Sidang Hoaks Babi Ngepet, Jaksa Beberkan Kronologi Akal Bulus Terdakwa Bohongi Warga
loading...
A
A
A
DEPOK - Kasus hoaks babi ngepet di Sawangan dengan terdakwa Adam Ibrahim (44), hari ini memasuki sidang perdana di Pengadilan Negeri Depok. Dalam persidangan yang digelar secara online, Jaksa Penuntut Umum (JPU) Putri Dwi Astrini membeberkan kronologi akal bulus terdakwa membohongi warga.
Di hadapan hakim ketua M Iqbal serta hakim anggota Darmo dan Yuane, Jaksa Putri dalam dakwaannya menyampaikan bahwa terdakwa Adam pada Selasa 27 April 2021 sekitar pukul 10.30 WIB, tepatnya di Jalan Masjid Syamsul Iman, Kelurahan Bedahan, Kecamatan Sawangan, menyiarkan berita atau pemberitahuan bohong dengan sengaja menerbitkan keonaran di kalangan masyarakat.
Bermula ketika terdakwa sedang berada di rumah kontrakannya. Kemudian datang saksi Adi dan Hamdani menceritakan tentang adanya warga Bedahan yang telah kehilangan uang tunai di dalam rumah. Warga kemudian sepakat untuk melakukan ronda malam.
Selajutnya, pada awal April 2021, terdakwa mengobrol dengan salah satu warga di samping rumah kontrakannya yang meminta solusi bagaimana agar peristiwa hilangnya uang warga dari dalam rumah itu bisa diatasi.
"Saat itulah muncul pemikiran terdakwa untuk merekayasa dan menyampaikan bahwa hilangnya uang warga dari dalam rumah adalah ulah dari babi jadi-jadian atau babi ngepet,” kata Putri, Selasa (14/9/2021).
Terdakwa selanjutnya menyampaikan kepada saksi Adi bahwa babi jadi-jadian itu dapat ditangkap dengan cara melakukan ritual atau syarat-syarat sesuai dengan arahannya. Kemudian dibelilah perlengkapan, seperti minyak misyik dan kayu gaharu.
“Adam mengajak Adi untuk patungan membeli minyak misyik dan kayu gaharu untuk menangkap babi tersebut. Kemudian Adi memberikan uang kepada terdakwa sebesar Rp900.000,” tukasnya.
Uang itu lalu dibelikan membeli seekor babi warna hitam dengan cara memesan secara online melalui media sosial. Adam pun diperlihatkan foto seekor babi hutan warna hitam dan sepakat melakukan transaksi secara COD di daerah Puncak ,Cianjur.
“Terdakwa menyuruh saksi Eka dan Didi dengan memberikan sejumlah uang sebesar Rp500.000, serta uang sebagai ongkos jalan masing-masing sebesar Rp200.000,” bebernya.
Babi warna hitam tersebut kemudian dibawa ke rumah terdakwa dan dilepaskan di samping kandang yang sebelumnya sudah disiapkan. Adam lalu meminta Adi untuk memberi aba-aba bahwa ada orang yang sudah berubah menjadi babi.
Selanjutnya babi itu diamankan di dalam kandang. Hingga esok paginya banyak warga berdatangan untuk melihat wujud babi tersebut.
“Terdakwa mengatakan 'ini dia babi yang selama ini kita tunggu yang telah mengambil uang warga'. Setelah itu terdakwa menyuruh Adi melempar garam ke tubuh seekor babi tersebut. Setelah babi tersebut lemas terdakwa menyuruh memukuli seekor babi tersebut dengan menggunakan lidi dari pohon aren agar babi tersebut tidak menghilang,” tukasnya.
Sampai akhirnya diketahui jika Adam telah melakukan penyebaran berita bohong. Atas perbuatannya terdakwa diancam pidana sesuai Pasal 14 Ayat (2) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1946 tentang Peraturan Hukum Pidana.
Di hadapan hakim ketua M Iqbal serta hakim anggota Darmo dan Yuane, Jaksa Putri dalam dakwaannya menyampaikan bahwa terdakwa Adam pada Selasa 27 April 2021 sekitar pukul 10.30 WIB, tepatnya di Jalan Masjid Syamsul Iman, Kelurahan Bedahan, Kecamatan Sawangan, menyiarkan berita atau pemberitahuan bohong dengan sengaja menerbitkan keonaran di kalangan masyarakat.
Bermula ketika terdakwa sedang berada di rumah kontrakannya. Kemudian datang saksi Adi dan Hamdani menceritakan tentang adanya warga Bedahan yang telah kehilangan uang tunai di dalam rumah. Warga kemudian sepakat untuk melakukan ronda malam.
Selajutnya, pada awal April 2021, terdakwa mengobrol dengan salah satu warga di samping rumah kontrakannya yang meminta solusi bagaimana agar peristiwa hilangnya uang warga dari dalam rumah itu bisa diatasi.
"Saat itulah muncul pemikiran terdakwa untuk merekayasa dan menyampaikan bahwa hilangnya uang warga dari dalam rumah adalah ulah dari babi jadi-jadian atau babi ngepet,” kata Putri, Selasa (14/9/2021).
Terdakwa selanjutnya menyampaikan kepada saksi Adi bahwa babi jadi-jadian itu dapat ditangkap dengan cara melakukan ritual atau syarat-syarat sesuai dengan arahannya. Kemudian dibelilah perlengkapan, seperti minyak misyik dan kayu gaharu.
“Adam mengajak Adi untuk patungan membeli minyak misyik dan kayu gaharu untuk menangkap babi tersebut. Kemudian Adi memberikan uang kepada terdakwa sebesar Rp900.000,” tukasnya.
Uang itu lalu dibelikan membeli seekor babi warna hitam dengan cara memesan secara online melalui media sosial. Adam pun diperlihatkan foto seekor babi hutan warna hitam dan sepakat melakukan transaksi secara COD di daerah Puncak ,Cianjur.
“Terdakwa menyuruh saksi Eka dan Didi dengan memberikan sejumlah uang sebesar Rp500.000, serta uang sebagai ongkos jalan masing-masing sebesar Rp200.000,” bebernya.
Babi warna hitam tersebut kemudian dibawa ke rumah terdakwa dan dilepaskan di samping kandang yang sebelumnya sudah disiapkan. Adam lalu meminta Adi untuk memberi aba-aba bahwa ada orang yang sudah berubah menjadi babi.
Selanjutnya babi itu diamankan di dalam kandang. Hingga esok paginya banyak warga berdatangan untuk melihat wujud babi tersebut.
“Terdakwa mengatakan 'ini dia babi yang selama ini kita tunggu yang telah mengambil uang warga'. Setelah itu terdakwa menyuruh Adi melempar garam ke tubuh seekor babi tersebut. Setelah babi tersebut lemas terdakwa menyuruh memukuli seekor babi tersebut dengan menggunakan lidi dari pohon aren agar babi tersebut tidak menghilang,” tukasnya.
Sampai akhirnya diketahui jika Adam telah melakukan penyebaran berita bohong. Atas perbuatannya terdakwa diancam pidana sesuai Pasal 14 Ayat (2) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1946 tentang Peraturan Hukum Pidana.
(thm)