Bandara Halim Perdanakusuma Dulunya Tempat Latihan Pesawat Fokker Belanda untuk Kawasan Asia Pasifik
loading...
A
A
A
JAKARTA - Bandara Halim Perdanakusuma , Jakarta Timur yang sebelumnya bernama lapangan terbang Tjililitan dibangun oleh pemerintah kolonial Belanda tahun 1920-an dan merupakan lapangan terbang alternatif selain lapangan terbang Kemayoran.
Tjililitan ini merupakan sebuah tanah partikelir yang dimiliki Pieter van der Velde. Tanah tersebut dinamakan Tandjoeng Ost. Sekitar tahun 1924, sebagian tanah perkebunan karet itu dijadikan sebuah lapangan terbang pertama di kota Batavia.
Baca juga: Percepat Herd Immunity, TNI AU Gelar Vaksinasi Covid-19 di Bandara Halim Perdanakusuma
Dikutip dari akun Instagram @liputanwargakpirian, Sabtu (7/8/2021), lapangan terbang Tjililitan sering dijadikan tempat latihan pesawat terbang Fokker buatan Belanda untuk kawasan Asia Pasifik.
Sebelum mendarat di Tjililitan, pesawat Fokker memerlukan waktu cukup lama di perjalanan karena pernah jatuh dan mengalami kerusakan di Yugoslavia (sekarang Serbia) hingga harus didatangkan suku cadang dari pabriknya di Amsterdam.
Pada masa pemerintahan Soekarno (1959-1965) lapangan terbang Tjililitan berubah nama menjadi Pangkalan Halim Perdanakusuma (Halim PK) untuk mengenang almarhum Abdul Halim Perdanakusuma yang gugur dalam menjalankan tugasnya.
Kemudian, Halim PK juga menjadi Lapangan Udara Utama (Lanuma) TNI AU karena selain dekat Markas Besar TNI Angkatan Udara (MABAU) di Pancoran juga berfungsi sebagai lapangan terbang VVIP/VIP pesawat-pesawat tempur dari Rusia awal tahun 1960-an seperti pesawat pemburu MG 15, MG 17, MIG 19, MIG 21, pesawat pembom, serta pesawat pengangkut Antonov. Selain itu, Hercules juga sempat menghuni Halim PK.
Lapangan terbang Tjililitan. Foto: wikipedia.org
Pada tahun 1928, maskapai milik Belanda di Indonesia melakukan penerbangan di Bandara Halim dengan rute perdana yakni Batavia-Bandung, Batavia-Semarang.
Baca juga: COVID-19 Balik Lagi ke Wuhan, China Tutup Total Semua Bandara
Di samping sebagai pangkalan militer, Bandara Halim Perdanakusuma juga digunakan sebagai bandara sipil utama di Jakarta bersamaan dengan Bandara Kemayoran. Pada tahun 1974, bandara ini harus berbagi penerbangan internasional dengan Kemayoran karena padatnya jadwal penerbangan di sana. Halim juga sempat ditunjuk menggantikan peranan Kemayoran yang semakin padat.
Berdasarkan laman citilink.co.id, sejak tahun 2013 Bandara Halim Perdanakusuma melayani penerbangan haji yang dialihkan dari Bandara Internasional Soekarno-Hatta karena bandara tersebut sedang direvitalisasi. Kemudian, pada 10 Januari 2014 Bandara Halim Perdanakusuma beroperasi menjadi bandara komersial untuk membantu penerbangan dari Bandara Soekarno-Hatta yang semakin padat.
Adanya Bandara Halim Perdanakusuma sangat membantu baik untuk pertahanan negara atau penerbangan pribadi maupun komersil. Bandara ini juga dikelola langsung Angkasa Pura dan Angkatan Udara Indonesia. Tak heran Bandara Halim Perdanakusuma memiliki fasilitas dan teknologi yang cukup baik.
