Kisah Pasar Kambing di Balik Nama Besar Si Pitung dan Eksistensi Arab Tanah Abang

Minggu, 18 April 2021 - 06:02 WIB
loading...
Kisah Pasar Kambing di Balik Nama Besar Si Pitung dan Eksistensi Arab Tanah Abang
Potret Pasar Kambing Tanah Abang pada sekitar tahun 1890. Foto: Dok/sejarahjakarta.com
A A A
Kamis, 8 April 2021, Pasar Kambing yang berada di Jalan Sabeni Raya, Tanah Abang , Jakarta Pusat, dilaporkan diamuk si Jago Merah pada pukul 16.50 WIB. Api berkobar cukup dahsyat hingga asap pekat menyelimuti langit Jakarta.

Pasar Kambing Tanah Abang bukanlah pasar yang baru berdiri. Pasar Kambing punya sejarah panjang yang sudah ada sejak zaman penjajahan Belanda. Bahkan, Pasar Tanah Abang yang kini tersohor hingga Asia, berawal dari keberadaan Pasar Kambing.

Di zaman Belanda, kawasan Tanah Abang dijadikan tempat persinggahan para petani dan peternak. Hasil perkebunan dibawa ke kota menggunakan perahu lewat kanal. Dari arah selatan Tanah Abang, melalui Kali Krukut, didatangkan hasil hutan dan ternak. Oleh para pedagang ternak, bukit Tanah Abang ini dijadikan tempat persinggahan sambil menggembalakan ternaknya.



Lantaran yang dijual kebanyakan adalah kambing, tidak heran jika Tanah Abang lalu dikenal sebagai Pasar Kambing. Pasar Kambing dulunya bersatu dengan pasar Tanah Abang. Saat Pasar Tanah Abang dibugarkan, Pasar Kambing sempat menghilang. Lalu dibuatkan tempat baru di pinggir kali, persisnya di belakang Pasar Tanah Abang.

Eksistensi Pasar Kambing tak lepas dari keberadaan orang Arab yang tinggal di kawasan Tanah Abang. Pada ahun 1920 penduduk Batavia (Jakarta) baru berkisar 300.000 jiwa, dimana 13.000 orang dari jumlah itu merupakan keturunan Arab yang tinggal di sekitar Tanah Abang. Orang Arab dikenal sangat menyukai daging kambing. Tak heran jika saat Itu Pasar Tanah Abang lebih ramai melayani permintaan daging kambing .

Dikutip dari situs https://sejarahjakarta.com, Pasar Kambing mulai berkembang saat Justinus Vinck datang ke Tanah Abang pada 30 Agustus 1735. Dia lalu mendirikan pasar yang tidak hanya memberi ruang bagi perdagangan kambing, tetapi juga bahan tekstil.

Pada sekitar tahun 1890 keramaian Pasar Kambing Tanah Abang mencatat sejarah baru, dimana tempat itu menjadi pusat berkembangnya kebudayaan pencak silat Betawi. Hal itu ditandai dengan kemunculan tokoh legendaris Betawi, Si Pitung. yang kerap berhadapan dengan begal sepulang dari Pasar Kambing Tanah Abang. Mereka merampas uang hasil penjualan kambing Si Pitung.

Si Pitung menambah pamor Pasar Kambing sebagai tempatnya para jago yang sebelumnya sudah dikenalkan oleh Gepeng Jago Tanah Abang, andalan tuan tanah Tan Hu Teng dari Kebon Dalem. Termasuk sosok Sabeni dan Rachmat, jago Pasar Kambing Tanah Abang yang hampir sezaman dengan si Pitung.


Keduanya cukup tersohor dengan ilmu Pencak Silatnya yang kelak menjadi kebanggaan masyarakat Tanah Abang. Nama Sabeni bukan saja dihormati dengan menyematkan namanya sebagai aliran Pencak Silat, tapi juga namanya disematkan sebagai nama jalan di sana.

Waktu berlalu dan Pasar Tanah Abang yang awalnya dikenal sebagai Pasar Kambing, lambat laun berubah pasar tekstil. Pasar tekstil berkembang cukup pesat sehingga menjadi pusat grosir tekstil terbesar di Indonesia, bahkan Asia Tenggara.

Adapun Pasar Kambing secara perlahan layu dan menyurut. Pasar Kambing dirangsek oleh pasar tekstil. Keluarga yang turun temurun berdagang kambing pun mengecil. Bahkan ada yang menyebut jumlahnya kini hanya sekitar 1% dari jumlah orang Tanah Abang.

Kemerosotan Pasar Kambing dimulai pada tahun 1973, ketika Pasar Tanah Abang diremajakan. Niat Ali Sadikin membangun tempat khusus untuk pedagang kambing di belakang pasar tekstil sekitar Kali Krukut, tidak terwujud. Pedagang kambing pun terlunta-lunta.

Pasar Kambing berpindah-pindah dari Kebon Dalem ke Gang Tike (Belakang Blok G) dan Blok F. Sedangkan keberadaan pejagalan kambing yang menjadi bagian dari pasar kambing di belakang Blok G pada akhir Agustus 2013 digusur. Kini sisa pedagang kambing hanya bertahan di lahan 300 meter di Jalan Sabeni, sedangkan relokasi pejagalan kambing di lahan hampir 1.000 meter tidak jelas pelaksanaannya.
(thm)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 1.1983 seconds (0.1#10.140)