan.
Konsep tersebut dibuat agar masyarakat tidak kehilangan penglihatan terhadap cagar budaya berbentuk kubah Planetarium dari sisi depan. Selain itu, halaman ini juga berada tepat di atas parkiran kendaraan yang disediakan.
“Tanah ini miring karena di belakang ada Planetarium. Jadi dari depan masyarakat tetap bisa lihat Planetarium karena kan sebagai cagar budaya juga,” ungkapnya.
Nantinya masyarakat akan dibebaskan untuk berpiknik di area ini. "Karena bebas berpiknik, perhatian kita juga pada masyarakat untuk tidak membuang sampah sembarang,” sambungnya.
Menuju bagian atas tanah miring tersebut, masyarakat dapat melihat dengan jelas bangunan peninggalan era Soekarno, Planetarium. Hanya, revitalisasi utuh tidak dilakukan pada Planetarium. Pengelola hanya memoles sedikit.
“Ini tempat biasa ditampilkan Teater Bintang, karena cagar budaya revitalisasi hanya untuk interior saja. Sementara sekitarnya, teman-teman seniman meminta untuk dibangun tempat latihan seni. Nanti foodcourt yang dulu ada di area Gedung Panjang sekarang, juga dipindahi ke area sini,” kata Farhan.
Untuk Wisma, sekitar 139 kamar akan disediakan. Di dalam tiap kamar tersebut bisa diisi oleh tiga orang. "Itu memang permintaan dari para seniman supaya tidak sendiri-sendiri, hasil Focus Group Discussion (FGD),” kata Farhan.
Tepat di sebelah gedung tersebut pengunjung juga akan disuguhi dengan hamparan rumput hijau dan pepohonan. Hamparan rumput berbentuk tanah miring meninggi tersebut juga tidak sembarangan.
Konsep tersebut dibuat agar masyarakat tidak kehilangan penglihatan terhadap cagar budaya berbentuk kubah Planetarium dari sisi depan. Selain itu, halaman ini juga berada tepat di atas parkiran kendaraan yang disediakan.
“Tanah ini miring karena di belakang ada Planetarium. Jadi dari depan masyarakat tetap bisa lihat Planetarium karena kan sebagai cagar budaya juga,” ungkapnya.
Nantinya masyarakat akan dibebaskan untuk berpiknik di area ini. "Karena bebas berpiknik, perhatian kita juga pada masyarakat untuk tidak membuang sampah sembarang,” sambungnya.
Menuju bagian atas tanah miring tersebut, masyarakat dapat melihat dengan jelas bangunan peninggalan era Soekarno, Planetarium. Hanya, revitalisasi utuh tidak dilakukan pada Planetarium. Pengelola hanya memoles sedikit.
“Ini tempat biasa ditampilkan Teater Bintang, karena cagar budaya revitalisasi hanya untuk interior saja. Sementara sekitarnya, teman-teman seniman meminta untuk dibangun tempat latihan seni. Nanti foodcourt yang dulu ada di area Gedung Panjang sekarang, juga dipindahi ke area sini,” kata Farhan.