Sumber: IG @liputanwargakpirian, citilink.co.id, wikipedia.org
Lihat Juga: Kisah Haji Rais, Bandit Licin Berbahaya yang Merampok Permata di Sekitar Crazy Rich Belanda
Tjililitan ini merupakan sebuah tanah partikelir yang dimiliki Pieter van der Velde. Tanah tersebut dinamakan Tandjoeng Ost. Sekitar tahun 1924, sebagian tanah perkebunan karet itu dijadikan sebuah lapangan terbang pertama di kota Batavia.
Baca juga: Percepat Herd Immunity, TNI AU Gelar Vaksinasi Covid-19 di Bandara Halim Perdanakusuma
Dikutip dari akun Instagram @liputanwargakpirian, Sabtu (7/8/2021), lapangan terbang Tjililitan sering dijadikan tempat latihan pesawat terbang Fokker buatan Belanda untuk kawasan Asia Pasifik.
Sebelum mendarat di Tjililitan, pesawat Fokker memerlukan waktu cukup lama di perjalanan karena pernah jatuh dan mengalami kerusakan di Yugoslavia (sekarang Serbia) hingga harus didatangkan suku cadang dari pabriknya di Amsterdam.
Pada masa pemerintahan Soekarno (1959-1965) lapangan terbang Tjililitan berubah nama menjadi Pangkalan Halim Perdanakusuma (Halim PK) untuk mengenang almarhum Abdul Halim Perdanakusuma yang gugur dalam menjalankan tugasnya.
Kemudian, Halim PK juga menjadi Lapangan Udara Utama (Lanuma) TNI AU karena selain dekat Markas Besar TNI Angkatan Udara (MABAU) di Pancoran juga berfungsi sebagai lapangan terbang VVIP/VIP pesawat-pesawat tempur dari Rusia awal tahun 1960-an seperti pesawat pemburu MG 15, MG 17, MIG 19, MIG 21, pesawat pembom, serta pesawat pengangkut Antonov. Selain itu, Hercules juga sempat menghuni Halim PK.
Lapangan terbang Tjililitan. Foto: wikipedia.org
Pada tahun 1928, maskapai milik Belanda di Indonesia melakukan penerbangan di Bandara Halim dengan rute perdana yakni Batavia-Bandung, Batavia-Semarang.
Baca juga: COVID-19 Balik Lagi ke Wuhan, China Tutup Total Semua Bandara
Di samping sebagai pangkalan militer, Bandara Halim Perdanakusuma juga digunakan sebagai bandara sipil utama di Jakarta bersamaan dengan Bandara Kemayoran. Pada tahun 1974, bandara ini harus berbagi penerbangan internasional dengan Kemayoran karena padatnya jadwal penerbangan di sana. Halim juga sempat ditunjuk menggantikan peranan Kemayoran yang semakin padat.
Berdasarkan laman citilink.co.id, sejak tahun 2013 Bandara Halim Perdanakusuma melayani penerbangan haji yang dialihkan dari Bandara Internasional Soekarno-Hatta karena bandara tersebut sedang direvitalisasi. Kemudian, pada 10 Januari 2014 Bandara Halim Perdanakusuma beroperasi menjadi bandara komersial untuk membantu penerbangan dari Bandara Soekarno-Hatta yang semakin padat.
Adanya Bandara Halim Perdanakusuma sangat membantu baik untuk pertahanan negara atau penerbangan pribadi maupun komersil. Bandara ini juga dikelola langsung Angkasa Pura dan Angkatan Udara Indonesia. Tak heran Bandara Halim Perdanakusuma memiliki fasilitas dan teknologi yang cukup baik.
Sumber: IG @liputanwargakpirian, citilink.co.id, wikipedia.org
Lihat Juga: Kisah Haji Rais, Bandit Licin Berbahaya yang Merampok Permata di Sekitar Crazy Rich Belanda
(jon)