Disebut Penyumbang Kasus Covid-19 Terbesar, Satgas Depok: Satgas Pusat Kurang Peka dengan Ketimpangan Data
loading...
A
A
A
DEPOK - Satgas Penanganan Covid-19 Kota Depok menanggapi pernyataan Juru Bicara Satgas Penanganan COVID-19, Wiku Adisasmito terkait data Kota Depok sebagai kota dengan kasus aktif tertinggi Covid-19 di Indonesia. Jumlahnya mencapai 27.389 kasus aktif Covid-19 .
Jubir Satgas Penanganan Covid-19 Kota Depok, Dadang Wihana mengatakan, terjadi ketimpangan data antara pusat dan daerah yang mempengaruhi kasus aktif. Dadang mengaku sudah sering kali menyuarakan soal ini sejak lama namun hingga saat ini belum juga terjadi sinkronisasi data.
“Kondisi ini sudah saya sampaikan berkali-kali kepada Satgas Pusat, bahkan dari tahun 2020. Dan secara simultan juga kami membenahi delay data dari faskes dalam penginputan. Ini yang sedang berproses,” kata Dadang, Jumat (6/8/2021).
Dadang menuturkan, Satgas Pusat kurang peka terhadap ketimpangan data yang terjadi. Dalam kasus kesembuhan terjadi gap 23.967 kasus. Data di Depok lebih banyak. Sehingga hal ini berpengaruh terhadap kasus aktif, di mana di Satgas Pusat 26.932 kasus sedangkan data di Satgas Depok 9.519 kasus.
“Selisihnya 17.413 kasus. Satgas Pusat kurang peka terhadap gap data yang semakin tinggi,” tuturnya.
Dia pun mengajak agar segera dilakukan rekonsiliasi data pusat dengan daerah. Sehingga data yang tersaji sesuai dengan kondisi di lapangan. “Karena data digunakan untuk perhitungan zonasi daerah dan kebijakan,” katanya.
Dadang meelanjutkan, data yang dirilis Satgas Pusat adalah bukan data yang sebenarnya terjadi di Kota Depok saat ini. Dia pun sangat menyayangkan kondisi ini. “Adapun data yang dirilis Jubir Satgas Pusat kemarin adalah data yang belum mencerminkan data riil di Kota Depok. Karena gap-nya sangat-sangat tinggi. Yang sembuh 23.967 kasus, dan kasus aktif selisihnya 17.413 kasus,” pungkasnya.
Jubir Satgas Penanganan Covid-19 Kota Depok, Dadang Wihana mengatakan, terjadi ketimpangan data antara pusat dan daerah yang mempengaruhi kasus aktif. Dadang mengaku sudah sering kali menyuarakan soal ini sejak lama namun hingga saat ini belum juga terjadi sinkronisasi data.
“Kondisi ini sudah saya sampaikan berkali-kali kepada Satgas Pusat, bahkan dari tahun 2020. Dan secara simultan juga kami membenahi delay data dari faskes dalam penginputan. Ini yang sedang berproses,” kata Dadang, Jumat (6/8/2021).
Dadang menuturkan, Satgas Pusat kurang peka terhadap ketimpangan data yang terjadi. Dalam kasus kesembuhan terjadi gap 23.967 kasus. Data di Depok lebih banyak. Sehingga hal ini berpengaruh terhadap kasus aktif, di mana di Satgas Pusat 26.932 kasus sedangkan data di Satgas Depok 9.519 kasus.
“Selisihnya 17.413 kasus. Satgas Pusat kurang peka terhadap gap data yang semakin tinggi,” tuturnya.
Dia pun mengajak agar segera dilakukan rekonsiliasi data pusat dengan daerah. Sehingga data yang tersaji sesuai dengan kondisi di lapangan. “Karena data digunakan untuk perhitungan zonasi daerah dan kebijakan,” katanya.
Dadang meelanjutkan, data yang dirilis Satgas Pusat adalah bukan data yang sebenarnya terjadi di Kota Depok saat ini. Dia pun sangat menyayangkan kondisi ini. “Adapun data yang dirilis Jubir Satgas Pusat kemarin adalah data yang belum mencerminkan data riil di Kota Depok. Karena gap-nya sangat-sangat tinggi. Yang sembuh 23.967 kasus, dan kasus aktif selisihnya 17.413 kasus,” pungkasnya.
(hab)